Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Akademisi
Bergabung sejak: 7 Okt 2019

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat. Meraih gelar doktor Ilmu Susastra dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Aktif sebagai tim redaksi Jurnal Wahana FISIB Universitas Pakuan, Ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat  Bogor, dan anggota Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara). Meminati penelitian di bidang representasi identitas dan kajian budaya.

KKN di Desa Penari: Membaca Persoalan Gender Melalui Budaya Populer

Baca di App
Lihat Foto
Instagram @kknmovie
KKN di Desa Penari tembus 3 juta penonton dalam 9 hari penayangan.
Editor: Sandro Gatra

FILM horor besutan sutradara Awi Suryadi yang berjudul KKN di Desa Penari berhasil menyandang gelar film horor terlaris sepanjang sejarah dengan lebih dari 5 juta penonton sejak tayang perdana pada 30 April 2022 hingga saat ini.

Meski sempat tertunda penayangannya selama dua tahun akibat pandemi Covid-19, film rilisan MD Pictures ini berhasil mengubah konfigurasi urutan film terlaris di Indonesia sepanjang sejarah.

Film tersebut melampaui jumlah penonton film Pengabdi Setan (2017) besutan sutradara Joko Anwar yang sebelumnya sempat menyandang predikat sebagai film horor terlaris.

Sinopsis film

Diangkat dari kisah nyata yang viral melalui thread di akun twitter @simpleman tahun 2019 lalu, film ini bercerita tentang lima orang mahasiswa: Nur (Tissa Biani), Ayu (Aghniny Haque), Widya (Adinda Thomas), Bima (Achmad Megantara), Wahyu (Fajar Nugraha), dan Anton (Calvin Jeremy) yang melakukan kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) di desa terpencil.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejak awal kedatangan mereka di desa tersebut, Nur dan Widya sudah merasakan hal-hal yang mistis.

Nur sempat melihat sosok mahluk hitam besar dan berbulu, sementara Widya mendengar suara gamelan di tengah hutan di perjalanan menuju desa tempat mereka melakukan KKN.

Seiring berkembangnya alur cerita, teman-teman mereka kerap mengalami teror mistis dari sesosok penari bernama Badarawuhi (Aulia Sarah).

Badarawuhi dipercaya masyarakat sebagai iblis penguasa desa gaib yang berdampingan dengan desa mereka.

Ayu terperangkap di dunia gaib dan dijadikan Dawuh (gelar untuk penari) yang harus menari sepanjang waktu dengan kostum penari.

Sementara Bima digambarkan bercinta dengan Ayu dan juga Badarawuhi di tapak tilas (wilayah yang diyakini sebagai Desa Penari).

Di akhir cerita, Bima dan Ayu harus meregang nyawa akibat tidak bisa menjaga sikap selama berada di desa tersebut.

Mereka melakukan hubungan seksual atau berzina di tapak tilas dan bersekutu dengan jin.

Representasi perempuan dalam film horor Indonesia

Perempuan sebagai sosok hantu bisa dibilang cukup banyak ditemukan di film horor di Indonesia (tidak terkecuali di film ini).

Kita bahkan memiliki sosok ikonik Suzanna Martha Frederika van Osch yang hingga saat ini kita kenal sebagai ‘Ratu Horor Indonesia’.

Katinka van Hereen (2007) mengatakan bahwa film horor pertama kali diproduksi di Indonesia tahun 1934 dengan judul Doea Siloeman Oeler Poeti en Item yang dibuat oleh The Teng Cun.

Film tersebut didominasi oleh karakter perempuan dan banyak membahas tentang isu-isu perempuan pada masa itu.

Di samping itu, representasi perempuan di dalam film horor juga kerap dihadirkan sebagai subjek yang stereotipikal.

Mereka kerap digambarkan sebagai sosok hantu yang mengerikan, gentayangan, tersiksa, pendendam, kejam, hingga pembunuh.

Putra (2012) dalam penelitiannya berjudul Representasi Perempuan Dalam Film Horor, sosok hantu perempuan juga sering direpresentasikan sebagai objek seksual yang kerap berpakaian seronok dan penggoda.

Sementara Permatasari (2019) dalam analisisnya di dua film horor Pengabdi Setan (2017) dan Asih (2018) mengatakan bahwa hantu perempuan merupakan representasi dari produk ‘gagal’ yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat.

Tidak hanya itu, dalam taksonomi hantu lokal dan sosok mistis yang berkembang di masyarakat, banyak nama yang diasosiasikan dengan subjek perempuan seperti kuntilanak, sundel bolong, suster ngesot, Si Manis Jembatan Ancol, wewe gombel, Nyai Roro Kidul, Nyai Blorong, Nini Popo dan masih banyak lagi.

Film sebagai wahana penyebaran ideologi dominan

Sebagai produk dari budaya populer yang diperuntukkan dan disukai oleh masyarakat luas, film merupakan bentuk rekonstruksi sosial yang diambil dari realita kehidupan kita sehari-hari.

Apa yang disajikan ulang di dalam film memiliki kedekatan dengan masyarakat dari segi konteks.

Di sisi lain, film ternyata tidak hanya berfungsi sebagai hiburan saja karena dalam pembacaan kritis film juga sarat dengan nilai-nilai dari konsepsi ideologi dominan yang dihidupi oleh masyarakat (Gramsci, dalam Srinati, 1995).

Bahkan sejumlah varian teori feminis melihat bahwa produk-produk budaya populer mencerminkan beroperasinya ideologi patriarkal yang bekerja demi kepentingan kaum laki-laki dan menentang kepentingan perempuan.

Hukuman bagi perempuan yang tidak bisa menjaga “sikap”

Dalam kaitannya dengan perempuan, film KKN di Desa Penari tidak dapat dilepaskan dari representasi subjek perempuan yang stereotipikal karena lagi-lagi hantu utama dalam perempuan di film ini adalah sosok perempuan bernama Badarawuhi.

Badarawuhi menjadi hantu karena profesinya sebagai penari yang menghibur masyarakat, terutama laki-laki.

Di Indonesia (meskipun tidak semua) sosok penari kerap mendapatkan stereotip negatif dikarenakan profesi ini selalu diidentikkan dengan perempuan penghibur dan tidak jarang dianggap mengganggu hubungan pernikahan.

Di sisi lain, tokoh Ayu diceritakan harus meregang nyawa bersama Bima karena perbuatan terlarang mereka yang dianggap tidak bermoral oleh masyarakat desa, yaitu melakukan hubungan seksual di luar nikah atau berzina di tapak tilas.

Dalam masyarakat patriarkal, religius, dan heteronomatif seperti di Indonesia, perempuan dituntut untuk memiliki sifat lemah lembut, patuh, pasif secara seksual, dan wajib mempertahankan virginitasnya (William & Bennet, 1975).

Perempuan bahkan kerap dijerat dengan dikotomi yang sarat dengan stereotip, yaitu The Virgin and The Whore (Tambunan, 2006).

Perempuan yang mampu mempertahankan keperawanan mereka dianggap sebagai sosok yang ‘ideal’ dan suci (the holy virgin).

Sementara perempuan yang gagal menjaga virginitasnya diasosiasikan sebagai pendosa.

Di film ini, Ayu masuk dalam kategori pendosa yang melanggar aturan agama dan tidak sesuai dengan harapan masyarakat yang mengagungkan ideologi patriarki.

Bahkan di salah satu scene film, Ayu juga mendapat sindiran keras dari salah satu penduduk desa bernama Ibu Sundari (Aty Cancer) karena mengenakan pakaian terbuka dan dianggap tidak sopan.

Akibat dari perbuatannya yang melanggar konstruksi gender perempuan dalam masyarakat patriarki, Ayu dihukum dan sukmanya terperangkap di angkaramurka untuk menari selamanya di bawah perintah Hantu Dawuh.

Sebagai tokoh pembanding, Widya dan Nur adalah perempuan-perempuan yang dianggap ‘ideal’ karena mereka bisa dikatakan masuk ke dalam kategori yang diharapkan oleh masyarakat.

Di sepanjang cerita, Widya digambarkan sebagai tokoh perempuan yang polos, lemah lembut, santun, tidak agresif secara seksual, meskipun pada awalnya ia diganggu dan diincar oleh Badarawuhi untuk dijadikan Dawuh.

Hal itu tidak berhasil karena Widya berhasil menjaga sikap dia sebagai perempuan ‘baik-baik’ selama berada di desa.

Sementara itu, Nur digambarkan sebagai perempuan yang religius, ramah, sopan, dan mampu menjaga sikapnya selama di desa sehingga ia pun tidak berhasil dicelakai oleh hantu Badarwuhi.

Dari sini bisa disimpulkan bahwa lagi-lagi subjek perempuan dan stereotip negatifnya ditemukan di film KKN Di Desa Penari sebagai film horor terlaris saat ini.

Setidaknya kita bisa menyoroti bagaimana ideologi dominan beroperasi melalui wahana film sebagai budaya populer melalui representasi dan kontetasi penggambaran tokoh yang diidealkan dan yang tidak.

Melalui bantuan film dengan efektivitasnya yang mampu menjangkau banyak khalayak, konstruksi gender terkait perempuan menjadi tersampaikan sekaligus terkukuhkan.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi