Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Candi Borobudur dan Daftar Harga Tiket Masuknya

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/PanatFoto
Stupa di Candi Borobudur.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Sejarah Candi Borobudur tak lepas dari Kerajaan Mataram Kuno yang kala itu berjaya di Tanah Jawa.

Sempat terkubur, Candi Borobudur kembali ditemukan pada 1814, saat Thomas Stamford Raffles, seorang negarawan Inggris menjadi Gubernur Jenderal di Jawa.

Pada 1970-an dan 1980-an, restorasi besar-besaran pun dilakukan sebagai upaya penyelamatan bangunan bersejarah ini.

Adapun hingga saat ini, Borobudur merupakan candi Buddha terbesar di dunia dengan karakteristik dan makna tersirat di setiap bangunannya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Candi yang terletak di Magelang, Jawa Tengah ini juga ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada 1991.

Baca juga: Harapan Menag, Candi Borobudur, dan Rumah Ibadah Buddha Dunia...

Lantas, bagaimana sejarah Candi Borobudur?

Sejarah Candi Borobudur

Hingga saat ini, belum ada bukti pasti yang menunjukkan siapa pembangun Candi Borobudur.

Meski demikian, dilansir dari laman Cagar Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), pembangunan Borobudur diduga dilakukan oleh tenaga sukarela secara bertahap.

Mereka melakukan gotong royong membangun candi demi kebaktian ajaran agama pada saat Mataram Kuno dipimpin oleh Dinasti Syailendra, antara 750-842 Masehi.

Namun, dikutip dari Kompas.com, 3 November 2011, beberapa sejarawan mengatakan bahwa pembangunan Candi Borobudur dimulai pada masa Dinasti Sanjaya dan baru selesai saat era Dinasti Syailendra.

Pasalnya, saat itu agama Hindu dan Buddha sama-sama tengah berkembang di Pulau Jawa.

Baca juga: UPDATE Daftar Harga Tiket Masuk Candi Prambanan dan Candi Borobudur

Pembangunan candi sendiri diyakini dimulai dengan meratakan tanah dan memadatkannya menggunakan batu untuk membentuk struktur piramida.

Selanjutnya, membangun undakan persegi dan melingkar yang dilanjutkan dengan tahap penyempurnaan, seperti penambahan pagar, tangga, dan sebagainya.

Bangunan candi berbahan dasar batu yang dipotong dan disusun sedemikian rupa tanpa menggunakan mortar atau elemen untuk merekatkan batu.

Borobudur terbuat dari batu andesit dan menurut perkiraan, ada lebih dari 1,6 juta balok batu andesit untuk membangunnya.

Baca juga: Ramai soal Candi Borobudur Ditutup Terpal Antisipasi Erupsi Merapi, Pengunjung Masih Boleh Masuk?

Bangunan Candi Borobudur

Keberadaan Candi Borobudur terlihat seperti puncak perkembangan agama Buddha di wilayah Indonesia.

Hal itu dapat dilihat dari pahatan relief, susunan patung, dan figur-figur Buddha yang diarcakan.

Sejumlah ahli menafsirkan adanya unsur-unsur aliran yang bersifat tantrisma di candi megah ini.

Sementara itu, ahli lain berpendapat bahwa Borobudur bukan hanya berlatar agama Buddha.

Baca juga: Trending Magelang, Kenapa Orang Sering Salah Sebut Borobudur di Yogyakarta?

Namun, dipengaruhi pula oleh konsep pemujaan leluhur dengan bentuk bangunan berterasnya yang mirip bangunan pemujaan zaman prasejarah.

Dilansir dari Kompas.com, 5 Juni 2022, dinding candi berhiaskan 2.672 panel relief, 504 arca Buddha, dan 73 stupa.

Candi Borobudur memiliki 1.460 panel relief cerita yang tersusun dalam 11 deretan mengitari bangunan, serta relief hias sebanyak 1.212 panel.

Bangunan candi sendiri terbagi ke dalam tiga tingkatan, yakni Kamadhatu (kaki candi), Rupadhatu (tubuh candi), dan Arupadhatu (atas candi), yang diwujudkan dalam 10 teras bertingkat.

Baca juga: Penjelasan Pengelola soal Video Viral Sepasang WNA Rusia yang Nekat Loncat Pagar Candi Prambanan

1. Kamadhatu

Kamadhatu menggambarkan kehiduan manusia di dunia yang penuh keburukan, nafsu, dan bergelimang dosa.

Bagian ini sebagian besar tertutup tumpukan batu yang diduga digunakan untuk memperkuat konstruksi candi.

2. Rupadhatu

Rupadhatu atau bagian tengah ini melambangkan kehidupan manusia yang telah terbebas dari hawa nafsu, tetapi masih terikat dengan duniawi.

Rupadhatu terdiri dari empat undak teras berbentuk persegi yang dindingnya dihiasi relief.

Pada pagar, terdapat sedikit perbedaan rancangan yang melambangkan peralihan dari kamadhatu menuju rupadhatu.

3. Arupadhatu

Sebagai puncak, arupdhatu melambangkan kehidupan religius dan spiritual tertinggi yang mengagungkan perdamaian penuh keselamatan jiwa.

Tingkatan ini menggambarkan kehidupan sang Buddha yang telah mencapai kesempurnaan lantaran berani meninggalkan kehidupan dunia untuk mencapai pencerahan.

Itulah mengapa bagian ini tidak memiliki hiasan relief.

Baca juga: Referensi Tempat Wisata Alam di Semarang Selama Libur Lebaran 2022

Penemuan Candi Borobudur

Sempat terkubur, hingga saat ini masih belum diketahui alasan masyarakat meninggalkan Candi Borobudur.

Dugaan sementara, lantaran bencana meletusnya Gunung Merapi pada 1006 Masehi. Namun menurut hasil penelitian, belum ada bukti letusan hebat pernah terjadi di tahun itu.

Apalagi, ada pecahan keramik dan mata uang di Borobudur yang menunjukkan berasal dari abad ke-15 Masehi.

Selain itu, Kitab Negarakertagama yang ditulis Mpu Prapanca pada abad ke-14 juga masih menyebutkan tempat bernama "Budur" sebagai salah satu tempat Buddha.

Oleh karenanya, kemungkinan Candi Borobudur masih digunakan hingga abad ke-15 Masehi.

Baca juga: 5 Film Indonesia yang Tayang di Bioskop Saat Libur Lebaran 2022

Adapun pada abad ke-18 M, dapat dipastikan Candi Borobudur sudah tidak digunakan lagi.

Beberapa naskah Jawa, seperti Centhini menyebutkan lokasi candi ini sebagai bukit atau tempat yang dapat membawa kematian atau kesialan.

Artinya, pada masa itu tempat ini sudah ditinggalkan sebagai tempat suci agama Budha.

Hingga pada 1814, Thomas Stamford Raffles menemukan candi ini dalam kondisi tertutup tanah, semak belukar, dan pepohonan. Ia pun memerintahkan pembersihan candi.

Kemudian pada 1849, Pemerintah Hindia Belanda menugaskan Wilsen untuk menggambar arsitektur dan relief candi ini secara akurat.

Pada 1873, fotografer handal Van Kinsbergen pun diundang untuk mendokumentasikan kembali Candi Borobudur.

Sejauh ini, Borobudur telah melalui dua kali pemugaran, yakni oleh pemerintah Hindia Belanda di bawah pimpinan Theodoor van Erp, serta pemerintah Indonesia yang diketuai Soekmono.

Baca juga: Soal Video Viral WNA Loncat Pagar Candi Prambanan, Ini Kata Pengelola

Jam buka dan tiket masuk Candi Borobudur

Dilansir dari borobudurpark.com, Selasa (7/6/2022), berikut jam buka hingga harga tiket masuk Candi Borobudur:

1. Jam buka: 08.00-16.00 WIB

2. Tarif wisatawan lokal per orang

  • Usia 10 tahun ke atas: Rp 50.000
  • Usia 3-10 tahun: Rp 25.000

3. Tarif wisatawan lokal rombongan (pelajar serta mahasiswa) minimal 20 orang

  • Harga tiket: Rp 25.000

Catatan: rombongan harus membawa surat pengantar dari sekolah atau universitas.

Baca juga: Daftar Tempat Wisata yang Bisa Dikunjungi jika Mudik ke Wonogiri

4. Paket terusan

Borobudur-Prambanan:

  • Usia 10 tahun ke atas: Rp 75.000
  • Usia 3-10 tahun: Rp 35.000

Borobudur-Ratu Boko:

  • Usia 10 tahun ke atas: Rp 75.000
  • Usia 3-10 tahun: Rp 35.000

5. Wisatawan mancanegara

  • Dewasa: Rp 350.000
  • Anak-anak: Rp 210.000.

Baca juga: IndoXXI Resmi Tutup, Ini 6 Layanan Streaming Film Legal

(Sumber: Kompas.com/Widya Lestari Ningsih; Zintan Prihatini, Dandy Bayu Bramasta | Editor: Nibras Nada Nailufar; Bestari Kumala Dewi, Sari Hardiyanto)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi