PADA awal Desember 1914, tim arkeolog Jerman di bawah pimpinan Ludwig Borchardt menemukan sebuah arca dada di ruang kerja pemahat tersohor Mesir kuno, Thutmose di Amarna.
Kepala patung dada tersebut mengenakan tutup kepala yang lazim digunakan oleh istri firaun Akhenaton.
Kemudian patung dada itu diboyong ke Berlin dan kini disemayamkan di Neues Museum Berlin sesuai kehendak Adolf Hitler ketika menjadi Kanselir Jerman yang sangat mengagumi keindahan patung dada tersebut.
Akibat ratu Mesir yang paling tersohor adalah Cleopatra maka banyak masyarakat awam termasuk saya menduga bahwa tokoh patung dada itu adalah Cleopatra.
Dugaan tersebut jelas keliru sebab bentuk mahkota yang biasa digunakan Cleopatra beda dari tutup kepala yang digunakan patung dada indah yang kini bersemayam di Neues Museum Berlin.
Tokoh patung dada itu memang bukan Cleopatra yang hidup pada abad ke dua sebelum Masehi sebagai Ratu Mesir Dinasti Ptolomaikus keturunan Iskandar Agung, namun Nefertiti yang hidup pada abad XIV sebelum Masehi sebagai Ratu Mesir Dinasti XVIII istri firaun Akhenaton.
Cleopatra dan Nefertiti saling beda sifat satu dengan lainnya maka juga beda kisah.
Sementara Cleopatra sibuk menggunakan diplomasi asmara untuk menghadapi imperialisme Romawi dengan merayu Julius Caesar dan Markus Antonius sampai beranak-pinak.
Nefertiti bersama suaminya bergotong-royong merevolusi agama Mesir kuno dari politheisme menjadi monotheisme memuja hanya satu dewa, yaitu dewa matahari Aton sebagai dewa tunggal.
Pada masa kekuasaan Akhenaton dan Nefertiti, kefiraunan Mesir berada pada masa satu di puncak kejayaan peradaban masyarakat adil dan makmur yang hidup di negeri gemah ripah loh jinawi tata tenteram kerta raharja seperti pada masa kekuasaan Elisabeth I di Inggris atau Katharina Akbar di Rusia.
Meski masih diperdebatkan oleh para sejarawan, ada keyakinan bahwa setelah Akhenaton wafat maka Nefertiti menjadi firaun Mesir dengan gelar Neferneferuaten sebelum Tutankhamun dinobatkan menjadi firaun Mesir.
Yang diyakini tanpa diperdebatkan lagi adalah bahwa setelah menaklukkan Amarna, maka Negeneferuaten Nefertiti mengembalikan Thebes sebagai Ibu Kota Mesir Kuno sebelum dipindah ke Pi-Ramesse oleh Ramesses II pada masa Dinasti XIX dan XX.
Dalam hal melaksanakan jurus diplomasi birahi, mungkin Cleopatra lebih lihai, namun dalam melakukan manajemen ketatanegaraan tampaknya Nefertiti di samping lebih cantik seperti tampak pada patung dada yang kini berada di Neues Museum Berlin juga lebih cerdas secara profesional manajemen kepemerintahan sehingga lebih layak disebut sebagai negarawati.
Sebenarnya masih ada tokoh ratu perempuan Mesir kuno lainnya yang bernama mirip Nefertiti, yaitu Nefertari.
Namun agar masih memiliki bahan tulisan maka tentang Nefertari, saya akan menulis naskah lain lagi.
Juga masih banyak naskah bisa ditulis tentang ratu Mesir kuno lain-lainnya seperti Merneith, Neithikret, Sobekneferu, Twosret, Ankeshenamun dan tentu saja Hatshepsut.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.