Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Kesulitan Mencari Peserta Vaksinasi Booster

Baca di App
Lihat Foto
Tangkapan layar dari akun Youtube Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo dalam Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2022, Selasa (14/6/2022)..
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Pemerintah mendorong masyarakat untuk segera melakukan vaksinasi Covid-19 dosis ketiga atau booster.

Hal ini disebabkan kasus harian Covid-19 di Indonesia yang sedang mengalami tren kenaikan dalam beberapa hari terakhir.

Presiden Joko Widodo berharap kenaikan kasus Covid-19 tidak terjadi dalam kurun waktu kedepan dengan mengantisipasinya melalui vaksinasi booster.

“Kita berharap tidak ada kenaikan, tapi saya kira antisipasi kita sudah saya sampaikan juga sebulan, dua bulan yang lalu booster semuanya booster,” kata Jokowi dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (17/6/2022).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah telah menyediakan vaksin booster dalam jumlah yang banyak, namun saat ini kesulitan untuk mencari perserta vaksin tersebut.

"Sekarang ini kita ingin melakukakan booster mencari pesertanya itu yang kesulitan,” jelasnya.

Baca juga: Pandemi Membaik, Jokowi Minta Masyarakat Tetap Vaksin Booster, Ini Alasannya

Capaian vaksinasi

Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Penangan Covid-19 per Jumat (17/6/2022) baru 48,6 juta masyarakat yang sudah mendapatkan vaksinasi booster.

Sedangkan target sasaran vaksinasi secarana nasional adalah 208,2 juta penduduk.

Untuk vaksinasi dosis pertama sudah mencapai 201 juta dan vaksinasi dosis kedua sudah 168,3 juta.

Presiden meminta masyarakat untuk segera melakukan vaksinasi booster, karena stok vaksin masih terdapat puluhan juta

Selain itu, masyarakat diperingatkan untuk tetap waspada terhadap subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

“Sejak awal meskipun belum naik, dulu kan saya sudah ngomong, enggak sekali, dua kali, tiga kali, waspada, waspada, waspada, baik oleh yang Omicron maupun yang BA.4, BA.5,” pungkasnya.

Baca juga: Covid-19 di Indonesia Melandai, Masih Perlukah Vaksin Booster?

Prediksi puncak kasus

Menkes Budi Gunadi Sadikin memprediksi puncak kasus Covid-19 yang disebabkan oleh subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 terjadi pada minggu kedua atau ketiga bulan Juli.

Prediksi tersebut didasari karena gelombang varian baru biasanya akan mencapai puncak sekitar satu bulan sejak kasus pertama ditemukan.

"Jadi seharusnya di minggu kedua Juli (atau) minggu ketiga Juli kita akan melihat puncak kasus dari BA.4 BA.5 ini," kata Budi, dikutip dari Kompas.com, Senin (13/6/2022).

Selain itu, untuk peningkatan jumlah kasus harian Covid-19 akibat penularan subvarian baru tersebut diperkirakan mencapai 20.000 per hari.

Budi menyebut jika perkiraan tersebut berdasarkan hasil analisis perbandingan dengan puncak kasus harian pada varian Delta dan Omicron.

"Jadi kalau kita Delta dan omicron puncaknya di 60.000 kasus sehari, kira-kira nanti ya estimasi berdasarkan data di Afrika Selatan mungkin puncaknya kita di 20.000 per hari karena kita pernah sampai 60.000 per hari paling tinggi," ujar Budi dikutip dari Kompas.com, Kamis (16/6/2022).

"Jadi kita amati di Afrika Selatan sebagai negara pertama yang BA.4 dan BA.5 masuk puncaknya itu sepertiga dari puncaknya Omicron atau Delta sebelumnya," kata dia.

Meskinpun akan terjadi gelombang puncak kasus, tingkat kematian atau fatality rate dari subvarian baru ini jauh lebih rendah dari Delta dan Omicron.

"Yakni 1 bulan sesudah diidentifikasi jadi sekitar minggu ketiga, minggu ke-4 Juli dan kemudian nanti akan turun kembali," jelasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi