Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prediksi Puncak Gelombang Infeksi Subvarian BA.4 dan BA.5

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Mau47
Ilustrasi Covid-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Indonesia tengah mengalami peningkatan kasus infeksi Covid-19, meski jumlahnya tidak terlalu signifikan.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut peningkatan yang ada salah satunya disebabkan oleh adanya subvarian BE.4 dan BE.5 di Indonesia.

Bahkan, Menkes memprediksi puncak gelombang infeksi akibat BA.4 dan BA.5 di Indonesia akan terjadi pada pekan ketiga atau keempat Juli 2022 dengan kasus infeksi harian maksimal ada di 25.000 kasus.

Namun, infeksi akibat varian ini diketahui memiliki tingkat kesakitan yang rendah. Demikian dikutip dari Antara, Kamis (16/6/2022).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hal senada juga disampaikan oleh epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman.

Baca juga: Penyebab Melonjaknya Kasus Covid-19 di Indonesia

Subvarian BA.4 dan BA.5 di Indonesia

Dicky menyebut dampak dari keberadaan subvarian BE.4 dan BE.5 di Indonesia tidak akan sehebat dampak yang ditimbulkan oleh varian Delta dan Omicron sebelumnya, karena faktor imunitas populasi yang sudah lebih baik.

"Tentunya kita pertama punya modal yang jauh lebih baik dengan modal imunitas yang dua dosis, walaupun di 3 dosis ini masih di bawah 25 persen, tapi setidaknya jauh lebih baik dibanding waktu Delta," kata Dicky kepada Kompas.com, Kamis (16/6/2022).

Alasan kedua mengapa gelombang infeksi akibat kedua varian ini tidak akan menimbulkan dampak hebat adalah pengalaman kita dalam menghadapi pandemi.

Dicky melihat, saat ini kita telah memiliki pemahaman dan literasi yang lebih baik tentang pandemi jika dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya.

Baca juga: Kata Menkes soal Jokowi Bolehkan Warga Lepas Masker di Area Terbuka

Gelombang infeksi

Meski kondisi terlihat sudah lebih baik, hanya saja, sebagian dari masyarakat masih belum menyadari pentingnya terus menjaga konsistensi upaya deteksi dini dan upaya adaptif lainnya.

"Ini yang artinya memberikan kerawanan atau potensi kerawanan sendiri terhadap potensi penyebaran BA.4 BA.5 yang kita tahu dalam menghadapi subvarian Omicron ini kita enggak bisa hanya mengandalkan modal imunitas vaksinasi saja, tapi kombinasi dengan perubahan perilaku, intervensi public health, itu menjadi sangat kuat dan penting ya dilakukan," jelas dia.

Inilah yang masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi seluruh pihak, baik pemerintah maupun masyarakat.

Baca juga: Corona di Indonesia Naik Lagi, Ini Peringatan Satgas Covid-19

Pasalnya, belakangan ini narasi-narasi yang disampaikan kepada publik terkait kondisi pandemi di Tanah Air terkesan membuat masyarakat merasa aman, meskipun semu.

Akibatnya, masyarakat mulai berkurang tingkat waspadanya.

Terkait prediksi gelombang infeksi akibat BA.4 dan BA.5 sebagaimana disampaikan Menkes, Dicky tidak menampik hal itu.

Baca juga: Ketahui, Ini Efek Samping Vaksin Covid-19 Booster

Beban pada fasilitas kesehatan

Ia membenarkan gelombang infeksi adalah sesuatu yang pasti akan terjadi.

"Bicara kemampuan Indonesia merespons potensi, ini jelas akan ada gelombangnya BA.4 dan BA.5, tapi ya jelas tidak seperti waktu Delta ya ancamannya. Ancamannya (gelombang BA.4 BA5) moderat, khususnya di wilayah-wilayah yang cakupan vaksinasinya memadai," ungkap Dicky.

Hanya saja, di Indonesia ini masih ada daerah-daerah yang cakupan vaksinasinya buruk.

"Jangankan untuk dosis ketiga atau booster, dosis kedua saja masih ada yang tertinggal, khususnya untuk kelompok masyarakat lanjut usia (lansia) dan pemilik komorbid," kata dia.

Baca juga: Covid-19 di Indonesia Melandai, Masih Perlukah Vaksin Booster?

Kondisi yang demikian, disebut Dicky bisa memberikan beban pada fasilitas kesehatan di daerah tersebut.

Untuk itu, perbaikan faskes juga percepatan vaksinasi harus terus diupayakan untuk menekan risiko-risiko buruk dari gelombang BA.4 dan BA.5.

Pemerintah juga harus terus memperkuat upaya surveilans yang selama ini berjalan belum signifikan.

"Padahal ini yang menjadi modal untuk kita mendeteksi apalagi bicara surveilance genomic. walaupun respon kita dalam menghadapi ini sudah jauh lebih baik, namun dikatakan sudah aman ya enggak," sebut Dicky.

"Jadi akan ada potensi pada beberapa wilayah kita yang bisa terdampak serius terhadap gelombang ini," pungkas dia.

Baca juga: Benarkah Indonesia Sudah Endemi Covid-19 secara De Facto?

Gejala dan tingkat kesakitan

Dikutip dari Kompas.com (14/6/2022), Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dr Erlina Burhan menyebut gejala juga tingkat keparahan Covid-19 Omicron BA.4 dan BA.5 sama dengan subvarian Omicron sebelumnya.

Gejala dan tingkat kesakitannya ringan, karena masyarakat sudah memiliki imunitas dari vaksinasi juga infeksi alami.

Menurutnya, dari laporan yang ia terima, sebagian besar penderita Covid-19 Omicron BA.4 dan BA.5 tidak menunjukkan gejala, jikapun ada hanya gejala ringan.

  1. Sakit tenggorokan;
  2. Badan pegal;
  3. Demam;
  4. Batuk;
  5. Sakit kepala;
  6. Badan lemas;
  7. Mual atau muntah;
  8. Sakit perut;
  9. Hidung tersumbat;
  10. Diare;
  11. Sesak napas;
  12. Anosmia dan ageusia.

Dari daftar gejala yang dilaporkan, sebagian besar mengalami batuk (85 persen), badan lemas atau kelelahan (65 persen), hidung tersumbat (59 persen), demam (38 persen), mual atau muntah (22 persen), sesak napas (16 persen), diare (11 persen), dan anosmia atau ageusia (8 persen).

Baca juga: Kemenkes Buka Seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama 2022, Simak Syarat dan Cara Pendaftarannya!

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Vaksin Covid-19 Tangkal Penularan Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi