Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Bangsa Indonesia Bukan Bangsa Rasis

Baca di App
Lihat Foto
Kompas/Tri Agung Kristanto
Kerusuhan massa terjadi di wilayah Semanggi, Rabu (13/5/1998). Lalu lintas dari arah jembatan Sudirman ke Semanggi dan sebaliknya terhenti sekitar dua jam. Nampak aparat keamanan mencoba mengamankan jalannya kerusuhan.
Editor: Sandro Gatra

TAK terasa waktu telah berlalu sejak 13 Mei 1998 bangsa Indonesia mengalami musibah nahas yang disebut sebagai Tragedi Mei 1998.

Kebetulan saya berada di Jakarta pada saat malapetaka itu terjadi.

Saya menjadi saksi hidup yang secara lahir dan batin serta jiwa dan raga langsung menderita kecemasan dan ketakutan pada masa para huruharawan membakar Jakarta sehingga menjadi lautan api.

Saya sungguh prihatin maka ikut berduka atas derita para sesama warga Indonesia dengan sanak keluarga jatuh sebagai korban Tragedi Mei 1998 yang sempat melumpuhkan segenap sendi kehidupan ibu kota Indonesia.

Jelas bahwa kekerasan yang dilakukan oleh sesama manusia terhadap sesama manusia tidak dapat dibenarkan dengan alasan apa pun.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun sungguh disayangkan bahwa Tragedi Mei 1998 dimanfaatkan oleh pers asing untuk berkarya mashab bad news is good news dengan pemberitaan yang keji menstigmasisasi bangsa Indonesia sebagai bangsa rasis.

Sebagai seorang insan warga Indonesia yang kebetulan kerap disebut sebagai non-pribumi, kerap digolongkan sebagai minoritas ras dan agama di Indonesia, saya tegas menolak stigmasisasi bangsa Indonesia sebagai bangsa rasis.

Fakta bahwa saya selamat dari angkara murka Mei 1998 justru akibat diselamatkan oleh para warga yang beda etnis dari diri saya, merupakan bukti utama bahwa bangsa Indonesia bukan
bangsa rasis.

Saya berhasil menyelamatkan dua keponakan perempuan saya ke bandara Soekarno-Hatta untuk mengejar pesawat terbang terakhir dari Jakarta ke Semarang juga berkat pertolongan teman-teman yang digolongkan sebagai pribumi.

Pasca-tragedi Mei 1998, saya diungsikan dengan mobil dari Jakarta ke Semarang juga oleh dua teman saya yang Jawa dan Batak.

Mustahil para warga yang disebut pribumi berbaik hati berkenan menyelamatkan saya dan dua keponakan saya yang disebut non-pribumi dari malapetaka Mei 1998 jika bangsa Indonesia adalah bangsa rasis.

Cucu seorang teman yang kebetulan juga non-pribumi diselamatkan oleh dua karyawati penjaga ruko yang kebetulan pribumi sebelum toko milik teman tersebut dijarah lalu dibakar oleh para huruharawan.

Pada saat mengerikan itulah kedua karyawati ruko tewas sebab gagal menyelamatkan diri dari kobaran api yang menghanguskan ruko setelah kedua almarhumah berhasil menyelamatkan cucu pemilik ruko nahas tersebut.

Kisah pengorbanan serta kepahlawan nyata dua karyawati ruko tersebut merupakan fakta tak terbantahkan yang membuktikan bahwa bangsa Indonesia bukan bangsa rasis.

Memang tragedi Mei 1998 layak senantiasa dikenang sebagai suatu peristiwa yang tercatat dengan tinta air mata dan darah pada lembaran hitam sejarah bangsa Indonesia agar jangan sampai tragedi yang sama kembali menimpa bangsa Indonesia.

Namun sebaiknya kita mengenang Tragedi Mei 1998 bukan dengan tuduhan bahwa bangsa Indonesia bangsa rasis yang jelas mudarat memecah-belah bangsa secara SARA.

Sebaiknya kita mengenang tragedi Mei 1998 dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika demi mempersatukan bangsa Indonesia tanpa diskriminasi SARA sesuai makna adiluhur yang terkandung pada sila ke tiga sebagai poros Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia. MERDEKA!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi