Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Viral Angin Puting Beliung Terjang Bandung, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Baca di App
Lihat Foto
tangkapan layar akun tik tok
video viral angin puting beliung menerjang Kelurahan Cipamokolan, Bandung (14/5/2022)
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Video angin puting beliung yang menerjang Kelurahan Cipamokolan, Bandung, viral di media sosial. Video tersebut diunggah oleh akun ini pada Minggu (15/5/2022).

"Angin puting beliung di Cipamokolan Bandung (14/5/2022)," tulis akun tersebut.

Video yang berdurasi 26 detik itu memperlihatkan atap rumah warga yang terbuat dari material seng berhamburan diterjang angin kencang.

Selain itu, gemuruh suara angin juga terdengar di sepanjang video. Sementara itu, suara warga terdengar berkata, "Puting beliung."

Hingga Senin (16/5/2022) sore, video tersebut telah ditonton oleh 2,8 juta pengguna dan disukai oleh 76,1 ribu pengguna akun Tik Tok.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Video Viral Sebut Angin Puting Beliung di Bali, BMKG: Itu Waterspout

Kronologi kejadian

Dilansir dari KompasTV, angin puting beliung melanda Kelurahan Cipamokolan Bandung pada Sabtu (14/5/2022). Peristiwa itu terjadi sekitar 5 menit.

Warga mengaku tidak melihat adanya tanda-tanda akan terjadi angin puting beliung seperti hujan atau petir.

Peristiwa tersebut dilaporkan tidak memakan korban jiwa. Kendati demikian, tiga lapak pedagang di sekitar lokasi peristiwa mengalami kerusakan akibat tertimpa dahan pohon besar.

Baca juga: Viral, Video Angin Puting Beliung di Desa Slangit Cirebon, Ini Penjelasan BNPB

Penjelasan BMKG

Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin menjelaskan bahwa fenomena angin kencang yang menyerupai belalai berasal dari awan jenis Cumulonimbus (CB) dan terjadi di daratan.

"Puting beliung terbentuk dari sistem awan jenis CB, tetapi yang perlu dipahami adalah tidak semua awan CB dapat menimbulkan fenomena puting beliung," terangnya, saat dihubungi Kompas.com, Senin (16/5/2022).

Menurutnya, ada kondisi tertentu yang menyebabkan terjadinya fenomena puting beliung, yakni kondisi labilitas atmosfer yang melebihi ambang batas tertentu.

Kondisi labilitas ini mengindikasikan udara dan angin disekitarnya sangat tidak stabil.

Baca juga: BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Angin Disertai Petir 30-31 Maret 2022

Terjadi pada peralihan musim

Miming mengatakan, fenomena angin puting beliung biasanya terjadi pada masa peralihan musim.

"Umumnya sekitar Maret-Mei atau September-November, pada beberapa kasus dapat terjadi diluar periode bulan tersebut, hal itu tergantung pada kondisi atmosfer setempat," jelasnya.

Fenomena mirip dengan puting beliung ini juga bisa terjadi di wilayah perairan. Apabila terjadi diperairan maka disebut dengan Water Spout.

Penyebab water spout mirip dengan fenomena puting beliung, yakni berasal dari sistem awan CB.

Baca juga: BMKG Ungkap Penyebab Angin Kencang yang Melanda Jabodetabek

Imbauan BMKG

Di musim peralihan seperti saat ini, Miming mengimbau agar pohon yang rimbun, tinggi, dan rapuh agar segera ditebang.

Tujuannya adalah untuk mengurangi beban berat pohon tersebut sehingga meminimalisir kemungkinan tumbang saat diterjang angin kencang.

Selain itu, warga juga diimbau untuk memperkuat atap rumah. Pasalnya, atap rumah kerap menjadi sasaran angin kencang sehingga mengalami kerusakan parah.

"Apabila melihat awan yang tiba-tiba gelap, padahal sebelumnya cerah, sebaiknya untuk tidak mendekati daerah awan gelap tersebut," ujar Miming.

Masyarakat juga diimbau untuk berlindung dalam ruang yang kokoh dan menjauhi lokasi hingga peristiwa tersebut berlalu.

"Hindari berdiri di dekat pepohonan yang berpotensi roboh," terangnya.

Sebagai tambahan, masyarakat juga bisa mengakses media sosial BMKG di @infoBMKG untuk mengetahui informasi cuaca terkini dan peringatan dini mengenai dari BMKG.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi