Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit Kuku dan Mulut Mewabah di Jatim, Penyakit Apa Itu?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/HAMZAH ARFAH
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (mengusap kepala sapi), saat mengunjungi peternakan sapi di Desa Kedungpring, Kecamatan Balongpanggang, Gresik, Sabtu (7/5/2022).
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Penyakit mulut dan kuku pada hewan tengah mewabah di daerah Jawa Timur.

Kemarin, (9/5/2022), pemerintah melakukan lockdown wilayah untuk mengantisipasi meluasnya penularan penyakit mulut dan kuku.

Penyakit mulut dan kuku menyerang 1.247 sapi di Gresik, Lamongan, Sidoarjo, dan Mojokerto.

Kasus pertama dilaporkan di Gresik pada 28 April 2022. Saat itu, terdapat penyakit mulut dan kuku dilaporkan di 22 desa dalam 5 kecamatan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa itu penyakit mulut dan kuku pada hewan?

Baca juga: Mentan Minta Masyarakat Tak Panik, Penyakit Mulut dan Kuku Ternak Tidak Menular ke Manusia

Apa itu penyakit mulut dan kuku?

Dosen Fakultas Kedokteran Hewan IPB drh. Supratikno menjelaskan, penyakit mulut dan kuku (PMK) tidak hanya menyerang sapi saja.

"PMK secara umum menyerang hewan herbivora berkuku genap, seperti sapi kerbau, kambing domba, babi, rusa, dan lainnya," kata Supratikno pada Kompas.com, Selasa (10/5/2022).

Terkait gejalanya, Supratikno menjelaskan bahwa hewan yang terserang penyakit itu akan mengalami:

  1. demam tinggi sampai 41 derajat
  2. kelenjar pertahanan terutama di daerah mandibulla atau rahang bawah membengkak
  3. timbul lepuh dan erosi di sekitar mulut moncong, gusi, kuku, ambing.

"Karena luka luka tadi maka timbul produksi kelenjar ludah yang tinggi, sehingga air liur menetes. Hewan susah makan dan menelan," imbuh Supratikno.

Baca juga: Lebih dari 1.200 Ternak di Jatim Terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku, Kementan Pertimbangkan Lockdown

Apakah bisa menular ke manusia?

Dia menjawab, sampai saat ini tidak dilaporkan menular ke manusia.

Di luar negeri pernah dilaporkan dengan kasus yang sangat rendah penularannya berasal dari orang yang meminum susu mentah dari hewan penderita.

"PMK lebih ke dampak ekonomi akibat ternak yang terserang," ujar Supratikno.

Adapun penularannya dapat melalui udara, makanan, dan kontak langsung dengan hewan penderita.

Terkait kematian, dia menjelaskan bahwa tingkat kesakitan sangat tinggi pada ternak, tapi tingkat kematian relatif rendah akibat infeksi sekunder yang tidak ditangani.

"Kematian biasanya terjadi pada hewan muda," tambah Supratikno.

Lalu mengenai pengobatan, yang dilakukan adalah terapi suportif, seperti multivitamin untuk memperbaiki sistem imun dan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.

Dia juga menjelaskan bahwa penyakit mulut dan kuku tidak ada kaitannya dengan Covid-19.

"Selama Covid masih ada maka protokol kesehatan tetap berlaku ditambah dengan tindakan higienis dan sanitasi untuk mencegah penularan san pencemaran lingkungan," pungkas Supratikno.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi