Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Seseorang Cenderung Pilih Pasangan yang Mencerminkan Dirinya?

Baca di App
Lihat Foto
pressfoto/Freepik
Ilustrasi pasangan.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Sebagian orang cenderung memilih pasangan yang mencerminkan diri mereka. Bahkan istilah pasangan adalah cerminan diri kerap diyakini oleh banyak orang.

Salah satu twit yang diposting oleh akun @Va************* di sosial media Twitter juga menyakini hal serupa.

"Dari Maudy Ayunda, kita belajar jodoh adalah cerminan diri sendiri. Jadi untuk semua yang single, ayo kita upgrade diri dan level up!" tulis akun tersebut.

Sebelumnya, aktris tanah air Maudy Ayunda dikabarkan telah melangsungkan pernikahan setelah dirinya mengunggah foto mengenakan kebaya lengkap di akun Instagramnya pada Minggu (22/5/2022).

Kabar tersebut membuat heboh warganet. Mereka menduga bahwa pasangan Maudy Ayunda merupakan lulusan Standford University, kampus yang menjadi tempat Maudy menempuh pendidikan S2-nya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dugaan tersebut semakin kuat ketika warganet menemukan akun LinkedIn laki-laki yang diduga sebagai suami pelantun lagu 'Perahu Kertas' itu. Dalam Linkedin tersebut, tertulis bahwa ia merupakan lulusan MBA Standford University, jurusan yang sama dengan Maudy Ayunda.

Lantas, benarkah seseorang cenderung memilih pasangan yang mencerminkan diri mereka?

Baca juga: Inilah Alasan Kita Memilih Pasangan yang Mirip Mantan, Kata Ahli

Penjelasan psikolog

Psikolog sekaligus dosen di UNISA Yogyakarta Ratna Yunita Setiyani mengatakan, pemilihan pasangan sesuai dengan cerimanan diri perlu ditinjau secara lebih mendalam.

Namun, hal tersebut bisa saja terjadi lantaran karakteristik manusia yang dinamis sehingga dapat menyesuaikan diri dengan pasangan mereka.

"Karena manusia ini unik dan terus berkembang, maka bisa berarti pada sisi atau sudut tertentu iya," terangnya, saat dihubungi Kompas.com, Senin (23/5/2022).

Menurutnya, pasangan telah melalui proses mengenal yang cukup lama sehingga terbentuk ikatan pasangan hidup, terutama bagi pasangan yang telah mengenal selama bertahun tahun.

Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa, ketika seseorang memilih pasangan hidup mereka akan memilih yang mirip dengan dirinya, baik dari latar belakang, tingkat intelektual, status ekonomi, dan sosial yang sama.

Baca juga: Benarkah Anak Perempuan Pertama Cerminan Ayahnya?

Dilansir dari Psypost, Psikolog Donn Byrne mengatakan bahwa kesamaan pada tahap awal hubungan justru menciptakan ketertarikan.

Sebaliknya, hampir semua bukti menunjukkan bahwa hal-hal yang berlawanan sangat jarang menarik.

Bahkan survei yang dilakukan oleh Byrne menunjukkan bahwa seseorang merasa lebih tertarik pada orang lain yang memiliki sikap serupa.

"Faktanya, semakin besar tingkat kesamaan sikap, semakin besar ketertarikan dan kesukaan," jelas Byrne.

Studi lainnya yang dilakukan oleh asisten profesor di Stanford Graduate School of Education Ben Domingue yang menemukan bahwa seseorang cenderung tertarik pada orang lain yang terlihat mirip dengan diri mereka.

Baca juga: Sudah Siapkah dengan Pertanyaan Kapan Menikah dan Kapan Punya Anak? Begini Saran Psikolog

Dikutip dari Time, banyak penelitian menemukan bahwa pasangan cenderung lebih mirip secara genetik daripada orang asing, baik itu dari status sosial hingga capaian pendidikan.

Domingue kemudian mempelajari kesamaan genetik antara pasangan.

Studi itu menunjukkan bahwa orang yang cocok secara genetik cenderung menemukan satu sama lain karena kesamaan sosial, budaya atau lingkungan.

“Kesamaan genetik menyebabkan orang berada di lingkungan yang sama atau hanya berkorelasi dengan hal lain yang menyebabkan orang berada di lingkungan yang sama,” kata Domingue.

“Begitu Anda berada di lingkungan itu, baik perguruan tinggi maupun lingkungan, di situlah Anda menemukan pasangan Anda,” jelasnya.

Baca juga: Profil Lengkap Jesse Jiseok Choi, Suami Maudy Ayunda

Saling melengkapi atau cerminan diri?

Selain cerminan diri, memilih pasangan kerap dikaitkan dengan 'saling melengkapi'. Beberapa orang percaya bahwa memilih pasangan sebaiknya yang bisa saling melengkapi.

Hal serupa juga pernah diungkapkan oleh sosiolog Robert Francis Winch.

Winch berpendapat bahwa ketika menyangkut kepribadian seseorang, yang penting bukanlah kesamaan tetapi rasa saling melengkapi.

Dilansir dari Psypost, Winch mengungkapkan, individu akan tertarik pada orang lain yang memiliki ciri kepribadian yang tidak mereka miliki.

Sebagai contoh, seorang pria yang ekstrovert akan tertarik pada seorang wanita yang introvert.

Kendati demikian, hampir tidak ada bukti yang mendukung hipotesis ini.

Sebaliknya, studi mengenai teman dan pasangan secara konsisten menemukan bahwa dua individu lebih mungkin menjadi teman dan pasangan jika mereka serupa dalam hal kepribadian mereka.

Faktanya, gagasan bahwa seseorang cenderung lebih tertarik pada orang lain yang serupa dengannya justru lebih kuat.

Ulasan dari 313 penelitian dengan lebih dari 35.000 peserta menemukan bahwa kesamaan adalah prediktor kuat ketertarikan pada tahap awal suatu hubungan.

Bahkan, beberapa psikolog mengatakan efek kesamaan itu sebagai "salah satu generalisasi terbaik dalam psikologi sosial".

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: TIME, PsyPost
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi