Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit Mulut dan Kuku Menyebar di Indonesia Diduga Melalui Ini…

Baca di App
Lihat Foto
Usman Alfandi
Peternakan sapi semi modern milik keluarga Usman Alfandi, di Kecamatan Tegaldlimo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (15/5/2022).
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak sapi, kerbau, domba, dan kambing kembali terjadi di Indonesia.

Bahkan, PMK ini juga menyerang hewan liar, seperti gajah, antelope, bison, menjangan, dan jerapah.

Penyakit yang disebabkan oleh virus tipe A dari keluarga Picornaviridae, genus Apthovirus, yakni Aphtaee epizootecae pernah terjadi di Indonesia, yakni sekitar 1887.

Beberapa tahun berikutnya, Indonesia berhasil keluar dari wabah PMK dan dinyatakan bebas PMK pada 1990 oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE).

Namun, pada akhir April 2022, kasus PMK kembali menyerang hewan ternak di Indonesia. Sejumlah daerah melaporkan kasus PMK, mulai dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Lombok, hingga Aceh.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

 

Dikutip dari jabarprov.go.id, virus penyebab PMK ini dapat bertahan lama di lingkungan dan bertahan hidup pada tulang, kelenjar, susu, serta produk susu. Sementara itu, tingkat penularan PMK cukup tinggi dengan tingkat kematian 1-5 persen.

Lantas, melalui apa saja, virus PMK ini menyebar di Indonesia?

Baca juga: Cara Penanganan Hewan Ternak yang Terinfeksi Penyakit Mulut dan Kuku

Penjelasan dokter hewan

Dosen Fakultas Kedokteran Hewan IPB drh. Supratikno mengatakan, penyebaran virus PMK diduga masuk menginfeksi ternak di Indonesia melalui berbagai perantara.

"Salah satunya adalah kontak langsung dengan hewan penderita atau melalui media pembawa," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (15/5/2022).

Menurutnya, lalu lintas hewan yang dilakukan secara ilegal dari negara yang belum bebas PMK diduga menjadi penyebab penyebaran kasus di Indonesia.

"Bisa juga melalui media pembawa seperti sampah pesawat yang diberikan kepada ternak dan sampah tersebut teryata tercemar virus dari negara yang belum bebas PMK," imbuh Supratikno.

Selain itu, penyebaran kasus PMK juga diduga menyebar melalui media lain. Sebagai contoh, kegiatan impor yang ilegal produk olahan hewan yang tidak melalui karantina sehingga berpotensi membawa virus.

Pengawasan lalu lintas hewan yang lemah juga pernah disinggung oleh Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Muhammad Munawaroh.

Dilansir dari KompasTV, Munawaroh mengatakan bahwa kasus PMK kembali terjadi lantaran pengawasan lalu lintas ternak di Indonesia yang lemah.

”Saya heran mengapa ternak, terutama domba. Misalnya dari Malaysia yang belum bebas PMK, bisa masuk dan terdistribusi sampai Wonosobo dan Malang sehingga meningkatkan risiko wabah dan terbukti,” ujarnya.

Baca juga: Lebih dari 1.200 Ternak di Jatim Terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku, Kementan Pertimbangkan Lockdown

Penularan dari hewan ke hewan

Disadur dari jabarprov.go.id, PMK dapat ditularkan oleh hewan yang telah terinfeksi melalui beberapa cara, di antaranya:

  1. Kontak langsung antara hewan yang terinfeksi dengan hewan yang sehat. Misalnya melalui droplet, leleran hidung, serpihan kulit.
  2. Sisa makanan/sampah yang terkontaminasi produk hewan, seperti daging dan tulang dari hewan tertular.
  3. Kontak tidak langsung melalui vektor hidup yang terbawa manusia.
  4. Kontak tidak langsung melalui bukan vektor hidup, yakni virus terbawa oleh mobil angkutan, peralatan, alas kandang, dan sebagainya.
  5. Menyebar melalui udara, angin, atau daerah beriklim khusus.

Untuk mencegah penularan antar hewan, peternak bisa melakukan pencegahan melalui manajemen biosekuriti kandang, barang, karyawan peternak, kendaraan, pengunjung kandang, hingga ternak.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi