Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Panas, Bahayakah Tidur Semalaman di Lantai?

Baca di App
Lihat Foto
Unsplash/Zhang Kaiyv
Beberapa orang tidur di lantai untuk mencari kesejukan.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Cuaca terik atau panas dirasakan sejumlah masyarakat di sejumlah wilayah di Indonesia, terutama pada siang atau malam hari.

Suhu yang terik membuat gerah dan berkeringat, terlebih jika berada pada ruangan non-AC.

Untuk mendinginkan tubuh atau mencari kenyamanan, sebagian orang memilih untuk tidur beralaskan lantai yang terbuat dari keramik, tegel, dan lainnya.

Baca juga: Cuaca Panas, Bahayakah Tidur Semalaman Pakai Kipas Angin?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lalu, bahayakah jika seseorang memilih tidur di lantai semalaman saat cuaca panas?

Penjelasan dokter

Dokter spesialis paru dan konsultan onkologi di RSUD Pirngadi Medan Mohammad Ramadhani Soeroso menyampaikan, hingga saat ini belum ada penelitian yang mengungkapkan terkait bahaya tidur di lantai semalaman. 

Akan tetapi, tidur di lantai berisiko mengganggu kesehatan karena banyak kuman dan bakteri.

"Menurut penelitian, lantai banyak kuman dan bakteri. Jenis bakteri tersebut ialah streptococcus (25 persen)," ujar Ramadhani saat dihubungi Kompas.com, Rabu (18/5/2022).

Baca juga: Pilih Kardio atau Angkat Beban untuk Turunkan Berat Badan?

Bakteri jenis Streptococcus penumoniae, imbuhnya dapat menyebabkan gangguan pada saluran napas atau infeksi paru.

Hal itu juga dibenarkan oleh dokter spesialis penyakit dalam, Andi Khoemini Takdir Haruni.

"Tidur di lantai sebenarnya tidak menyebabkan penyakit apa pun secara langsung, kecuali jika lantai kotor, maka debu dan kotoran bisa terhirup," kata Andi, terpisah Rabu (18/5/2022).

Adapun gejala seseorang alergi atau ketika menghirup debu, yakni:

Baca juga: Bagaimana Cara Mengetahui Kondisi Paru-paru Kita Sehat atau Tidak?

Paru-paru basah dan reumatik

Sementara itu, masyarakat awam meyakini bahwa orang yang sering tidur di lantai bisa menyebabkan paru-paru basah dan rematik.

Andi pun menjelaskan, kedua kondisi tersebut mungkin berkaitan, namun tidak secara umum.

"Paru-paru basah itu dikenal sebagai pneumonia, sementara rematik itu gout. Tapi enggak semua kena juga, kalau daya tahan tubuhnya kuat ya tidak apa-apa," ujar Andi.

Baca juga: 6 Cara Membersihkan Paru-paru dari Racun Akibat Rokok

Menurutnya, gout atau asam urat bisa disebabkan karena faktor cuaca dingin dan memperburuk kondisi sebagian orang.

Gout atau asam urat adalah jenis artritis yang ditandai dengan nyeri parah, kemerahan, dan nyeri di sendi.

Nyeri dan peradangan terjadi ketika terlalu banyak asam urat yang mengkristal dan menumpuk pada sendi.

Baca juga: Muncul Sensasi Jatuh Mendadak Saat Tidur, Apa Itu?

Siapa yang tidak boleh tidur di lantai

Dikutip dari Healthline, (29/8/2019), tidur di lantai memang tidak direkomendasikan untuk semua orang.

Hal ini mungkin tidak aman untuk beberapa individu, termasuk:

1. Orang tua

Seiring bertambahnya usia, tulang kita menjadi lebih lemah, dan kita kehilangan masalah lemak.

Tidur di lantai dapat meningkatkan risiko patah tulang atau merasa terlalu dingin.

Baca juga: Cara Cepat Tidur Nyenyak, Hanya Butuh 10-60 Detik

2. Orang yang rentan merasa kedinginan

Kondisi seperti anemia, diabetes tipe 2, dan hipotiroidisme dapat membuat Anda merasa kedinginan.

Tidur di lantai dapat membuat Anda lebih dingin, jadi sebaiknya hindari.

3. Orang dengan mobilitas terbatas

Jika Anda kesulitan duduk di lantai atau bangkit kembali, tidurlah di tempat tidur.

Anda juga harus menghindari tidur di lantai jika Anda memiliki masalah sendi seperti radang sendi.

Oleh karena itu, jika cuaca panas dan Anda ingin menyejukkan badan, Andi menyarankan untuk memperbaiki ventilasi udara agar aliran udara yang masuk pada rumah Anda berganti dan terasa sejuk.

Baca juga: Gejala Kolesterol dan Asam Urat, Apa Saja?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi