KOMPAS.COM - Indonesia memiliki pengalaman peningkatan tren pandemi Covid-19 setelah berlangsungnya libur panjang seperti libur akhir tahun dan libur Lebaran.
Meskipun, dalam dua tahun terakhir pemerintah membatasi bahkan melarang pergerakan masyarakat yang bisa memicu terjadinya penularan virus.
Lalu, bagaimana dengan tren kasus Covid-19 pasca-libur Idul Fitri tahun ini di mana pemerintah mengizinkan masyarakat untuk melakukan perjalanan mudik?
Kondisi sebelum libur Lebaran
Melihat grafik yang ditampilkan pada laman covid19.go.id, kasus konfirmasi harian di Indonesia sejak pertengahan April 2022 selalu berada di bawah 1.000 kasus.
Kondisi itu terus terjaga hingga Lebaran tiba, bahkan hingga saat ini. Belum sekali pun kasus positif harian nasional melampaui angka 1.000.
Tren baik ini pulalah yang menjadi salah satu alasan pemerintah mengizinkan masyarakat untuk mudik. Selain cakupan vaksinasi yang memang telah melebihi angka 70 persen.
Baca juga: Update Corona 15 Mei 2022: Angka Kematian akibat Covid-19 di Korea Utara Terus Bertambah
Kondisi sepekan setelah libur Lebaran
Secara nasional, libur Lebaran 2022 berlangsung selama 10 hari sejak 30 April-8 Mei 2022.
Dan hari ini, Minggu (15/5/2022), adalah tepat sepekan setelah libur panjang itu usai. Lantas, bagaimana kondisi pandemi di Indonesia?
Ketika pertanyaan itu diajukan, Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19, Alexander Kaliaga Ginting tidak menyebutkan secara gamblang bagaimana kondisi pandemi Covid-19 nasional saat ini, apakah stabil, menurun, atau justru meningkat.
Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19, Sabtu (14/5/2022), jumlah kasus positif dalam satu hari secara nasional tercatat sebanyak 308 kasus.
Sementara itu, ada 416 kasus yang dilaporkan sembuh dan 5 kasus meninggal dunia.
Namun, rendahnya kasus yang tercatat tidak lantas dapat diartikan bahwa pandemi sudah menurun atau stabil terkendali.
"Kasus yang rendah menjadi valid (tren pandemi membaik) jika jumlah testing-nya optimal mengikuti aturan positivity rate (laju penularan) setempat dan jumlah testing," kata Alex kepada Kompas.com, Minggu (15/5/2022).
Baca juga: Apakah Hepatitis Akut Misterius Berpotensi Jadi Wabah? Ini Kata Kemenkes
Banyak sedikitnya pengujian menjadi salah satu indikator penting untuk menentukan bagaimana kondisi pandemi saat ini.
Pasalnya, semakin banyak pengujian yang dilakukan, maka akan semakin valid data yang dihasilkan.
Artinya, jumlah kasus positif yang rendah tak berarti kondisi baik jika pengujian yang dilakukan rendah atau di bawah syarat minimal, karena itu tidak cukup mencerminkan kondisi di lapangan sebenarnya.
Sebaliknya, apabila kasus positif rendah di saat pengujian tinggi, itu baru bisa dikatakan bahwa kasus di masyarakat benar-benar rendah.
Alex menyebut, tingkat pengujian dan kasus harian positif merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan untuk dijadikan acuan mengetahui perkembangan pandemi.
Baca juga: Ketika Korea Utara Akhirnya Konfirmasi Kasus Covid-19 Pertama Mereka...
"(Untuk tahu naik/turunnya pandemi) Yang dimonitor kasus positif harian tapi dengan tetap mempertahankan jumlah testing yang diminta oleh Inmendagri per kabupaten/kota per harinya," jelas Alex.
Alex memaparkan jumlah pengujian di Indonesia sempat mengalami penurunan di saat Lebaran, namun saat ini sudah kembali meningkat.
"Menjelang libur Idul Fitri dan sesudah Idul Fitri turun, seminggu terakhir ini naik 100 ribu testing," ujar Alex.
Jika mengikuti standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 1 orang diperiksa per 1.000 penduduk per minggu pada level provinsi.
Baca juga: Benarkah Indonesia Sudah Endemi Covid-19 secara De Facto?
Dan pandemi dikatakan terkendali apabila laju penularannya sudah ada di bawah angka 5 persen.
Untuk Indonesia, angka positivity rate harian (14 Mei 2022) untuk spesimen yang diuji menggunakan RT-PCR dan TCM adalah 1,57 persen.
Sementara positivity rate mingguan (8-14 Mei 2022) yang diuji dengan metode yang sama ada di angka 1,66 persen.
Jika mengacu pada data tersebut, artinya pandemi di Indonesia saat ini dapat dikatakan terkendali.
Meski begitu, Alex mengatakan, bahwa untuk lebih yakin akan detail naik turunnya tren pandemi, sebaiknya masyarakat menunggu hingga sekitar tanggal 20 Mei 2022.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.