Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Aja Rumangsa Bisa Nanging Bisa Rumangsa

Baca di App
Lihat Foto
Encyclopædia Britannica
Pasukan Jepang pada saat Perang Dunia II.
Editor: Sandro Gatra

BERDASAR telaah Pusat Studi Kelirumologi terhadap Perang Dunia II dapat disimpulkan bahwa kekeliruan yang paling keliru adalah yang dilakukan oleh Jerman dan Jepang. Bahkan memutar balik arah gerak sejarah peradaban dunia.

Semula baik Jerman maupun Jepang sudah berjaya pada awal Perang Dunia. Jerman dengan mudah berjaya merambah masuk ke dalam wilayah Cekioslowskia, Polandia, Austria, Belgia, Belanda, Perancis bahkan Afrika Utara.

Sementara Jepang dengan mudah berjaya mengusir Inggris dan Belanda dari Asia Tenggara setelah berjaya menguasai China, Korea dan Filipina.

Namun manusia rawan mabuk bukan hanya karena minuman keras, namun juga sukses. Maka Adolf Hitler mabuk sukses berjaya di awal Perang Dunia II sehingga melakukan kekeliruan menyerbu Rusia.

Sementara militer Jepang juga ikut-ikutan mabuk sukses maka melakukan kekeliruan menyerang Pearl Harbour.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serbuan Jerman ke Rusia memicu amarah Rusia yang semula relatif netral terhadap kemelut Perang Dunia II sehingga Tentara Merah melakukan perlawanan sengit terhadap Jerman.

Sementara serangan Jepang ke Pearl Harbour memicu amarah Amerika Serikat sehingga resmi bergabung dengan Sekutu untuk melawan Jepang di kawasan Pasifik serta merta melawan Jerman di kawasan Eropa dan Afrika.

Andai kata Jerman tidak menyerang Rusia dan Jepang tidak menyerang Pearl Harbour dapat diyakini bahwa sejarah dunia pasti berkisah lain ketimbang sekarang yang ditulis oleh para pemenang Perang Dunia II.

Peta geopolitik dunia juga pasti beda sebab Jerman berhasil memperluas Lebensraum sebagai wilayah kekuasaannya di Eropa karena tidak ada perlawanan dari Rusia dan Inggris.

Andai kata Jepang tidak menyerang Pearl Harbour, maka Amerika Serikat tidak bangun dari tidurnya sehingga Jepang bisa leluasa berkuasa di China, Korea dan Asia Tenggara kecuali Thailand. Maka Indonesia demi memerdekakan diri bukan melawan Belanda, namun Jepang.

Untuk ke sekian kali terbukti bahwa akibat angkara murka kerakusan, memang manusia rawan mabuk sukses sampai lupa diri sehingga gagal dalam menyadari batas kemampuan dirinya sendiri.

Dalam kasus Jerman dan Jepang, mabuk sukses sehingga lupa diri pada Perang Dunia II juga terbukti kearifan adiluhur yang terkandung di dalam falsafah Jawa Ojo Dumeh dan Sak Madyo.

Pada hakikatnya manusia harus mampu menahan diri untuk tidak mabuk sukses sehingga mampu berkata cukup sampai di sini saja akibat sadar aja rumangsa bisa nanging bisa rumangsa (bukan merasa bisa namun bisa merasa).

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi