Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Hari Lahir Soekarno, Presiden Pertama RI

Baca di App
Lihat Foto
Arsip KOMPAS
Presiden Soekarno menyampaikan pidato kenegaraan pada peringatan 5 tahun kemerdekaan RI di halaman Istana Merdeka pada 17 Agustus 1950.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Hari ini 121 tahun lalu, tepatnya 6 Juni 1901, Soekarno lahir dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai.

Soekarno lahir di Surabaya, Jawa Timur dengan nama kecil Koesno Sosrodihardjo.

Lantaran sakit-sakitan, Soekarno kecil dirawat oleh sang kakek, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur.

Bahkan, Soekarno sempat mengenyam pendidikan sekolah rakyat (SR) yang setingkat sekolah dasar di Tulung Agung, meski tidak sampai tamat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ir. Soekarno atau Bung Karno adalah salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.

Tak heran, Soekarno mendapat julukan Bapak Proklamator atas peran pentingnya sebagai pembaca naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Berikut sejarahnya:

Baca juga: Biografi Singkat Soekarno, Masa Kecil hingga Perjuangan Kemerdekaan

Masa muda Soekarno

Kembali tinggal bersama orang tuanya di Mojokerto, Soekarno bersekolah di Eerste Inlandse School, yang dikepalai oleh ayahnya.

Dilansir dari Gramedia, sejak tinggal bersama kedua orangtua, ia berganti nama dari Koesno menjadi Soekarno agar tidak sakit-sakitan lagi dan dapat tumbuh dengan sehat.

Pada 1911, Soekarno kecil dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS), sekolah setingkat SD sebagai persiapan masuk ke Hogere Burger School (HBS) di Surabaya.

Tamat ELS dan bersekolah di HBS pada 1915, Soekarno kemudian tinggal di indekos Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau H.O.S Cokroaminoto, teman ayahnya sekalgus pendiri Sarekat Islam (SI).

Sejak saat itu, Soekarno mulai mengenal dunia perjuangan yang membuatnya terpacu ingin memperjuangkan bangsa Indonesia.

Lulus dari HBS pada 1921, Soekarno kembali merantau ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan di Technische Hogeschool (THS) jurusan Teknik Sipil, yang saat ini menjadi ITB.

Ia berhasil meraih gelar Ir (Insinyur) pada 25 Mei 1926, dan sejak inilah dirinya akrba disapa Ir. Soekarno.

Baca juga: Mengenang Presiden Soekarno dan Warisan Pemikirannya...

Perjuangan Soekarno untuk kemerdekaan RI

Dilansir dari Kepustakaan Presiden, Soekarno merumuskan ajaran Marhaenisme, yakni ideologi yang menentang penindasan manusia atas manusia dan bangsa atas bangsa.

Ideologi ini ia kembangkan dari pemikiran Marxisme yang diterapkan sesuai natur dan kultur Indonesia.

Soekarno juga mendirikan Partai Nasional Indonesia atau PNI pada 4 Juli 1927 dengan tujuan meraih kemerdekaan Indonesia.

Ulah dan buah pemikiran inilah yang membuat kolonial Belanda memasukkan dirinya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929.

Saat Soekarno disidang atas perbuatannya, ia menyuarakan pembelaan bertajuk "Indonesia Menggugat".

Pembelaan tersebut menunjukkan kemurtadan kolonial Belanda, bangsa yang kala itu mengaku lebih maju.

Pembelaan Soekarno lantas membuat Belanda semakin marah. Hingga Juli 1930, PNI pun dibubarkan.

Bebas dari penjara pada 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo atau Partai Indonesia sekaligus menjadi pemimpinnya.

Akibatnya, sekali lagi Belanda menangkap Soekarno dan membuangnya ke Ende, Flores, pada 1933. Empat tahun kemudian, Soekarno pun dipindahkan ke Bengkulu.

Berulang kali Soekarno keluar masuk penjara atas kegigihannya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Perjuangan yang cukup panjang ini terbayarkan setelah Soekarno, Mohammad Hatta, dan beberapa tokoh lain, menyatakan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Baca juga: Profil Presiden Pertama RI: Soekarno

Akhir hayat Sang Proklamator

Masih dari sumber yang sama, dalam sidang PPKI sehari setelah proklamasi, Bung Karno dan Bung Hatta terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia pertama.

Sebelumnya, Soekarno juga merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dirinya juga berupaya menghimpun bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada 1955, yang selanjutnya berkembang menjadi Gerakan Non Blok (GNB).

Adapun semasa hidupnya, Bung Karno tercatat memiliki tiga orang istri, yakni Fatmawati, Hartini, dan Ratna Sari Dewi.

Dari ketiganya ia dikaruniai delapan orang anak, Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, Guruh, Taufan, Bayu, dan Kartika.

Gejolak politik pemberontakan G-30-S/PKI yang menewaskan banyak perwira TNI, Soekarno pun menyerahkan jabatannya sebagai presiden.

Kesehatan yang kian memburuk, pada Minggu, 21 Juni 1970, Soekarno meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD).

Ia dimakamkan di Blitar, Jawa Timur, dekat dengan makam sang ibunda, Ida Ayu Nyoman Rai.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi