Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral, Unggahan Kamar Indekos Penuh Sampah, Hoarding Disorder?

Baca di App
Lihat Foto
Tangkapan Layar Twitter
Tangkapan layar video Twitter kamar indekos penuh dengan sampah.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Sebuah unggahan video menunjukkan kondisi sebuah kamar indekos yang dipenuhi dengan sampah, beredar di media sosial.

Pengunggah adalah akun Twitter ini pada 16 Mei 2022.

Ia menjelaskan, kamar indekos itu adalah kamar yang ada di depan kamar miliknya. Sang penghuni sudah meninggalkan kamar itu tanpa memberi informasi apapun.

Ketika pemilik membuka kamar yang tak lagi ditempati itu, ternyata ditemukan kondisi yang sangat berantakan.

Kamar penuh dengan sampah botol air mineral, plastik, kardus, dan bungkus minuman lainnya, lengkap dengan sedotan yang masih ada di dalamnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saking banyaknya, sampah-sampah itu bahkan memenuhi lantai kamar dan meja.

Banyak warganet yang menyebut hal ini sebagai hoarding disorder. Benarkah demikian?

Baca juga: Viral Kamar Kos Penuh Sampah Disebut Netizen Hoarding Disorder, Apa Itu?

Hoarding disorder

Dikutip dari NHS, hoarding disorder adalah kondisi ketika seseorang memiliki begitu banyak barang dan menyimpannya dengan cara yang berantakan. Hal ini menyebabkan kekacauan yang sulit dikendalikan.

Orang yang mengalami hoarding disorder biasanya memiliki latar belakang hidup sendiri, tidak menikah, kebahagiaan masa kecil yang terampas, memiliki keluarga yang juga hoarding, atau terbiasa tinggal di rumah yang berantakan.

Orang yang mengalami hoarding disorder biasanya memiliki keyakinan yang kuat "saya mungkin akan membutuhkan ini suatu hari nanti", "Jika saya beli ini, ini akan membuat saya senang".

Kondisi lain yang juga membuat orang bisa memiliki hoarding disorder adalah ketika mengalami masa sulit seperti ditinggal mati oleh orang tercintanya.

Ia bisa jadi akan menyimpan dan membiarkan barang-barang milik mending untuk tetap ada di rumah, tidak disingkirkan.

Hal itu membuat ada banyak barang di sekitarnya, meskipun barang itu tidak ia gunakan.

Orang yang memiliki masalah ini biasanya biasanya merasa begitu emosional ketika harus memutuskan benda mana yang harus ia buang, singkirkan, kurangi, dan sebagainya.

Ini membuatnya enggan untuk memilih-milih barang dan membuang yang sudah tidak diperlukan.

Gejala hoarding disorder
  1. Tetap menyimpan barang yang tidak berharga (secara materi) atau barang rusak yang ia ingin diperbaiki, namun tak kunjung diperbaiki
  2. Kesulitan mengorganisir barang
  3. Sulit mengambil keputusan
  4. Berjuang keras untuk mengatur tugas sehari-hari
  5. Begitu dekat atau merasa ada ikatan tertentu dengan suatu barang
  6. Memiliki hubungan yang buruk dengan orang lain atau keluarga.

Kondisi ini bisa bermula sejak usia remaja dan akan semakin terlihat seiring bertambahnya usia.

Tak hanya berupa barang, hoarding disorder juga bisa mengumpulkan item seperti sampah atau data digital, nota belanja, buku, koran, dan sebagainya.

Baca juga: Sering Menimbun Barang hingga Jadi Sampah, Hati-hati Hoarding Disorder

Penjelasan dokter

Dokter spesialis kejiwaan RSCM dr. Heriani Sp.Kj (K) tidak bisa menyebut si pemilik kamar sebagai seseorang yang mengidap hoarding disorder.

"Enggak bisa membuat diagnosis hanya dengan melihat satu perilaku saja. Harus lihat konteksnya," ujar Heriani saat dihubungi Kompas.com, Selasa (17/5/2022).

Ia menjelaskan, hoarding disorder sebagai suatu tanda atau gejala dari kondisi yang lain, bukan suatu penyakit yang spesifik.

"Jadi diagnosis (hoarding disorder) itu enggak ada. Jarang yang berdiri sendiri. Harus diperiksa, jangan-jangan cuma bagian dari gangguan lain atau kondisi lain. Jangan main cap saja," ujar dia.

Ia memberikan, contoh orang yang mengalami insomnia, tidak lantas didiagnosis sebagai insomnia.

Namun, insomnia itu merupakan tanda bahwa yang bersangkutan tengah mengalami gangguan jiwa.

"Jarang yan benar-benar murni insomnia. Jadi hati-hati kasih label," jelas dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi