Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Berhasil Pakai Tanah dari Bulan untuk Bercocok Tanam

Baca di App
Lihat Foto
UF/IFAS, Tyler Jones via PHYS
Ilmuwan berhasil menumbuhkan tanaman di tanah Bulan.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Setelah lebih dari 50 tahun, para astronot membawa sampel batuan bulan terakhir ke Bumi, akhirnya para ilmuwan berhasil menanam tanaman menggunakan tanah dari bulan untuk pertama kalinya.

Pada awal-awal perjalanan para astronot Apollo, mereka mengambil sampel bahan permukaan bulan yang dikenal sebagai "regolith".

Lima puluh tahun kemudian, pada awal era Artemis dan astronot berikutnya kembali ke Bulan, tiga dari sampel tersebut telah digunakan untuk menanam tanaman dengan sukses.

Untuk pertama kalinya, para peneliti telah menumbuhkan Arabidopsis thaliana yang kuat dan dipelajari dengan baik di regolith bulan yang miskin nutrisi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilansir laman NASA, 12 Mei 2022, studi yang didanai NASA itu dilakukan para ilmuwan dari University of Florida. Mereka membuat terobosan dengan menyelesaikan eksperimen di laboratorium Apollo.

"Penelitian ini sangat penting untuk tujuan eksplorasi manusia jangka panjang NASA karena kita perlu menggunakan sumber daya yang ditemukan di Bulan dan Mars untuk mengembangkan sumber makanan bagi astronot masa depan yang tinggal dan beroperasi di luar angkasa," kata Administrator NASA Bill Nelson.

Baca juga: Saat Elon Musk Ajak Warga Indonesia Pindah ke Planet Mars…

Robert Ferl, seorang profesor di departemen Ilmu Hortikultura di University of Florida, Gainesville, mengatakan, pihaknya mengajukan pertanyaan penelitian berikut ini:

  1. apakah tanaman bisa tumbuh di regolith?
  2. bagaimana suatu hari nanti bisa membantu manusia untuk tinggal lebih lama di bulan?

Jawaban atas pertanyaan penelitian yang pertama adalah iya. Tanaman dapat tumbuh di regolith bulan.

Meski begitu, tanaman yang tumbuh itu tidak sekuat tanaman yang tumbuh di tanah bumi. Bahkan, tidak lebih kuat dari kelompok kontrol yang ditanam dalam simulasi bulan yang terbuat dari abu vulkanik.

Dengan mempelajari bagaimana tanaman merespon sampel bulan, tim peneliti berharap bisa menjawab pertanyaan kedua juga agar dapat membuka jalan bagi astronot masa depan untuk bisa menumbuhkan lebih banyak tanaman kaya nutrisi di bulan dan berkembang di luar angkasa.

Tanaman yang berhasil tumbuh menggunakan tanah bulan adalah Arabidopsis thaliana, tanaman asli dari Eurasia dan Afrika.

Itu adalah kerabat sawi dan sayuran silangan lainnya seperti brokoli, kembang kol, dan kubis Brussel.

Tanaman itu dipilih karena ukurannya kecil dan mudah tumbuh. Itu merupakan salah satu tanaman yang paling banyak dipelajari di dunia, digunakan sebagai organisme model untuk penelitian di semua bidang biologi tanaman.

Dengan demikian, para ilmuwan sudah tahu seperti apa gennya, bagaimana perilakunya dalam keadaan yang berbeda, bahkan bagaimana ia tumbuh di luar angkasa.

Baca juga: Planet Terpanas dan Terdingin di Tata Surya

Proses menumbuhkan Arabidopsis

Dilansir dari Space, 13 Mei 2022, untuk menumbuhkan Arabidopsis, tim menggunakan sampel yang dikumpulkan pada misi Apollo 11, 12, dan 17 yang diambil antara 1969 dan 1972.

Dalam ketiga sampel tersebut, mereka menumbuhkan spesimen laboratorium umum, tanaman kecil yang disebut selada thale (Arabidopsis thaliana).

Sebagai perbandingan, para ilmuwan juga menumbuhkan selada thale di jenis tanah yang terbuat dari abu vulkanik yang ditemukan di Bumi, yang disebut JSC-1A oleh NASA.

Hal itu dimaksudkan untuk mensimulasikan tanah bulan yang berbentuk tepung dan penuh dengan pecahan kaca abrasif.

Masih dari laman NASA, mereka menggunakan satu gram regolith untuk setiap tanaman. Tim menambahkan air dan benih ke sampel tersebut.

Setelah itu, mereka memasukkan nampan ke dalam kotak terarium di ruangan yang bersih. Larutan nutrisi ditambahkan setiap hari.

"Setelah dua hari, mereka mulai bertunas!," kata seorang profesor Ilmu Hortikultura di Universitas Florida, Anna-Lisa Paul, yang juga penulis makalah itu.

Dia mengatakan semua tanaman itu bertunas. Dia dan timnya sangat terkejut akan hal tersebut.

"Saya tidak bisa memberi tahu Anda betapa terkejutnya kami! Setiap tanaman (baik dalam sampel bulan atau dalam kontrol) tampak sama sampai sekitar hari keenam,” ujar Paul.

Namun, setelah hari keenam, terlihat jelas bahwa tanaman tidak sekuat tanaman kelompok kontrol yang tumbuh di abu vulkanik dan tanaman tumbuh berbeda tergantung pada jenis sampelnya.

Tanaman tumbuh lebih lambat dan memiliki akar yang kerdil. Selain itu, beberapa memiliki daun kerdil dan pigmentasi kemerahan.

Setelah 20 hari, tepat sebelum tanaman mulai berbunga, tim memanen tanaman, menggilingnya, dan mempelajari RNA.

Baca juga: Di Mana Gunung Tertinggi di Tata Surya?

Dalam sistem biologis, gen diterjemahkan dalam beberapa langkah. Pertama, gen atau DNA, ditranskripsi menjadi RNA. Kemudian RNA diterjemahkan ke dalam urutan protein.

Protein ini bertanggung jawab untuk melakukan banyak proses biologis dalam organisme hidup.

Pengurutan RNA mengungkapkan pola gen yang diekspresikan, yang menunjukkan bahwa tanaman memang berada di bawah tekanan dan telah bereaksi seperti para peneliti telah melihat Arabidopsis merespons pertumbuhan di lingkungan keras lainnya, seperti ketika tanah memiliki terlalu banyak garam atau logam berat.

Selain itu, tanaman bereaksi berbeda tergantung pada sumber sampelnya (masing-masing dikumpulkan dari area berbeda di Bulan).

Tanaman yang ditanam dalam sampel Apollo 11 tidak sekuat dua set lainnya. Meskipun demikian, tanaman itu tumbuh.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi