Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Masih Ada yang Menjarah Muatan Truk yang Terguling Kecelakaan?

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/Tresno Setiadi
Truk boks pembawa kopi saset terlibat kecelakaan di Jalingkut Tegal-Brebes, Jawa Tengah, Senin (16/5/2022) hingga mengakibatkan muatan kopi saset berhamburan di pinggir jalan. (Foto: Dok. Grup FB Info Seputar Kersana Brebes)
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Sering kita melihat atau mendengar kejadian, ada kendaraan pengangkut barang yang mengalami kecelakaan, muatannya tumpah, dan dijarah masyarakat.

Seperti yang terjadi pada sebuah mobil boks yang mengangkut kopi saset, terguling di Tegal, Jawa Tengah pada Senin (16/5/2022).

Sebagian warga yang ada di sekitar lokasi kejadian bukannya membantu, tetapi malah mengambil muatan kopi yang rusak kemasannya.

Mengapa ada yang masih terpikir melakukan hal ini di tengah musibah atau kecelakaan?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Mobil Boks Pengangkut Kopi Saset Kecelakaan di Tegal, Muatannya Diambil Warga

Penjelasan sosiolog

Sosiolog dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Drajat Tri Kartono menjelaskan, peristiwa ini dari kacamata sosiologi.

Ia menyebut, kecenderungan semacam itu terjadi sebagai bentuk hukuman masyarakat kelas bawah, khususnya yang tinggal di sekitar jalan raya.

"Mereka ingin melakukan punishment, bahwa truk besar itu membawa segala sesuatu cuma lewat saja dan dia enggak mendapatkan manfaat apa-apa, hanya bisa melihat, dan truk besar-besar itu juga bisa merusak jalan. Jadi begitu dia tumpah sekaligus lah itu 'social punishment'," jelas Drajat kepada Kompas.com, Selasa (17/5/2022).

Selain memberi hukuman, hal itu juga sebagai bentuk perilaku oportunis atau oportunistic behavior yang ditunjukkan oleh masyarakat kelas bawah.

Perilaku ini maksudnya adalah mengambil keuntungan atau memaksimalkan keuntungan untuk dirinya sendiri.

"Jadi karena ada peluang terjadi 'kelimpahan" barang yang ada di depan dia secara mendadak dan itu merupakan sebuah kejadian accident, yang di luar aturan, ya karena itu kecelakaan maka kemudian ini adalah kesempatan," jelas Drajat.

Baca juga: Sudah Siapkah dengan Pertanyaan Kapan Menikah dan Kapan Punya Anak? Begini Saran Psikolog

Perilaku memanfaatkan kesempatan untuk memperbesar keuntungan pribadi disebut Drajat bukan hanya kecenderungan masyarakat kelas ekonomi bawah saja, tetapi gambaran masyarakat secara umum.

"Ini merupakan cermin dari perilaku masyarakat dalam skala besar, baik itu kelas atas, kelas menengah, ataupun kelas bawah yang cenderung untuk lebih mengutamakan kesempatan yang ada untuk memaksimalkan keuntungan dirinya atau yang disebut oportunistic behavior daripada sifat empati, daripada sifat ikut merasakan penderitaan orang lain, dan menolong orang lain," papar dia.

Semua ini bisa terjadi karena adanya persaingan, ketidakpastian, dan kesenjangan ekonomi yang semakin melebar.

"Kelas atas itu oportunistic behavior itu mengambil yang besar-besar ya, sementara yang di bawah tidak mendapatkan sebesar itu, sehingga yang dibawah pun oportunistic behavior-nya pada hal-hal kecil yang terjadi di sekitarnya," kata Drajat.

"Jadi perilaku oportunistic behavior yang lebih menonjol dibandingkan pada perilaku yang berempati yang taat hukum rasional itu merupakan cermin dari masyarakat secara besar," pungkas dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi