Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nikko, Bocah 7 Tahun di Semarang, Ditinggal Ibunya Sejak Kecil, Berjualan Koran demi Menyambung Hidup

Baca di App
Lihat Foto
TikTok @sayaceper12
Nikko, bocah penjual koran di lampu merah Pandanaran, Semarang.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Nikko, bocah 7 tahun asal Semarang, Jawa Tengah, viral di media sosial.

Hal itu setelah videonya yang sedang berjualan koran di Perempatan Pandanaran, Semarang diunggah oleh akun TikTok @sayaceper12.

Berbeda dengan anak-anak sebayanya, Nikko harus berjualan koran untuk menyambung hidup.

Baca juga: Video Viral Nikko, Bocah yang Jualan Koran di Lampu Merah Semarang

Kisah Nikko

Bocah berusia 7 tahun asal Semarang ini setiap hari menjajakan korban di kawasan lampu merah di Pandanaran, Semarang Jawa Tengah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nikko banyak dikenal setelah video kegiatannya berjualan koran diunggah Andry Fatma Ristanto, pemilik akun TikTok sayaceper12.

Hingga Selasa (24/5/2022) kemarin, unggahan TikTok Nikko telah ditonton lebih dari 3 juta kali dan disukai lebih dari 300.000 warganet.

Sehari-hari Andry bekerja sebagai supir BRT Trans Semarang Koridor VIII Nomor Lambung 015.

Andry pertama kali mengunggah video kegiatan Nikko berjualan koran pada 25 Maret 2022 lalu.

Video unggahan tersebut memperlihatkan Nikko berpakaian rompi biru, tengah berlari dengan sumringah ke arah Trans Semarang yang dikendarai Andry.

Di tengah terik matahari dan ramainya kendaraan saat itu, raut sedih dan lelah tak terlihat di wajah Nikko.

Hal yang sama juga saat ditanya apakah dirinya sudah makan, Nikko dengan santai dan polosnya, menjawab belum.

Pertama bertemu saat pandemi Covid-19

Andry mengatakan, pertama kali bertemu Nikko pada 2020, saat awal pandemi Covid-19.

"Saya kenal kan sudah lama awal corona. Cuma saya kasihan, tak beli korannya. Dia (berjualan) di lampu merah Pandanaran, dekat KFC Pandanaran," kata Andry kepada Kompas.com, Selasa (25/5/2022).

Mulanya, dirinya tidak pernah merekam aksi Nikko.

Namun dorongan rasa ingin tahu, membuat Andry merekam Nikko untuk disimpan sendiri.

Waktu berjalan, Andry dan Nikko pun semakin dekat.

Namun suatu hari, Nikko tiba-tiba tak terlihat di sekitar lampu lalu lintas Pandanaran, tempat ia menjajakan koran.

Rasa rindu pun membuat Andry mengunggah video bersama Nikko.

"Kemarin (25/3/2022) itu saya upload karena seminggu Nikko nggak berangkat. Cuma saya kangen, ternyata dia sakit," tutur Andry.

Nikko tidak bersekolah

Meski masih belia, Nikko sudah merasakan kerasnya hidup.

Ia juga tidak menempuh bangku pendidikan seperti anak-anak sebayanya.

Andry bercerita, sejak usia satu tahun Nikko ditinggal oleh sang ibu.

Ia pun hidup bersama sang ayah, dan berjualan koran untuk menyambung hidup.

Sementara ayahnya, seorang pekerja serabutan yang terkadang menemani Nikko berjualan.

"Nggak sekolah dia. Umur satu tahun dia ditinggal sama ibunya, ceritanya cuma gitu. Akhirnya dia jualan koran untuk biaya hidup, untuk makan," kata Andry.

Melihat Nikko yang berjualan koran di usia masih sangat kecil, beberapa warganet bahkan berpendapat bahwa ia korban eksploitasi anak oleh orang tuanya.

Namun, pendapat tersebut ditepis oleh Nikko sendiri yang menyerukan bahwa berjualan koran adalah keinginannya.

"Nggak (paksaan), saya juga pernah ketemu bapaknya kan. Banyak itu yang komen itu dieksploitasi itu dipaksa-paksa, akhirnya saya tanya sama bapak Nikko apakah maksa. Enggak katanya, Nikko mau sendiri," ujar Andry.

Tinggal di ruko kosong

Hidup berdua bersama sang ayah, Nikko tidak memiliki tempat tinggal tetap.

Namun Nikko dan ayahnya bertemu dengan orang baik yang menawarkan ruko untuk menjadi tempat tidur sementara.

"Dia tidurnya di ruko kosong tapi pemilik ruko baik hati juga, suruh tidur di dalam. Rukonya di Bubakan, Johar," cerita Andry.

Andry berniat mengunjungi Nikko di ruko tersebut. Sayangnya, keinginan itu belum bisa terpenuhi lantaran dirinya belum sempat.

"Saya kemarin mau ke situ, saya tahu tempatnya di situ, cuma nggak bisa masuk karena ada bongkaran, ramai di situ, jadi macet. Belum lihat tempat tidurnya Nikko, belum sempat," ujar Andry.

Melihat Nikko, Andry teringat masa kecil

Kepada Kompas.com, Andry menuturkan bahwa Nikko mengingatkannya semasa kecil.

Hanya saja, dirinya beruntung lantaran masih sempat mengenyam bangku pendidikan.

"Keinget dulu saya pas kecil, sama kayak Nikko saya. Tapi kan bedanya saya sekolah. Pas SD saya sambil bawa kripik, jadi sekolah nyambi jualan," cerita pria berusia 25 tahun ini.

Lebih lanjut Andry bercerita, selesai SD dan masuk SMP, dirinya sudah bisa mengendarai kendaraan roda empat dan memanfaatkan itu untuk mencari uang.

"Pulang sekolah saya nyupir angkot dulu. Saya waktu kecil itu bekerja untuk biar dapat uang buat jajan, biar teman beli itu, saya bisa beli," tutur Andry.

"Itu yang membat saya kasihan sama Nikko, membantu Nikko," kata dia.

Nah itulah kisah Nikko, bocah 7 tahun yang harus berjualan koran di perempatan lampu merah Semarang untuk menyambung hidup.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi