Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Startup Zenius dan LinkAja PHK Ratusan Karyawan, Apa yang Terjadi?

Baca di App
Lihat Foto
PIXABAY
Ilustrasi startup.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Dua perusahaan startup di Indonesia yakni Zenius dan LinkAja memutuskan untuk melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap ratusan karyawan mereka.

Dilansir dari Kompas.com (25/5/2022), Zenius melakukan PHK karyawan lantaran perusahaan tersebut tengah mengalami kondisi makro ekonomi terburuk dalam beberapa dekade terakhir.

Sementara LinkAja memutus hubungan kerja para karyawan dengan alasan reorganisasi Sumber Daya Manusia (SDM).

Kendati demikian, Zenius dan LinkAja bukan merupakan dua perusahaan startup Indonesia yang melakukan PHK karyawan. Sebelumnya, startup seperi TaniHub, OYO, Traveloka hingga Gojek juga pernah melakukan hal serupa.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Dua Perusahaan Startup LinkAja dan Zenius PHK Ratusan Karyawan, Apa Alasannya?

Lantas mengapa startup kerap mengalami fase melakukan PHK karyawan besar-besaran?

Penjelasan ahli

Pakar Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Eddy Junarsin mengatakan, bisnis startup merupakan binis yang saat ini digandrungi oleh Generasi Z.

Bisnis startup semakin menjamur di Indonesia lantaran dukungan kemajuan teknologi yang pesat. Kendati demikian, bisnis ini memang memiliki risiko yang tinggi.

"Iya memang risiko bisnis semakin volatile di zaman digital ini," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (26/5/2022).

Selain itu, Eddy mengatakan bahwa perkembangan bisnis startup ini berpotensi kolaps ketika pemintaan pasar menurun dan tren berubah.

"Jadi sebenarnya orang-orang yang bekerja di dunia startup itu memang harus siap untuk pindah kapan pun sebetulnya karena risikonya tinggi," kata dia.

Baca juga: Mengintip Motor Terbang Buatan Startup Jepang, Dibanderol Rp 9,6 M

Faktor penyebab PHK karyawan

Terpisah, Direktur Celios Bhima Yudhistira mengatakan bahwa penyebab perusahaan startup melakukan PHK terhadap ratusan karyawannya didasari oleh beberapa faktor.

1. Kondisi pandemi

Tidak bisa dipungkiri bahwa wabah pandemi Covid-19 sangat berdampak bagi industri startup. Bahkan, sejumlah startup mengalami kesulitan pendanaan akibat pandemi ini.

"Penyebab PHK beberapa startup karena alami kesulitan pendanaan setelah rencana bisnis terpengaruh oleh pandemi dan penurunan user secara signifikan," ujar Bhima kepada Kompas.com, Kamis (26/5/2022).

Kendati pengguna internet mengalami lonjakan selama pandemi, namun hal tersebut tidak berdampak bagi sebagian startup.

Baca juga: Mengenang Ashraf Sinclair, Suami BCL yang Aktif di Dunia Perfilman dan Startup

2. Kenaikan suku bunga

Selain terkait pandemi, Bhima menjelaskan, kenaikan tingkat suku bunga di berbagai negara juga menjadi faktor sebuah perusahaan startup memutus hubungan kerja ratusan karyawannya.

"Secara makro kenaikan tingkat suku bunga di berbagai negara membuat investor mencari aset yang lebih aman," terangnya.

"Imbasnya saham startup teknologi dianggap high risk," imbuh Bhima.

Baca juga: Pahami Pajak UMKM dan Cara Menghitungnya

Bahkan, mayoritas pengamat memperkirakan bahwa 2022 merupakan winter-nya startup. Artinya, perusahaan startup akan merasakan tekanan sell-off besar-besaran di industri digital.

"Apakah ini hanya temporer? Yang jelas banyak startup kesulitan mendapatkan pendanaan baru dan investor makin selektif dalam memilih startup," kata Bhima.

Peristiwa ini mengulang tech bubble pada 2001. Ujungnya, hanya akan tersisa pemenang yang memang bisnis modelnya mampu teruji.

"Dulu kan ada Amazon, E-bay yang lolos ujian dotcom bubble, mungkin sekarang waktunya startup di Indonesia diuji oleh pasar," ujarnya.

Baca juga: Begini Aturan Pajak bagi UMKM atau Pengusaha Olshop

3. Winner takes all

Faktor berikutnya adalah winner takes all yang merupakan peta persaingan startup.

"Kalau e-commerce ada top 3 pemain, maka jangan harap pemain kecil bisa bersaing. Begitu juga terjadi di edutech, banyak yang tidak bersaing karena kurang pendanaan akhirnya tersisih dari pasar," terang Bhima.

Sebenarnya, faktor promosi produk dan bakar uang efektif mengurangi jumlah persaingan secara signifikan.

Namun, jika cashflow cukup tidak kuat, startup akan kalah dan digantikan oleh perusahaan lain yang gencar promosi.

"E-commerce itu sudah saturated, begitu juga dengan bisnis payment atau dompet digital, edutech saya lihat sudah mulai jenuh," ungkapnya.

Baca juga: Cara Cek Bantuan UMKM dan Ambil Antrean Secara Online

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi