KOMPAS.com - Kehadiran buah hati merupakan salah satu hal yang diinginkan oleh sebagian besar pasangan suami istri setelah menikah.
Sayangnya, tidak semua bisa dengan mudah mendapatkan keturunan.
Ada banyak alasan yang melatarbelakangi, misalnya masalah ketidaksuburan yang dialami oleh salah salah satu pasangan, masalah kesehatan organ reproduksi, dan lain sebagainya
Hal ini tentu akan membuat proses mendapatkan keturunan menjadi sedikit lebih sulit.
Salah satu cara yang banyak dipilih oleh pasangan untuk membantu mendapatkan keturunan adalah metode bayi tabung.
Apa itu bayi tabung?
Baca juga: Pijat Bayi: Cara, Manfaat, dan Waktunya
Apa itu bayi tabung?
Bayi tabung dikenal juga dengan istilah In Vitro Fertilization (IVF).
Dikutip dari laman Ciputra Hospital, bayi tabung adalah proses pembuahan yang dilakukan di luar rahim dan proses hubungan seksual.
Artinya, sel telur istri dan sperma suami disatukan bukan di dalam tubuh melalui hubungan suami-istri, melainkan di dalam laboratorium khusus.
Selanjutnya, sel telur yang telah dibuahi dan menjadi embrio akan dibiarkan berkembang di tempat khusus selama beberapa waktu.
Nantinya, embrio yang telah berkembang itu akan dipindahkan ke dalam rahim.
Lamanya proses bayi tabung dapat dihitung tidak dapat dipastikan. Satu siklus bayi tabung dapat memakan waktu sekitar 2-3 minggu.
Hanya saja, pada kondisi tertentu dokter mungkin akan menyarankan pasien untuk melakukan lebih dari satu siklus bayi tabung hingga akhirnya pasien berhasil hamil.
Metode pembuahan dengan intervensi teknologi kedokteran semacam ini diyakini dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan.
Baca juga: Mengenal Program Bayi Tabung, Bagaimana Prosesnya?
Sejarah bayi tabung
Sejarah bayi tabung sudah dimulai sejak 1934.
Dikutip dari Verywell Family, kala itu, seorang dokter bernama Dr. Gregory Pincus pertama kali mencoba pembuahan sel telur kelinci di dalam laboratorium.
Sebelas tahun setelahnya, ia dan salah satu teknisi laboratorium menciptakan kondisi yang memungkinkan dilakukannya pembuahan sel telur manusia di laboratorium.
Pada 1951, Dr. Landrum Shettles berhasil meniru metode pembuahan yang digagas oleh Dr. Pincus. Ia juga berhasil membuat telur yang dibuahi berkembang hingga hari keenam.
Pada November 1977, Dr. Robert Edwards dan Dr. Patrick Steptoe di Inggris untuk pertama kalinya berhasil melakukan proses bayi tabung
Ketika itu, sel telur diambil dari Lesley Brown dan dibuahi oleh sampel sperma milik John Brown.
Keberhasilan itu menjadi praktek IVF pertama yang berhasil di dunia. Hasilnya adalah bayi perempuan bernama Louise Joy Brown pada 25 Juli 1978 di Inggris.
Bayi hasil IVF kedua adalah bayi laki-laki bernama Alastair MacDonald pada 4 Januari 1978.
Ketiga adalah bayi Candice Elizabeth Reed yang lahir di Australia, 23 Juni 1980.
Praktek IVF akhirnya sampai ke Benua Amerika dan pertama kali berhasil dilakukan pada 17 April 1981 oleh Dr. Georgeanna dan Howard Jones.
Hasilnya, bayi pertama hasil IVF di Amerika lahir pada 28 Desember 1981 bernama Elizabeth Jordan Carr.
Baca juga: Hindari 4 Hal Ini Selama 2 Minggu Setelah Transfer Embrio Program Bayi Tabung
Risiko bayi tabung
Dalam setiap tindakan medis pasti memiliki risiko. Begitu pun pada praktik bayi tabung.
Pasien yang menjalankan program ini bisa menemui sejumlah risiko, baik risiko kehamilan maupun kesehatan yang lebih luas.
Misalnya, kelahiran bayi prematur, keguguran, komplikasi obat kesuburan, kanker, dan lain sebagainya.
Untuk menghindari risiko yang ada, pasien harus berdiskusi dengan dokter yang menangani program bayi tabung dan membicarakan segala hal secara detil.
Baca juga: Apa Itu Bayi Tabung?
Proses program bayi tabung
Untuk akhirnya bisa menjalani program bayi tabung, sepasang suami-istri harus menjalani proses yang cukup panjang.
Berikut tahapan yang harus dilalui:
Tahap 1: peninjauan riwayat kesehatanDi tahap pertama adalah riwayat kesehatan pasien, baik istri maupun suami, akan ditinjau oleh dokter.
Di tahap ini, riwayat pemeriksaan dan pengobatan pasien di masa lalu akan ditanyakan.
Ini agar dokter bisa memberikan saran pilihan pengobatan yang dapat dilakukan ke depannya.
Tahap 2: konsultasi pra-perawatanSelanjutnya, pasien akan bertemu dengan dokter spesialis kesuburan dan mengonfirmasi rencana perawatan.
Pasien juga akan diminta menandatangani formulir persetujuan untuk dilakukannya proses bayi tabung dan segala prosedur yang ada di dalamnya.
Terbukalah pada dokter jika sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, karena bisa jadi obat tersebut mengganggu kelancaran proses bayi tabung.
Tahap 3: proses bayi tabung dimulaiPasien akan diberi obat-obatan juga hormon yang diperlukan untuk proses bayi tabung, termasuk akan diberi tahu bagaimana cara mengelola suntikan hormon yang diberikan.
Tahap 4: stimulasi hormonSuntikan hormon stimulasi akan merangsang ovarium untuk memproduksi lebih banyak telur. Kondisi produksi telur yang tinggi ini memperbesar potensi kehamilan.
Tahap 5: Pemantauan perawatanSepanjang siklus bayi tabung, pasien akan diminta melakukan tes darah secara reguler untuk mengukur kadar hormon.
Tak hanya itu, pasien juga akan melakukan USG untuk mengukur ukuran dan jumlah folikel ovarium.
Tahap 6: Suntikan PemicuSetelah diketahui jumlah dan ukuran folikel optimal, dokter akan merencanakan koleksi sel telur pasien.
Pasien akan diberi suntikan pemicu berupa hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) di malam hari dan pengumpulan telur akan dilakukan 36-38 jam kemudian.
Baca juga: 2 Faktor Keberhasilan Program Bayi Tabung bagi Pasangan Tidak Subur
Tahap 7: Pengumpulan telurProses pengumpulan telur memerlukan rawat inap singkat, biasanya di bawah panduan ultrasonografi.
Saat operasi dilakukan, pasien akan diberi anestesi, jenis anestesi bisa dipilih oleh pasien, apakah ingin yang lokal, atau total.
Setelah itu, dokter membutuhkan sampel sperma suami agar dapat segera dilakukan pembuahan pada telur yang telah dikumpulkan.
Tahap 8: Pembuahan telurTelur dan sperma yang telah dikumpulkan akan dibawa ke laboratorium dan ditempatkan di media khusus untuk persiapan proses pembuahan.
Pemilihan sperma untuk proses pembuahan ini biasanya akan dibantu seorang ahli embriologi dan di bawah kontrol mikroskopis yang canggih.
Lalu, telur akan disuntik dengan sperma tunggal yang telah dipilih.
Tahap 9: Pengembangan embrioTelur yang sudah disuntik sperma akan ditempatkan dalam inkubator bersuhu 37° C.
Selang satu hari, dokter akan memeriksa apakah pembuahan berhasil dilakukan atau tidak.
Jika pembuahan terjadi, maka perkembangan embrio akan diinformasikan pada pasien.
Tahap 10: Transfer embrioSelanjutnya, embrio yang telah berhasil berkembang akan ditransfer ke dalam rahim pasien melalui prosedur operasi sederhana.
Proses transfer ini menggunakan kateter halus yang dimasukkan ke dalam rahim.
Tahap 11: Pembekuan EmbrioDi dalam laboratorium, dokter tidak hanya melakukan 1 pembuahan, tapi ada beberapa.
Embrio yang berkembang dan memenuhi syarat namun tidak ditransfer ke dalam rahim akan disimpan dengan cara dibekukan.
Nantinya, embrio cadangan ini bisa digunakan apabila transfer embrio yang sebelumnya gagal.
Tahap 12: Tes kehamilanTerakhir, kurang lebih dua minggu pasca-transfer embrio, pasien akan diminta untuk melakukan tes darah.
Ini untuk menentukan apakah telah terjadi kehamilan.
Jika hasilnya positif, maka dokter akan melakukan USG pada rahim pasien 3 minggu setelahnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.