Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update Kasus Cacar Monyet, 92 Kasus di 12 Negara, Apa Kata WHO?

Baca di App
Lihat Foto
AFP/CHARLES BOUESSEL
Seorang wanita dan anaknya, keduanya terinfeksi cacar monyet, menunggu penanganan medis di sebuah pusat karantina milik Dokter Lintas Batas (Medecins sans frontieres - MSF) Internasional di Zomea Kaka, Lobaya, Republik Afrika Tengah, 18 Oktober 2018.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berharap bisa mengidentifikasi lebih banyak kasus cacar monyet Monkeypox.

Pasalnya, mereka telah memperluas pengawasan di banyak negara yang sebelumnya belum melaporkan kasus.

Hingga Sabtu (21/5/2022), sebanyak 92 kasus yang dikonfirmasi dan 28 kasus dugaan cacar monyet telah dilaporkan dari 12 negara anggota yang tidak endemik virus.

Baca juga: Cacar Monyet di Dunia Lampaui 100 Kasus, Ini Cara Penularannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO menuturkan, pihaknya akan memberikan panduan dan rekomendasi lebih lanjut tentang cara menghentikan penyebaran cacar monyet.

"Informasi yang tersedia menunjukkan bahwa penularan dari manusia ke manusia terjadi di antara orang-orang yang melakukan kontak fisik dekat dengan kasus-kasus yang menunjukkan gejala," ujar WHO, dikutip dari Arab News.

Karena menyebar melalui kontak dekat, virus ini relatif mudah dikendalikan melalui tindakan seperti isolasi diri dan kebersihan.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Cacar Monyet, Gejala, Penyebab, dan Pencegahannya

Menyebar seperti infeksi menular seksual

Spesialis penyakit menular WHO David Heymann mengatakan, penyebaran monkeypox saat ini telah masuk ke dalam populasi sebagai bentuk seksual dan menyebar seperti infeksi menular seksual.

Kondisi inilah yang telah memperkuat penularannya di seluruh dunia.

Heyman menjelaskan, komite ahli internasional telah bertemu secara virtual untuk melihat apa yang perlu dipelajari tentang wabah dan dikomunikasikan kepada publik.

"Termasuk apakah ada penyebaran tanpa gejala, siapa yang paling berisiko, dan berbagai rute penularan," jelas Heyman.

Baca juga: Muncul Lagi Penyakit Cacar Monyet di AS, Apa Itu?

Menurutnya, kontak dekat adalah jalur penularan utama dari virus cacar monyet ini. Misalnya, orang tua yang merawat anak yang sakit dan para petugas kesehatan.

Karenanya, beberapa negara mulai menginokulasi tim yang merawat pasien cacar monyet menggunakan vaksin cacar.

Banyak dari kasus saat ini telah diidentifikasi di klinik kesehatan seksual.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Cacar Monyet, Gejala, Penyebab, dan Pencegahannya

Kasus cacar monyet di Spanyol

Pada Jumat (20/5/2022), otoritas kesehatan di Spanyol melaporkan 23 kasus baru yang dikonfirmasi terutama di wilayah Madrid, sehingga pemerintah menutup semua sauna yang terkait dengan sebagian besar infeksi.

Secara total, kini Spanyol telah melaporkan 30 kasus cacar monyet.

Urutan genomik awal dari beberapa kasus di Eropa telah menunjukkan kesamaan dengan strain yang menyebar secara terbatas di Inggris, Israel, dan Singapura pada 2018.

Baca juga: Indonesia Pernah Dinyatakan Bebas PMK, Mengapa Penyakit Itu Datang Lagi?

Heymann mengatakan, secara biologis memang masuk akal jika virus itu telah beredar di luar negara-negara endemiknya.

Namun, ia menegaskan bahwa wabah cacar monyet tidak menyerupai masa-masa awal pandemi Covid-19, karena tidak mudah menular.

"Mereka yang menduga mereka mungkin telah terpapar atau yang menunjukkan gejala termasuk ruam bergelombang dan demam, harus menghindari kontak dekat dengan orang lain," ujarnya.

"Ada vaksin yang tersedia, tetapi pesan yang paling penting adalah, Anda dapat melindungi diri sendiri," tutupnya.

Baca juga: Ramai Bleaching pada Monyet, Ada Unsur Paksaan dan Penyiksaan

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Cacar Monyet

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi