Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bergabung sejak: 20 Mar 2020

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Tiga Cara meningkatkan Motivasi bagi Pendamping Down Syndrome

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Eleonora_os
Ilustrasi down syndrome pada bayi, ciri-ciri down syndrome pada bayi, gejala down syndrome pada bayi, penyebab down syndrome.
Editor: Sandro Gatra

Oleh: Febry Natasya, Viorra, Ni Made Gita Anandita Dewi, Monty P. Satiadarma

Down Syndrome (DS) merupakan sekumpulan kondisi kelainan fisik, mental, dan fungsional pada kromosom yang disebabkan oleh kehadiran genom tiga yang disebut juga sebagai trisomi 21 (Hobson, 1989).

Prevalensi penyandang DS di Indonesia pada anak-anak berumur 24-59 bulan meningkat dari tahun 2010 hingga pada tahun 2018 menjadi sebesar 0,21 persen (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2019).

Dengan adanya kelainan, para penyandang DS tentunya memiliki beberapa keterbatasan, salah satunya adalah kesulitan dalam merawat diri.

Anak-anak penyandang DS yang akan memasuki usia sekolah belum terlatih untuk berbicara ketika ingin Buang Air Kecil (BAK) dan Buang Air Besar (BAB) (Dolva et al., 2004).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berbeda dengan penyandang DS yang telah memasuki usia paruh baya, secara umum kesehatan mereka cukup baik, akan tetapi terdapat peningkatan masalah berat badan, penglihatan, dan juga pendengaran.

Walaupun gambaran kesehatan tersebut relatif tidak berisiko, bagaimanapun juga mereka tidak lebih kuat daripada orang-orang sebaya yang tidak mengidap DS. Mereka memiliki kondisi kesehatan tertentu yang perlu diperhatikan serta dirawat (Carr, 2008).

Para pendamping DS tentunya mengalami banyak tantangan, baik secara emosional maupun fisik dalam mengasuh.

Para pendamping yang menghasilkan pelayanan yang berkualitas dan berharga seringkali mengorbankan kesehatan fisik dan mental mereka (Northouse et al., 2012; Williams, 2014).

Apabila selama tugas pengasuhan, mereka merasa terbebani ataupun stres, kesehatan orang yang menerima pengasuhan mereka juga akan terpengaruhi (Lindquist et al., 2012).

Lebih lanjut lagi, motivasi pendamping untuk memberikan perawatan dapat berdampak pada kemampuan mempertahankan perawatan dan makna yang diperoleh dari perawatan (Quinn et al., 2010).

Maka dari itu, dapat dilihat bahwa motivasi pendamping untuk mengasuh bermanfaat bagi diri mereka sendiri, maupun bagi penerima perawatan.

Motivasi merupakan istilah yang menunjukkan sebuah kekuatan yang dapat mendorong seseorang untuk bertindak, mengarahkan perilaku dalam mencapai tujuan, dan menopang upaya yang dikeluarkan demi mencapai tujuan tertentu (Steers & Porter, 1991).

Ditinjau dari teori tersebut, motivasi para pendamping sangat penting untuk ditingkatkan karena nantinya akan berdampak pada kinerja mereka dan pada akhirnya dapat memengaruhi kualitas perawatan yang diberikan kepada orang yang menerima perawatan.

Kegiatan meningkatkan motivasi pendamping DS

Adapun teori-teori yang dapat dijadikan sebagai landasan untuk menyusun kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan motivasi:

Pertama, Self-Determination Theory (SDT) yang dirumuskan oleh Ryan dan Deci (2017). SDT membedakan antara individu yang tidak termotivasi dan termotivasi.

SDT memiliki tiga faktor penting atau tiga kebutuhan dasar di dalamnya, yaitu autonomy, competence, dan relatedness yang dapat memengaruhi dan berdampak pada motivasi dan juga produktivitas (Adams et al., 2017).

Ketiga faktor ini saling bergantung dan memfasilitasi kepuasan satu sama lain dalam sebagian besar kondisi (Ryan & Deci, 2017).

Teori berikutnya adalah Goal-setting theory. Teori ini menyebutkan bahwa seseorang dapat melakukan pekerjaan dengan lebih baik jika tujuan-tujuan yang ditetapkan merupakan tujuan yang rumit, spesifik, dan menarik.

Prinsip utama dari Goal-Setting Theory ialah kinerja merupakan fungsi positif dari tingkat kesulitan tujuan apabila individu memiliki kemampuan yang sesuai (Gard, 2002).

Dari teori-teori tersebut, kegiatan-kegiatan di bawah ini akhirnya disusun dan dirancang sebagai program peningkatan motivasi kepada para pendamping DS di Panti Rawat Yayasan X.

Secara keseluruhan, hasil menunjukkan adanya peningkatan motivasi setelah kegiatan-kegiatan ini diberikan.

1. Zumba

Zumba merupakan senam aerobik dengan menggunakan lagu sebagai upaya meningkatkan atau mempertahankan motivasi untuk aktif secara fisik (Krishnan et al., 2015).

Kegiatan zumba memungkinkan para pendamping dan anak asuhnya untuk bersenang-senang bersama yang tentunya mengarah pada terbentuknya koneksi antara pendamping dan anak asuh.

Hal ini yang kemudian akan menjadi pemenuhan relatedness karena melibatkan perasaan terkoneksi secara sosial (Bowlby, 1979; Baumeister & Leary, 1995; Ryan, 1995) sehingga individu memiliki rasa bermakna di antara orang lain.

Relatedness merupakan salah satu faktor dari Self-Determination Theory (SDT) yang dapat memengaruhi dan berdampak pada motivasi dan juga produktivitas (Adams et al., 2017).

Selaras dengan teori ini, Moe (2012) juga menyatakan bahwa zumba dapat mengembangkan rasa hubungan sosial yang lebih kuat, dan mereka juga dapat merasa terkoneksi satu sama lain.

Selain itu, penelitian lainnya juga mengungkapkan adanya pengaruh kegiatan zumba terhadap peningkatan motivasi intrinsik yang dipercaya karena zumba merupakan kegiatan yang menyenangkan (Krishnan et al., 2015).

2. Menyusun puzzle

Berdasarkan teori SDT, competence (kompetensi/keterampilan) berbicara mengenai kebutuhan dasar untuk merasa mahir dan berdampak.

Lebih lanjut lagi, Deci dan Ryan (1980) mengusulkan konsep optimal challenges untuk menggambarkan keselarasan antara kemampuan seseorang dengan tuntutan tugas sehingga individu memperoleh rasa mahir dan kepuasan dari competence.

Kegiatan menyusun puzzle dapat meningkatkan motivasi karena menjadi sebuah tantangan bagi para pendamping untuk membimbing dan mengarahkan anak asuhnya.

Tantangan tersebut diberikan dalam bentuk tantangan yang realistis dan tidak terlalu sulit sehingga memungkinkan pendamping untuk melakukannya dengan baik.

Kegiatan-kegiatan tersebut dapat menjadi optimal challenge karena para pendamping akan melatih serta mengembangkan kemampuan dirinya untuk memenuhi tugas-tugas sebagai pendamping DS.

3. Merancang tujuan karir

Kegiatan ini dirancang khusus untuk para pendamping, berbeda dengan dua kegiatan sebelumnya yang melibatkan anak asuh.

Sesuai dengan prinsip utama dari Goal-Setting Theory, para pendamping dapat menuliskan berbagai macam tujuan yang ingin dicapai selama bekerja sebagai pendamping, dapat berupa jenjang karir maupun pencapaian yang dapat dilakukan oleh anak asuhnya.

Tujuan tersebut terdiri dari tujuan besar dan langkah-langkah kecil untuk mencapai tujuan besar tersebut.

Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan media berupa kertas template yang telah didesain sedemikian rupa, lalu menggunakan alat tulis, seperti pensil ataupun pena.

Kegiatan-kegiatan yang telah disebutkan ini juga perlu diselingi dengan pemberian positive feedback dan reward.

Positive feedback atau pujian memungkinkan para pendamping untuk merasa kompeten atas pekerjaannya, seperti mengasuh, mendampingi, serta membimbing anak asuhnya.

Hal ini memungkinkan terpenuhinya kebutuhan competence para pendamping yang kemudian mengarah ke peningkatan motivasi.

Sedangkan, reward merupakan aplikasi dari teori operant conditioning yang menyebutkan bahwa perilaku seseorang termotivasi oleh konsekuensi yang diberikan.

Maka dari itu, positive feedback dan reward memiliki peran yang sama pentingnya dalam peningkatan motivasi seseorang.

Tidak kalah penting, Ryan dan Deci (2017) juga menyebutkan bahwa teori SDT mampu meningkatkan motivasi apabila individu memiliki perilaku proaktif dan mau terlibat dengan lingkungannya.

Maka dari itu, kegiatan-kegiatan yang telah dipaparkan di atas memungkinkan peningkatan motivasi pada pesertanya.

*Febry Natasya, Viorra, Ni Made Gita Anandita Dewi, Mahasiswa Program Studi Psikologi Jenjang Sarjana UNTAR
Monty P. Satiadarma, S. Psi, MS/AT, MFCC, DCH, Dr., Psikolog, Dosen Fakultas Psikologi UNTAR

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi