Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Siswa MTs di Kotamobagu Tewas Setelah Di-bully Temannya

Baca di App
Lihat Foto
Thinkstockphotos.com
Ilustrasi
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Seorang siswa MTs di Kotamobagu, Sulawesi Utara meninggal dunia akibat di-bully atau perundungan yang dialaminya pada 8 Juni 2022.

Korban siswa berinisial BT (13) ini sempat dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan setelah mengeluh sakit di bagian perut.

Namun sayangnya, nyawa BT tidak terselamatkan.

Baca juga: Viral, Siswa MTs di Kotamobagu Diduga Di-bully Teman-temannya, Korban Meninggal Dunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana peristiwa penganiayaan tersebut terjadi, berikut sejumlah faktanya. 

1. Korban di-bully pada 8 Juni 2022

Dikutip dari Kompas.com, Senin (13/6/2022), BT mengalami perundungan atau bullying pada Rabu, 8 Juni 2022.

Ia dianiaya oleh beberapa orang hingga mengalami sakit perut.

Akibat rasa sakit yang tak tertahankan, BT dilarikan ke rumah sakit pada Sabtu, (11/6/2022).

Keesokan harinya atau Minggu (12/6/2022), BT dinyatakan meninggal dunia.

Selepas kepergian BT, salah satu keluarga korban melaporkan bahwa BT menjadi korban perundungan di sekolah.

2. Korban bully lebih dari 1 orang

Berdasarkan keterangan yang dihimpun, BT bukan satu-satunya korban perundungan di sekolah tersebut.

Ternyata, pelaku juga mengincar 4 anak lainnya, termasuk APB (13).

APB merupakan anak dari Kasat Pol PP Bolaang Mongondow, Zulfadly Binol.

Sama seperti BT, APB pun juga dirundung oleh pelaku yang sama.

Binol menegaskan bahwa ada 4 korban perundungan di salah satu sekolah MTs di Kotamobagu.

"Beruntung APB sempat melarikan, meski begitu sempat dipukul di bagian kepala, hingga mengeluarkan darah di bagian hidung," ujar Binol.

"Saya akan membawa anak saya, APB, ke Manado untuk melakukan pemeriksaan, dan kami sudah menghubungi kepala sekolah (terkait) apa yang sudah dialami anak saya," lanjut dia.

Ia berharap agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

Baca juga: Kasus Dugaan Penganiayaan Pelajar MTs hingga Tewas di Kotamobagu, Polisi Periksa 9 Siswa

 

3. Pelaku diduga sesama pelajar

Dikutip dari Kompas.com, Selasa (14/6/2022), polisi telah memeriksa sembilan siswa, beberapa di antaranya diduga sebagai pelaku.

Kapolres Kotamobagu AKBP Irham Halid melalui Kasi Humas Iptu I Dewa Dwi Adyana mengatakan, informasi awal diperolah bahwa perundungan (bullying) tersebut terjadi di area sekolah.

Saait itu, aksi perundungan tidak diketahui oleh pihak sekolah, hingga keesokan harinya korban mengalami sakit dan sempat dirawat di Rumah Sakit Pobundayan Kotamobagu.

"Kemudian dirujuk di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof Kandou Manado, hingga korban meninggal dunia pada Minggu (12/6/2022)," kata Dewa.

4. Terduga pelaku sudah ditangani polisi

Penyidik Sat Reskrim Polres Kotamobagu langsung menindak lanjuti kasus ini berdasarkan laporan polisi nomor: LP:/B/377/VI/2022/SPKT/Polres Kotamobagu/Polda Sulut pada 12 Juni 2022.

"Penyidik melakukan pemeriksaan awal terhadap sembilan orang pelajar yang diduga mengetahui tentang kejadian penganiayaan tersebut," ujarnya.

Saat diperiksa, sembilan pelajar ini didampingi oleh unit pelaksana teknis dinas (UPTD) Dinas Perlindungan Anak, dan para orangtua.

"Dari hasil pemeriksaan, penyidik menduga ada beberapa pelajar sebagai pelakunya. Namun karena masih di bawah umur, sehingga para pelaku masih dalam pengawasan orangtua sambil menunggu proses penyidikan selesai," jelas Dewa.

Baca juga: Soal Siswa SD dan MTs Tewas Dikeroyok dan Di-bully, Pengamat: Jangan Dianggap Kasus Sepele dan Kecil

 

5. JPPI minta SDM guru dibenahi

Dilansir dari Kompas.com, Selasa (14/6/2022), Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Matraji mengatakan, sekolah harus memberikan jaminan perlindungan dan rasa aman kepada semua anak.

Agar kejadian kekerasan di sekolah tidak terjadi lagi, Ubaid pun meminta sumber daya manusia guru juga harus dibenahi, sebab pendekatan kekerasan dalam pendidikan acap kali menginspirasi anak-anak untuk melanggengkan kekerasan dalam sehari-hari.

"Pendekatan dalam pembelajaran juga harus ramah anak dan dihilangkan model-model kekerasan," kata Ubaid.

Menurut dia, dalam kasus ini peran orangtua sangat dibutuhkan untuk mencegah kekerasan yang terjadi di luar sekolah.

"Lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat adalah tiga area dalam ekosistem pembelajaran yg harus terintegrasi. Di luar sekolah, peran keluarga dan lingkungan masyarakat juga harus mendukung pencegahan kekerasan," pungkasnya.

(Sumber: Kompas.com/Skivo Marcelino Mandey | Editor: Robertus Melarminus, Ardi Priyatno Utomo, Candra Setiabudi)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi