Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Evolusi Teori Evolusi

Baca di App
Lihat Foto
DOK. PRIBADI
Jaya Suprana
Editor: Sandro Gatra

SETELAH menyimak artikel Match and Mix (The Economist 3 Oktober 2020) serta bagan pohon hominin phylogenetic besutan Current Biology Nature Science terkandung di dalam Yearbook of Physical Archeology, mohon dimaafkan oleh para evolusionis bahwa sebagai insan awam saya memberanikan diri mengambil kesimpulan bahwa teori evolusi Darwinisme sedang mengalami proses evolusi internal.

Kesimpulan saya diperkuat kalimat sub judul naskah Match and Mix yang sudah terkesan tendensius mengarahkan opini ke arah tertentu: Species used to be seen as reproductive isolates. No longer. They breed with each other, the creating new ones. And that was once true of Homo Sapiens, as well.

Selama berpendapat belum dilarang secara konstitusional maka saya memberanikan diri untuk berpendapat bahwa evolusi tidak dimonopoli oleh teori seleksi alam.

Pada hakikatnya apa yang disebut sebagai alam terlalu kompleks untuk bisa dirangkum ke dalam sebuah teori saja. Kecuali dipaksakan dengan kekuasaan dan kewibawaan politis kultural.

Evolusi yang terjadi pada burung jenis finch (maaf saya tidak tahu bahasa Indonesianya yang akurat) di pulau Daphne Besar, Galapagos membuktikan bahwa evolusi juga bisa terjadi sebagai akibat dari reproduksi hasil jalinan hubungan seksual antarmahkluk saling beda jenis.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Evolusi hibridal juga telah terbukti terjadi pada diri mahluk teman utama manusia, yaitu anjing yang semula tidak ada namun diadakan antara lain oleh manusia yang evolusinya masih terus berlanjut sampai masa kini.

Anjing kesayangan Ibu Aylawati Sarwono, yaitu Ceko juga sampai kini masih belum diketahui berasal dari jenis anjing ras apa dengan ras apa saja.

Kelelawar pemakan buah yang berkeliaran di kawasan Karibea, Artibeus schwartzi merupakan hewan hibrida dalam proses selama sekitar 30.000 tahun antara Artibeus jamaicensis dengan Artibeus planirostris berhidung pesek dengan jenis kelalawar yang kini sudah punah tanpa bisa diketahui identitas jenisnya.

Bukan mustahil bahwa homo sapiens merupakan produk evolusi hibridal dengan homo erectus, homo naledi, homo floreinsis, homo heidelbergensis, homo denisova, homo neanderthalensis serta homo entahapalagiensis yang masih belum ditemukan.

Belum dapat diketahui apa saja yang sebenarnya terjadi dalam kurun waktu jutaan tahun proses evolusi di marcapada.

Pada hakikatnya – menurut pendapat saya – semua data itu untuk sementara ini sudah cukup untuk membuktikan bahwa teori evolusi tidak dimonopoli oleh teori seleksi alam yang wajar jika tidak didukung oleh para pemercaya fanatik teori seleksi alam dan pasti dihujat murtad oleh para umat agama yang die hard membenci teori evolusi khayalan Darwin.

Sebenarnya tidak perlu dihujat sebab pada hakikatnya teori evolusi bukan melawan namun melengkapi ajaran agama tentang penciptaan mahluk hidup di planet bumi.

Juga tidak perlu menyemooh saya sebab teori hibridal bukan melawan namun melengkapi teori seleksi alam di mana kedua teori mau pun teori lain-lainnya merupakan bagian hakiki yang melekat pada apa yang disebut sebagai proses evolusi teori evolusi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi