Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beberapa Jemaah Haji Meninggal, Lantas Bagaimana Nasib Ibadahnya?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/DASPRIANI Y. ZAMZAMI
JCH kloter I Embarkasi Haji Aceh bersiap berangkat ke Tanah Suci
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Bagi jemaah haji yang meninggal sebelum menjalani kegiatan puncak haji yakni wukuf di Arafah, maka akan dibadalhajikan atau diwakilkan.

Kepala Seksi Bimbingan Ibadah Daerah Kerja (Daker) Mekkah Ansor mengungkapkan bahwa proses ibadah hajinya akan diwakilkan oleh petugas pembadal haji.

"Yang bersangkutan kita badalkan setelah keluar sertifikat kematian (CoD). Waktunya mulai jemaah keluar dari rumah ke embarkasi hingga sebelum wukuf," kata Ansor dikutip dari Antara, Kamis (16/6/2022).

Namun terdapat kendala untuk petugas pembadal haji tahun ini, karena hampir 75 persen petugas haji Indonesia belum berhaji.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sedangkan untuk orang yang melakukan pembadalan haji harus sudah pernah melaksanaan haji sebelumnya.

"Karena itu solusi yang segera Daker Mekkah antisipasi kita sudah membuat identifikasi ke Daker Madinah dan Daker Bandara untuk identifikasi petugas mana yang sudah berhaji itu akan diprioritaskan jadi petgas badal haji," jelasnya.

Jemaah yang meninggal sebelum puncak haji akan dibadalkan secara gratis dan tetap memperoleh sertifikat haji dari pemerintah.

Baca juga: Jemaah Haji Harus Tahu, Ini Bahayanya Heat Stroke

Sudah ada empat jemaah yang meninggal

Sampai hari ke-12 pelaksaan operasional haji 1443 H/2022 M, sudah ada empat jamaah haji meninggal.

Keempat jamaah tersebut meninggal di Kota Madinah karena sakit. Berikut adalah daftarnya:

Keempat jamaah haji tersebut akan dibadalhajikan karena sudah mendapat perintah masuk asrama (SPMA) dan sudah keluar dari rumah untuk perjalanan ke Tanah Suci.

Baca juga: 1 Jemaah Calon Haji Asal Aceh Wafat akibat Serangan Jantung dalam Penerbangan

Meninggal saat di pesawat

Jamaah haji bernama Muslim asal kloter 1 Embarkasi Aceh (BTJ 1) meninggal dunia sebelum mendarat di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah.

Kepala KKHI Madinah Enny Nuryanti mengungkapkan bahwa berdasarkan laporan kondisi, Muslim masih stabil waktu di embarkasi dan di pesawat.

Bahkan, almarhum tidak tergolong dalam jemaah risiko tinggi dan menjadi salah satu Ketua Regu (Karu) dari Kabupaten Pidi Jaya.

"Satu jam sebelum pesawat mendarat, beliau mengeluh pusing, mual, muntah dan nyeri ulu hati. Oleh dokter TKH kemudian diberikan penanganan awal dengan memberikan obat gastroprotektor (sucralfat syrup),” jelas Enny di kutip dari laman Kemenag, Rabu (15/6/2022).

Meskipun sudah mendapatkan penanganan awal, kondisi pasien makin drop, sehingga diberikan injeksi obat antimuntah dan pemberian suplementasi oksigen.

Tak lama berselang, kondisi pasien semakin menurun dan sempat tidak sadarkan diri.

Petugas kemudian melakukan tindakan resusitasi jantung paru beberapa menit sebelum akhirnya dinyatakan meninggal.

Kematian Muslim diduga karena serangan jantung, karena memiliki riwayat pembesaran jantung, kolestrol tinggi dan riwayat penyakit lambung.

“Adanya faktor risiko seperti kolesterol tinggi dan pembesaran jantung merupakan penyebab dari kejadian serangan jantungnya, ditambah aktivitas berlebih atau kelelahan selama di dalam pesawat,” pungkas Enny.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi