Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Matahari Tepat di Atas Kabah 28 Mei, Ini Cara Cek Arah Kiblat

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi ibadah umrah, kabah, Arab Saudi
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Umat Islam di Indonesia berkesempatan untuk mengecek ulang arah kiblat pada Sabtu besok ini, 28 Mei 2022.

Hal tersebut dikarenakan pada 28 Mei 2022, Matahari tepat berada di atas Kabah saat tengah hari atau biasa disebut Kulminasi Agung (Great Culmination atau Istiwa'ul A'zham).

Peneliti Pusat Sains Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang menjelaskan, saat Matahari berada di atas Kabah, bayangan benda yang terbentuk akan mengarah ke Kabah.

Fenomena ini, menurut Andi akan terjadi sebanyak dua kali dalam setahun ini, yakni 28 Mei dan 15 Juli 2022.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adapun secara astronomis, Kulminasi Agung terjadi saat deklinasi Matahari bernilai sama atau kecil selisihnya dengan lintang geografis Kabah.

Lantas, kapan tepatnya fenomena ini terjadi dan bagaimana cara mengecek arah kiblat?

Baca juga: Ramai soal Hajar Aswad Kabah di Metaverse, Apa Itu Metaverse?

Waktu Kulminasi Agung

Andi menjabarkan, puncak Kulminasi Agung pertama di tahun ini akan terjadi pada 28 Mei 2022 pukul 16.17 WIB atau 17.17 WITA atau 18.17 WIT.

"Tanggal dan waktu ini dapat digunakan untuk mengecek kembali arah kiblat di masjid atau mushala tempat Anda masing-masing," kata dia.

Namun, jika cuaca tidak mendukung, meluruskan kiblat bisa dilakukan di luar puncak fenomena Kulminasi Agung.

Tepatnya, dua hari sebelum hingga dua hari sesudah puncak fenomena, sejak lima menit sebelum hingga lima menit sesudah puncak fenomena.

"Misalkan, jika 28 Mei ternyata berawan, pengamatan dapat dilakukan pada tanggal 26-30 Mei pukul 16.13-16.23 WIB atau 17.13-17.23 Wita atau 18.13-18.23 WIT," terang Andi, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (27/5/2022).

Wilayah

Sayangnya, tidak semua wilayah di Indonesia bisa memanfaatkan fenomena ini untuk meluruskan kiblatnya.

Beberapa wilayah Indonesia yang tidak bisa meluruskan atau mengecek arah kiblat antara lain:

"Kesembilan wilayah ini dapat meluruskan arah kiblat ketika Matahari berada di titik balik atau Nadir Kabah, yakni 29 November pukul 06.09 WIT dan 14 Januari pukul 06.30 WIT," jelas Andi.

Baca juga: Fenomena Matahari di Atas Kabah untuk Verifikasi Arah Kiblat, Catat Waktu Terjadinya

Cara cek arah kiblat

Selain mudah dan murah, penentuan arah kiblat menggunakan Kulminasi Agung juga memiliki hasil yang akurat.

Bahkan menurut Andi, hasilnya lebih akurat dibanding memakai alat bantu seperti kompas.

"Kompas dipengaruhi oleh medan magnet alami maupun buatan sehingga dapat memengaruhi keakuratan pengukuran," papar Andi.

Sebelum mengecek kembali arah kiblat, persiapkan sejumlah peralatan sebagai berikut:

  • Tongkat lurus atau benda tegak tidak berongga seperti spidol papan tulis, botol plastik PET, dan botol minum. Bisa juga menggunakan benang berbandul.
  • Jam yang sudah dikalibrasikan (bisa merujuk pada http://jam.bmkg.go.id/Jam.BMKG atau https://time.is/)

Berikut cara mengecek kembali arah kiblat menggunakan fenomena Matahari di atas kabah:

  1. Tentukan tempat yang akan diketahui arah kiblatnya. Cari lokasi yang rata dan tentunya terkena cahaya Matahari.
  2. Tancapkan tongkat (atau benda lain yang tersedia) di atas permukaan tanah dan pastikan tongkat benar-benar tegak lurus (90 derajat dari permukaan tanah). Jika menggunakan benang berbandul, cukup gantungkan benang.
  3. Tunggulah hingga waktu Kulminasi Agung tiba. Kemudian, amati bayangan tongkat atau benang pada waktu Kulminasi Agung.
  4. Tandai ujung bayangan, dan tariklah garis lurus dengan pusat bayangan tongkat atau bandul.
  5. Garis lurus yang menghadap dari ujung pusat ke pusat bayangan merupakan arah kiblat untuk tempat tersebut.

Baca juga: Nadir Kabah Terjadi Hari Ini, Fenomena Apa Itu?

Rentang waktu Kulminasi Agung

Tanggal maupun jam terjadinya Kulminasi Agung tidak tetap setiap tahunnya.

Hal ini dikarenakan gerak semu tahunan Matahari yang relatif berubah-ubah jika mengacu pada kalender Masehi.

Namun, setidaknya sampai tahun 2071 mendatang, tanggal fenomena ini masih dalam rentang yang sama, yakni 27-28 Mei maupun 15-16 Juli.

Rentang tanggal tersebut dipengaruhi oleh perubahan kemiringan sumbu Bumi yang berfluktuasi antara 24,1 derajat pada 7530 SM hingga 22,7 derajat pada 12030 M.

"Kemiringan sumbu Bumi yang semakin kecil mengakibatkan femonena ini akan terjadi lebih lambat pada Mei atau lebih cepat pada Juli jika dibandingkan dengan saat ini," ujar Andi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi