Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Elon Musk Akan PHK 10 Persen Karyawan Tesla

Baca di App
Lihat Foto
dok. Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo bersama Elon Musk di Kantor Space X yang berada di Boca Chica, Amerika Serikat, Sabtu (14/5/2022).
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Pengusaha Elon Musk berencana memecat 10 persen karyawan Tesla. Bos mobil listrik Tesla ini mengaku tengah menghadapi kondisi ekonomi perusahaan yang sulit.

Dilansir dari Reuters, kabar tersebut disampaikan langsung oleh CEO Tesla melalui e-mail yang dikirim ke eksekutif Tesla pada Kamis (2/5/2022) malam.

Kabar Pemutusan Hubugan Kerja (PHK) tersebut kembali ramai diperbincangkan ketika Musk memerintahkan semua karyawan untuk kembali ke kantor dan bekerja selama 40 jam seminggu atau menghadapi PHK.

“Tesla akan mengurangi jumlah pegawai yang digaji sebesar 10% karena kami telah kelebihan staf di banyak area," kata Musk.

Kendati demikian, rencana PHK ini hanya berlaku untuk karyawan yang bekerja di departemen tertentu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sebagai catatan, ini tidak berlaku untuk siapa pun yang benar-benar membuat mobil, baterai, atau memasang solar," imbuhnya.

Saat ini Tesla memiliki sekitar 5.000 lowongan pekerjaan yang diiklankan di seluruh dunia, dan 100.000 karyawan.

Kabar PHK karyawan Tesla bukan merupakan hal yang baru. Sebelumnya, perusahaan tersebut pernah melakukan PHK karyawan pada 2018 dan 2019.

Baca juga: Berapa Gaji Karyawan Elon Musk yang Wajib Ngantor 40 Jam Seminggu?

Alasan PHK karyawan Tesla

Laporan yang diperoleh dari Reuters menyatakan bahwa saham Tesla di Amerika turun sebesar 9 persen, Jumat (3/6/2022).

Padahal, permintaan mobil listrik Tesla di pasaran sama sekali tidak mengalami penurunan.

Kendati demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa lonjakan pandemi di Shanghai, China, telah membuat perusahaan tersebut bertahan mati-matian.

Belum lagi, Shanghai baru saja mengakhiri masa lockdown yang tidak sebentar. Selama masa lockdown yang cukup lama itu, perusahaan Tesla di Shanghai harus menghentikan produksinya.

Hal tersebut sangat berdampak terhadap keberlangsungan produksi mobil listrik Tesla di kota itu.

Analis NordLB yang berbasis di Hanover, Frank Schwope, mengatakan rencara Musk melakukan PHK 10 persen dari total karyawannya ini merupakan langkah penghematan dalam situasi yang buruk.

"Saya melihat pernyataan itu sebagai peringatan dan tindakan pencegahan," ujarnya.

Sejumlah analis lainnya memperkirakan bahwa Tesla kehilangan output di pabriknya di Shanghai, pusat yang memasok mobil listrik ke China dan untuk ekspor.

Daiwa Capital Markets memperkirakan Tesla memiliki sekitar 32.000 pesanan yang menunggu pengiriman di China.

Baca juga: Elon Musk dan Dress Code

Harga saham jadi ancaman

Dikutip dari The New York Times (3/6/2022), Analis Senior di Bidang Investasi Andrew Poreda mengamati ancaman Perusahaan Tesla usai sahamnya turun sekitar 40 persen dari level tertingginya pada akhir tahun lalu.

Hal tersebut diyakini dapat membawa risiko bagi perusahaan di tengah tingginya persaingan, tuduhan diskriminasi rasial, dan masalah produksi di pabriknya di Shanghai.

“Dari perspektif tata kelola perusahaan yang baik, Tesla memiliki banyak tanda bahaya,” ujar Poreda.

“Hampir tidak ada check and balances,” imbuhnya.

Analis ekuitas senior di Morningstar, Seth Goldstein, juga mengatakan bahwa pertimbangan Musk untuk mengurangi karyawan di tengah situasi buruk perusahaan justru bisa mempertahankan Tesla di tengah persaingan industri saat ini.

“Dalam pandangan kami, Tesla kemungkinan tidak perlu mempekerjakan karyawan lagi untuk mempertahankan pertumbuhannya. Dan kami pikir rencana untuk mengurangi tenaga kerja kemungkinan menunjukkan bahwa Tesla telah merekrutnya tahun lalu,” kata Goldstein.

“Kami memandang 2022 sebagai tahun transisi untuk Tesla,” tambahnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi