Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Pernah Dinyatakan Bebas PMK, Mengapa Penyakit Itu Datang Lagi?

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/RIVAN AWAL LINGGA
Dokter hewan memeriksa kesehatan hewan sapi di salah satu lokasi peternakan di Jakarta, Kamis (12/5/2022). Pemeriksaan dari Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) setempat itu guna mencegah penyebaran wabah virus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak yang sudah merebak di sejumlah daerah.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang baru-baru ini menyerang hewan ternak di sejumlah wilayah di Indonesia bukan kali pertama terjadi.

Sebelumnya, penyakit serupa juga pernah terjadi di Indonesia, tepatnya pada 1887.

Saat itu, Pemerintah Indonesia membutuhkan waktu berpuluh-puluh tahun untuk membebaskan PMK dari Indonesia.

Baca juga: Penyakit Mulut dan Kuku Tak Menular ke Manusia, Hewan yang Terdampak Aman Dikonsumsi?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilansir dari Antara, Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) akhirnya menyatakan bahwa Indonesia bebas PMK pada 1990.

"Indonesia perlu waktu 98 tahun untuk membebaskan PMK dari bumi Indonesia pada 1986 yang kemudian diakui oleh OIE pada 1990," terang Slamet Raharjo, Dosen Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Hewan UGM, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (15/5/2022).

Kendati demikian, kasus PMK kembali ditemukan di Gresik dan beberapa kabupaten lainnya di Jawa Timur pada Kamis (28/4/2022).

Kasus tersebut diikuti oleh laporan kasus PMK di sejumlah daerah, seperti Semarang, Lombok, hingga Aceh.

Baca juga: Antraks Menyebar di Gunungkidul, Ini Penyebab, Gejala dan Pencegahannya

Lantas, mengapa kasus PMK kembali muncul di Indonesia setelah tiga puluh tahun dinyatakan bebas dari Indonesia?

Penjelasan ahli

Menurut Slamet, penularan PMK hingga saat ini belum bisa dipastikan asalnya. Kendati demikian, penyakit ini terus menginfeksi ternak di sejumlah daerah di Indonesia.

Bahkan penularannya ke hewan ternak sangat cepat.

"Belum diketahui dengan pasti darimana sumber penular PMK yang sekarang sudah menyebar ke 10 provinsi, meliputi 36 kabupaten dan lebih dari 6700 sapi yang sudah terdiagnosa positif PMK," jelasnya.

Baca juga: Muncul Lagi di Gunungkidul, Apa Itu Antraks?

Slamet menuturkan besar kemungkinan kasus PMK kembali terjadi di Indonesia lantaran penularan infeksi dari hewan ke hewan.

Penularan infeksi tersebut bisa dalam bentuk kontak langsung atau melalui produk hewan/pertanian yang diimpor dari negara yang belum bebas PMK.

"Sumber infeksi kemungkinan besar berasal dari hewan, produk hewan atau produk pertanian yg didatangkan/diimpor dari negara yang belum bebas rabies, misalnya India," ujarnya.

Ia menambahkan, beberapa tahun terakhir ada izin importasi daging kerbau dan produk pertanian dari India.

Hingga Minggu (15/5/2022), terdapat beberapa varian serovar virus penyebab PMK yang sedang diinvestigasi dan diidentifikasi. Oleh karena itu, belum bisa dipastikan outbreak PMK di Indonesia kali ini disebabkan oleh serovar virus yang mana.

Baca juga: Penyakit Mulut dan Kuku Tak Menular ke Manusia, Hewan yang Terdampak Aman Dikonsumsi?

Dugaan masuknya PMK ke Indonesia

Terpisah, Dosen Fakultas Kedokteran Hewan IPB Supratikno mengungkapkan bahwa kasus PMK merupakan penyakit yang penularannya bisa terjadi melalui berbagai perantara.

"Salah satunya adalah kontak langsung dengan hewan penderita atau melalui media pembawa," ujarnya kepada Kompas.com, Minggu (15/5/2022).

"Ada kemungkinan lalu lintas hewan secara ilegal dari negara yang belum bebas PMK," imbuh Supratikno.

Baca juga: Apakah Penyakit Mulut dan Kuku Hewan Menular ke Manusia?

Penyebaran PMK ke Indonesia juga diduga terjadi melalui media pembawa.

Sebagai contoh, sampah pesawat yang diberikan kepada hewan ternak dan tercemar virus dari negara yang belum bebas PMK.

"Bisa juga melalui media lain seperti impor ilegal produk asal hewan yang tidak melalui karantina," terangnya.

Produk impor ilegal ini sangat berpotensi membawa penyakit PMK masuk ke Indonesia.

Baca juga: Berikut Ciri-ciri Penyakit Mulut dan Kuku yang Menyerang Hewan Ternak

Pengawasan lalu lintas ternak yang lemah

Dilansir dari KompasTV, Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Muhammad Munawaroh mengatakan, kasus PMK bisa kembali terjadi lantaran lemahnya pengawasan lalu lintas ternak di Indonesia.

“Wabah yang kembali terjadi erat terkait dengan lemahnya pengawasan lalu lintas ternak, terutama dari negara-negara yang belum bebas PMK," jelasnya.

Sebelumnya, Munawaroh sempat menyampaikan perasaan herannya ketika sejumlah hewan ternak dari negara yang belum bebas PMK bisa masuk dan didistribusikan di Indonesia.

”Saya heran mengapa ternak, terutama domba. Misalnya dari Malaysia yang belum bebas PMK, bisa masuk dan terdistribusi sampai Wonosobo dan Malang sehingga meningkatkan risiko wabah dan terbukti,” paparnya.

Menurut Munawaroh, hal tersebut sangat disayangkan mengingat sebentar lagi memasuki momen Idul Adha di mana konsumsi daging menjadi naik.

Oleh karena itu, Menawaroh mengatakan bahwa peristiwa ini memiliki dampak ekonomi yang tinggi.

Baca juga: Ramai Video Makan Kotoran Sapi Diklaim Baik bagi Kesehatan, Apa Kata Ahli?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi