Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Planet di Tata Surya yang Memiliki Bulan Mengorbit ke Belakang

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Vadim Sadovski
Ilustrasi Neptunus.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Benda langit bergerak pada porosnya dalam dua arah, yakni retrograde dan prograde.

Prograde atau gerak langsung atau gerak maju adalah gerak yang searah dengan benda lain dalam sistemnya.

Gerak retrograde adalah gerak semu dari sebuah planet yang berlawanan arah dengan benda-benda lain di dalam sebuah sistem diamati dari sudut pandang tertentu, jadi seolah olah mundur.

Bulan atau satelit alami planet ada yang bergerak prograde ada juga yang retrograde. Manakah planet yang memiliki bulan mengorbit ke belakang atau retrograde?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Planet Mana yang Memiliki Gunung Berapi Terbanyak?

Planet dengan bulan yang mengorbit ke belakang

Dilansir dari NASA, 15 April 2022, planet yang memiliki bulan mengorbit ke belakang adalah Neptunus.

Bulan Neptunus Triton mengorbit ke belakang dan merupakan satu-satunya bulan besar dari planet mana pun. Laju orbit ini disebut orbit retrograde.

Para astronom tidak yakin mengapa Triton mengorbit Neptunus dengan cara ini.

Hipotesis utamanya adalah bahwa Triton adalah objek Sabuk Kuiper yang ditangkap oleh gravitasi Neptunus jutaan tahun yang lalu. Ini sama seperti Pluto.

Ketika objek biner melewati Neptunus dalam posisi dekat, interaksi gravitasi antara ketiga benda menyebabkan benda biner yang lebih kecil mendapatkan kecepatan dan dikeluarkan.

Sedangkan Triton yang ukurannya lebih besar kehilangan kecepatan dan tetap terjebak dalam orbit di sekitar Neptunus serta kebetulan bergerak ke arah yang berlawanan dengan bulan-bulan Neptunus lainnya ketika mendekati Neptunus.

Baca juga: 2 Planet di Tata Surya yang Tidak Memiliki Bulan, Mana Saja?

Tentang Triton

Dilansir dari NASA, Triton ditemukan pada 10 Oktober 1846 oleh astronom Inggris William Lassell. Hanya 17 hari setelah Neptunus ditemukan.

Triton adalah bulan yang terbesar dari 13 bulan Neptunus. Triton terkunci dalam rotasi sinkron dengan Neptunus, satu sisi menghadap planet setiap saat.

Namun, karena kemiringan orbitnya yang tidak biasa, kedua daerah kutub itu bergiliran menghadap Matahari.

Triton memiliki diameter 1.680 mil (2.700 kilometer). Gambar pesawat ruang angkasa menunjukkan Triton memiliki permukaan kawah yang jarang dengan dataran vulkanik halus, gundukan, dan lubang bundar yang dibentuk oleh aliran lava es.

Triton terdiri dari kerak nitrogen beku di atas mantel es yang diyakini menutupi inti batu dan logam.

Bulan Neptunus ini memiliki kepadatan sekitar dua kali lipat dari air. Ini adalah kepadatan yang lebih tinggi daripada yang diukur untuk hampir semua satelit lain di planet luar.

Bulan lainnya, yakni Europa dan Io, memiliki kepadatan yang lebih tinggi. Ini menyiratkan bahwa Triton mengandung lebih banyak batu di bagian dalamnya daripada satelit es Saturnus dan Uranus.

Baca juga: Saat Elon Musk Ajak Warga Indonesia Pindah ke Planet Mars…

Atmosfer Triton

Atmosfer tipis Triton mayoritas terdiri atas nitrogen dengan sejumlah kecil metana.

Atmosfer ini kemungkinan besar berasal dari aktivitas vulkanik Triton, yang didorong oleh pemanasan musiman oleh Matahari.

Triton, Io dan Venus adalah satu-satunya benda di tata surya selain Bumi yang diketahui aktif secara vulkanik saat ini.

Triton adalah salah satu objek paling memukau di tata surya. Karena sangat dingin, sebagian besar nitrogen Triton terkondensasi sebagai embun beku.

Itu membuat permukaannya berkilau seperti es yang memantulkan 70 persen sinar matahari yang mengenainya.

Voyager 2 NASA adalah satu-satunya pesawat ruang angkasa yang terbang melewati Neptunus dan Triton.

Pesawat ruang angkasa itu menemukan suhu permukaan Triton -391 derajat Fahrenheit (-235 derajat Celcius).

Selama terbang lintas pada 1989, Voyager 2 juga menemukan bahwa Triton memiliki geyser aktif, menjadikannya salah satu dari sedikit bulan yang aktif secara geologis di tata surya ini.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi