Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil dan Sepak Terjang Buya Syafii Maarif

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Ihsanuddin
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Buya Syafii Maarif di Gedung PPATK, Jakarta, Selasa (19/12/2017).
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Tokoh Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif atau yang dikenal dengan nama Buya Syafii Maarif wafat.

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah 1998-2005 itu meninggal dunia pada Jumat (27/5/2022) pukul 10.15 WIB di RS PKU Muhammadiyah, Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Muhammadiyah dan bangsa Indonesia berduka. Telah wafat Buya Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif," ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, dikutip Kompas.com, Jumat (27/5/2022).

"Semoga beliau husnul khatimah, diterima amal ibadahnya, diampuni kesalahannya, dilapangkan di kuburnya, dan ditempatkan di jannatun na'im. Mohon dimaafkan kesalahan beliau dan doa dari semuanya," lanjutnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Mengenang Ki Manteb Soedharsono, Si Dalang Setan...

Buya Syafii Maarif mengalami sesak napas sejak 14 Mei 2022 kemudian dilarikan ke RS PKU Muhammadiyah Gamping.

Kondisi Buya diketahui sempat membaik. Namun kondisinya kritis sebelum meninggal dunia pada Jumat (27/5/202).

Buya Syafii Maarif meninggal dunia dalam usia 86 tahun.

Baca juga: Mengenang Presiden Soekarno dan Warisan Pemikirannya...

Sosok Buya Syafii Maarif

Dilansir laman UMM, 9 Desember 2014, Ahmad Syafii Maarif lahir di Sijunjung, Sumatera Barat pada 31 Mei 1935.

Dia adalah mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah 1998-2005, menggantikan Amien Rais.

Buya Syafii memulai pendidikannya di Sekolah Rakyat (SR) di Sumpur Kudus pada 1942.

Selain bersekolah formal, Buya Syafii juga belajar agama di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah pada sore hari dan belajar mengaji di surau pada malam harinya.

Baca juga: Mengenang Si Anak Pantai Imanez dan Perjalanan Hidupnya...

Buya Syafii menyelesaikan pendidikannya di SR pada 1947, namun karena beban ekonomi, dia baru melanjutkan sekolahnya di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Balah Tengah, Lintau, Sumatera Barat, pada 1950.

Setelah itu lanjut ke Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta hingga tamat pada 1956.

Berbekal ilmu dari Muallimin, Buya Syafii merantau ke Lombok Timur dan mengabdi selama setahun di sekolah Muhammadiyah.

Baca juga: Sepak Terjang KH Miftachul Akhyar, Rais Aam PBNU Periode 2021-2026

Pendidikan sarjana Buya Syafii Maarif

Gelar Sarjana Muda diraih Buya Syafii dari Universitas Cokroaminoto pada 1964, sedangkan gelar Sarjana ia peroleh dari IKIP Yogyakarya (sekarang Universitas Negeri Yogyakarta/UNY) empat tahun kemudian.

Dia mendapat gelar Master of Arts dari Ohio University, Amerika Serikat (AS) pada 1979.

Lalu mendapat gelar doktoral dari University of Chicago di negara yang sama pada 1983.

Selama di Chicago inilah, Buya Syafii secara intelektual dibimbing tokoh pembaharu Islam Fazlur Rahman serta terlibat diskusi intensif dengan Nurcholish Madjid dan Amien Rais yang juga tengah belajar di tempat yang sama.

Baca juga: INFOGRAFIK: Profil KH Maruf Amin, Wakil Presiden RI 2019-2024

Kepakarannya kian lengkap setelah menjadi Guru Besar Ilmu Sejarah pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) IKIP Yogyakarta (sekarang Fakultas Ilmu Sosial UNY).

Sekalipun memiliki akar Muhammadiyah yang kuat, Buya Syafii baru benar-benar aktif di perserikatan pada 1985 saat diajak Amien Rais menjadi anggota Majelis Tabligh PP Muhammadiyah.

Lima tahun setelahnya, yaitu saat Muktamar ke-42 di Yogyakarta pada 1990, ia terpilih dalam formatur 13 PP Muhammadiyah dan kemudian diangkat sebagai bendahara PP.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Muhammadiyah Didirikan di Yogyakarta, Bagaimana Awal Mulanya?

Kancah Buya Syafii di Muhammadiyah dan dunia internasional

Saat itu PP Muhammadiyah dipimpin Ahmad Azhar Basyir hingga wafat pada 1994 dan bola kepemimpinan jatuh pada Amien Rais di mana Syafii lantas dipercaya sebagai salah satu wakil ketua.

Sejak Desember 1998, yaitu saat Sidang Tanwir PP Muhammadiyah di Bandung, Syafii diberi amanah sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah setelah Amien memimpin PAN.

Sikap Syafii yang moderat dan bersahaja membuat Muhammadiyah di era kepemimpinannya amat disegani oleh berbagai kalangan dari latar politik, agama, dan budaya yang berbeda.

Baca juga: Apa Itu RUU HIP yang Dipersoalkan NU dan Muhammadiyah?

Di kancah internasional, Syafii pernah menjadi presiden World Conference on Religion and Peace (WCRP) sebagai forum tokoh-tokoh lintas agama dunia bermarkas di New York yang mempromosikan agama sebagai instrumen perdamaian dan anti-kekerasan.

Syafii mendapatkan penghargaan People of The Year 2020 Kategori Lifetime Achievement (prestasi seumur hidup) pada 24 November 2020.

Dilansir dari laman Muhammadiyah, penghargaan itu tak terlepas dari konsistensinya merawat nilai egaliteranisme yang berhasil melewati batas-batas suku, agama, dan ras serta sumbangsih pemikirannya untuk membangun bangsa Indonesia.

Baca juga: Nomor WhatsApp Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Muti Diretas, Ini Kronologinya...

Kiprah Buya Syafi dan Maarif Institute

Salah satu hal nyata diwujudkan Buya Syafii Maarif atas komintennya terhadap nilai keindonesiaan dan egaliteranisme-nya tercermin lewat Maarif Institute.

Itu adalah sebuah lembaga gerakan kebudayaan dalam konteks keislaman, kemanusiaan, dan keindonesia.

Bahkan di usia senjanya, Buya Syafii tak sungkan untuk terus menyampaikan nilai-nilai ini kepada generasi muda.

Menurut Syafii, pokok tauhid di muka bumi ini pertama adalah keadilan dan kedua adalah egaliterianisme.

Baca juga: Tri Mumpuni, Tokoh Indonesia yang Masuk Daftar 22 Muslim Berpengaruh Bidang Saintek

Hal itulah yang membuat tokoh pengagum Bung Hatta ini dalam berbagai kesempatannya menegaskan bahwa Islam diturunkan bukan untuk Tuhan tetapi untuk manuisa. Dan keadilan merupakan inti dari ajaran islam itu sendiri.

Kisah hidup Syafii yang inspiratif dibuat menjadi novel dan difilmkan oleh sutradara Damien Dematra. Judulnya “Si Anak Kampoeng”.

Film ini meraih enam penghargaan pada American International Film Festival (AIFF).

Baca juga: Sisi Lain Tri Mumpuni, Ilmuwan sekaligus Ibu yang Menjadi Tokoh Muslim Berpengaruh di Dunia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi