KOMPAS.com - Laporan Badan Pusat Statistika (BPS) menunjukkan, ekonomi Indonesia pada kuartal I-2022 mengalami pertumbuhan sebesar 5,01 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
Namun jika dibandingkan kuartal IV-2021 atau secara quarter to quarter (qtq), perekonomian Indonesia pada periode tiga bulan pertama tahun ini terkontraksi sebesar 0,96 persen.
Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2021 sebesar 5,02 persen.
Pertumbuhan positif pada kuartal pertama tahun ini memang diprediksi oleh Pemerintah.
Baca juga: Kembali Cerah, Perekonomian Indonesia Tumbuh 5,01 Persen pada Kuartal I-2022
Lantas, apa arti petumbuhan 5,01 persen ini? Apakah ini berarti perekonomian Indonesia sudah pulih?
Ditopang melonjaknya harga komoditas
Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira mengatakan, pertumbuhan pada kuartal pertama ini didorong oleh meningkatnya harga komoditas.
Ia menyebut ada faktor keberuntungan, karena permintaan batubara dan crude palm oil (CPO) naik di pasar internasional.
Selain itu, ekspor dan investasi juga mendorong pemulihan ekonomi ini, khususnya terkait pertambangan dan perkebunan.
"Kinerja ekspor dan investasi yang berkaitan dengan sektor pertambangan serta perkebunan mampu mendorong pemulihan ekonomi," kata Bhima kepada Kompas.com, Selasa (10/5/2022).
Konsumsi rumah tangga juga perlahan menunjukkan pemulihan, karena ada pelonggaran mobilitas. Hal ini terlihat dari sektor transportasi dan pergudangan mencatat pertumbuhan yang tinggi.
Akan tetapi, Bhima mengingatkan agar Indonesia tidak terlena dengan pertumbuhan ini.
Sebab menurutnya tantangan ekonomi ke depan jauh lebih kompleks dan berisiko menghambat pemulihan ekonomi.
"Booming harga komoditas memang memberikan surplus neraca dagang tapi kalau tidak diantisipasi harga komoditas yang naik akan berimbas ke inflasi pangan maupun energi," jelas dia.
Baca juga: Ekonomi Tumbuh 5,01 Persen, Jokowi Klaim RI Unggul Dibanding Negara-negara Lain
Pengaruh perkembangan ekonomi global
Menurutnya, kenaikan suku bunga secara global akan mendorong perbankan sesuaikan bunga pinjaman.
Ini berarti cost of fund yang naik akan menekan modal kerja pengusaha maupun pinjaman konsumsi.
Konflik di Ukraina dan penguncian di China juga harus menjadi perhatian.
Ia menjelaskan, keduanya berpotensi mengganggu rantai pasok beberapa kebutuhan impor industri Indonesia.
"Belum tentu pertumbuhan 5 persen akan berjalan terus pada kuartal berikutnya. Yang lebih penting sebenarnya kualitas pertumbuhan harus dioptimalkan yakni daya ungkit ekonomi terhadap serapan kerja," jelasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.