Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koalisi Semut Merah: Antara Imajinasi Politik dan Ambisi Capres 2024

Baca di App
Lihat Foto
Instagram
Tangkapan layar unggahan Wakil Ketua Partai Kebangkitan Bangsa PKB, Jazilul Fawaid yang menampilkan dua tokoh, yaitu Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - "Koalisi Semut Merah", begitulah isi sebuah unggahan poster di akun Instagram Wakil Ketua Partai Kebangkitan Bangsa, Jazilul Fawaid.

Dalam poster itu, tertulis sebuah jargon "Bersatu untuk Umat" dengan menampilkan dua tokoh, yaitu Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Poster itu juga dihiasi logo PKB dan Partai Keadilah Sejahtera (PKS) yang terletak di dua sisi atas.

Baca juga: Respons Ganjar dan Anies Masuk Bursa Capres Nasdem

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Cak Imin, sapaan Muhaimin, koalisi PKB-PKS baru tahap penjajakan dan belum final.

"Semua koalisi belum ada yang pasti, semua penjajakan, dengan PKS penjajakan menuju ya istilahnya kalau di perkawinan 'lamaran', soal jadi atau tidak nanti kita lihat," kata Cak Imin akhir pekan lalu, Minggu (12/6/2022).

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PKS Aboe Bakar Al Habsyi mengatakan, poros ketiga ini dapat menjadi alternatif dari dua poros lainnya yakni poros Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan poros yang akan dibangun PDI Perjuangan (PDI-P).

Baca juga: Nama-nama yang Berpotensi Maju Capres 2024

Imajinasi politik

Analis Sosial Politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menilai, Koalisi Semut Merah yang dibangun oleh PKB-PKS hanya imajinasi politik semata.

Pasalnya, kedua partai itu memiliki tradisi politik yang saling menutup peluang untuk memberikan ruang memimpin di level pemilu tingkat pusat.

"Maksudnya, tidak mungkin PKB dukung kader PKS jadi capres atau cawapres begitu juga sebaliknya. Jadi koalisi tersebut imajinasi saja," kata Ubed kepada Kompas.com, Minggu (19/6/2022).

Ubed mengatakan, koalisi yang berpotensi memiliki kekuatan dan menandingi dominasi PDI-P adalah ketika dua partai oposisi (Partai Demokrat dan PKS) berkoalisi, serta berhasil menarik Partai Nasdem, PKB, dan kelompok oposisi di luar partai politik.

Baca juga: Survei Poltracking Indonesia soal Capres 2024: Ganjar Terkuat, Puan di Urutan 10

Menurutnya, peluang empat partai dan kekuataan oposisi di luar partai itu untuk memenangkan Pilpres 2024 sangat tinggi.

Dengan catatan, mereka bisa menampilkan capres anti-tesa dari Jokowi saat ini.

"Capres yang betul-betul otentik leader, bukan buah pencitraan seperti Jokowi. Selain itu capres-cawapresnya memiliki kemampuan mengatasi problem serius bangsa saat ini," jelas dia.

Baca juga: Pilpres 2024, ke Mana Pendukung Jokowi Akan Berlabuh?

Alasan dan potensi kekuatan koalisi yang terbentuk

Ada tiga alasan mengapa kualisi tersebut memiliki potensi kekuatan besar.

Pertama, koalisi itu dipimpin oleh opisisi. Secara gamblang, rakyat melihat diferensiasinya atau pembedanya dengan pemerintah saat ini.

Dalam situasi performa pemerintah saat ini, diferensiasi itu akan sangat cepat menarik dukungan luas dari rakyat.

Baca juga: Belasan Wakil Menteri di Kabinet Jokowi, Ahli: Tidak Terlalu Dibutuhkan

Kedua, koalisi ini memiliki representasi kekuatan nasionalis, nasionalis-religius, muslim moderat, muslim kultural, dan kekuatan oposisi non-partai.

"Sehingga menjadi koalisi yang besar dan cukup lengkap mewakili representasi yang beragam," ujarnya.

Ketiga, koalisi tersebut memiliki sangat banyak sumber daya manusia berkualitas yang bisa membawa Indonesia keluar dari problem saat ini.

Akan tetapi, apabila kekuatan baru ini gagal dibentuk dan gagal menghadirkan pembeda, serta berjalan apa adanya, maka negara akan terjebak ke dalam jurang yang sama.

"Bahkan mungkin makin terpuruk," tutup Ubed.

Baca juga: Jadwal Pendaftaran dan Pemilihan Capres Cawapres 2024

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Peta Hasil Rekapitulasi Suara Pilpres 2019 di 34 Provinsi

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi