Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petalite Sempat Diisukan Naik Harga, Bagaimana Realisasinya?

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Pengendara motor mengisi BBM jenis Pertalite di sebuah SPBU Pertamina di Jakarta, Jumat (24/12/2021). Pemerintah berencana menghapus BBM RON 88 Premium dan RON 90 Pertalite sebagai upaya mendorong penggunaan BBM yang lebih ramah lingkungan. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/wsj.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Pemerintah sebelumnya telah memberi sinyal kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite pada April 2022.

Sinyal tersebut diungkapkan tiga menteri di Kabinet Indonesia maju, salah satunya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.

Arifin menyebut jika pemerintah akan menyesuaikan harga Pertalite dan Solar sebagai upaya jangka menengah-panjang untuk merespons naiknya harga minyak mentah dunia.

Kenaikan tersebut akibat konflik geopolitik Rusia-Ukraina yang membuat harga minyak mentah Indonesi (ICP) per Maret 2022 sebesar 98,4 dollar AS per barrel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga tersebut membebani APBN 2022, karena pemerintah mengasumsikan minyak mentah hanya sebesar 63 dollar AS per barrel.

"Untuk jangka menengah dan panjang, akan dilakukan penyesuaian harga Pertalite, minyak Solar, dan mempercepat bahan bakar pengganti," kata Arififin dikutip dari Kompas.com, Rabu (13/4/2022).

Baca juga: Erick Thohir: Belum Ada Rencana Pemerintah Naikkan Pertalite

Belum ada rencana kenaikan harga Pertalite

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan hingga saat ini pemerintah masih belum ada rencana menaikkan harga BBM jenis Pertalite.

Hingga kini, Pertalite masih dijual dengan harga Rp 7.650 per liter di seluruh Indonesia.

"Pemerintah hingga hari ini belum ada rencana melakukan (kenaikan), belum ada kenaikan," ujar Erick dikutip dari Kompas.com, Rabu (18/5/2022).

Pemerintah tidak mungkin diam meskipun saat ini kondisi pangan dan energi di dunia sedang terjadi pergolakan.

Erick menjelaskan jika pemerintah selalu hadir untuk masyarakat dengan berbagai mekanisme, salah satunya subsidi energi.

Pertalite juga sudah ditetapkan oleh pemerintah menjadi jenis BBM khusus penugasan (JBKP), yang artinya produksi dan penyaluran menjadi diawasi, serta dapat disubsidi melalui pemberian kompensasi ke Pertamina.

Baca juga: Pertalite Jadi BBM Penugasan, Bagaimana Cara Masyarakat Mendapatkannya?

Menaikkan BBM non-subsidi

Pemerintah sebelumnya mengizinkan kenaikan harga BBM non-subsisi jenis Pertamax untuk menjaga stabilitas ketidakpastian ekonomi global.

Erick menyebut keputusan tersebut diambil untuk mengurangi subsidi bagi orang yang mampu, sehingga harga Pertamax dinaikkan menjadi Rp 12.500 per liter.

"Itu pun harga Pertamax, harganya di bawah harga pasar, yang lainnya ada yang Rp 16.000 per liter, tapi ini Rp 12.500 per liter. Jadi di situ sudah ada komponen subsidi," jelas Erick.

Dengan adanya kenaikan harga Pertamax membuat pemerintah dapat menjaga keuangan negara atau APBN tetap sehat.

Pada April 2022, kinerja ekspor Indonesia mencapai rekor tertingginya sepanjang sejarah yaitu sebesar 27,37 milliar dollar AS.

Menurutnya, capaian kinerja perdagangan Indonesia itu berperan menjaga keuangan negara untuk tetap bisa melakukan subsidi pada sejumlah komoditas.

"Jadi ini negara kaya yang sangat pro rakyat, tapi kita harus jaga," ujar Erick.

Baca juga: Harga BBM Shell Terbaru, Berlaku Mulai 1 Mei di Indonesia

Wacana kenaikan di beberapa jenis komoditas

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan memberikan sinyal kenaikan harga beberapa komoditas selain Pertamax.

Salah satunya yakni BBM jenis Pertalite dan elpiji 3 kg yang akan mengalami kenaikan secara bertahap pada tahun 2022.

"Over all, yang akan terjadi itu Pertamax, Pertalite, Premium belum, gas yang 3 kilo itu (ada kenaikan) bertahap. Jadi 1 April, nanti Juli, nanti September itu bertahap (naiknya) dilakukan oleh pemerintah," katanya dikutip dari Kompas.com, Jumat (1/4/2022).

Luhut mengungkapkan dipastikan jika komoditas kebutuhan masyarakat yang mengalami kenaikan adalah elpiji 3 kg.

Harga elpiji 3 kg sejak 2007 tidak pernah ada perubahan, maka dari itu pemerintah memutuskan bakal menaikkannya namun tetap disubsidi.

"Iya semua akan naik enggak ada yang enggak akan naik. Jadi bertahap kita lakukan. Ada yang disubsidi yang tadi untuk rakyat kecil. Tapi seperti gas 3 kilo ini dari 2007 enggak pernah naik, kan enggak fair juga," ucapnya.

(Sumber: Kompas.com/ Yohana Artha Uly, Ade Miranti Karunia | Editor: Akhdi Martin Pratama, Aprillia Ika, Akhdi Martin Pratama)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi