KOMPAS.com - Sejumlah kota di Indonesia pada Senin (20/6/2022) pagi mencatatkan kualitas udara yang tidak sehat.
Catatan ini berdasarkan pada data kualitas udara atau Air Quality Index yang dirilis oleh IQAir.
Ada enam kategori kualitas udara dalam laman tersebut, berikut kriterianya:
- Baik (0-50),
- Sedang (51-100),
- Tidak sehat untuk kelompok sensitif (101-150),
- Tidak sehat (151-200),
- Sangat tidak sehat (201-300),
- Berbahaya (301+).
Baca juga: Cara Cek Kualitas Udara Hari Ini di HP via Aplikasi AirVisual
Sebagai catatan, kategori terburuk yang dilaporkan di dunia saat ini adalah tidak sehat (151-200).
Berikut 5 daerah di Indonesia yang memiliki kualitas udara tidak sehat hingga pukul 11.11 WIB:
- Bekasi, Jawa Barat (166)
- Jakarta (162)
- Pasarkemis, Jawa Barat (161)
- Cileungsir, Jawa Barat (158)
- Depok, Jawa Barat (152)
Buruknya kualitas udara di daerah-daerah tersebut ditandai dengan tingginya konsentrasi PM2.5.
PM2.5 merupakan salah satu polutan udara dalam wujud partikel dengan ukuran yang sangat kecil, yaitu tidak lebih dari 2,5 mikrometer.
Sementara itu, IAQir juga mencatat 5 daerah yang memiliki kualitas udara tidak sehat untuk kelompok sensitif (101-15).
Berikut daftarnya:
- Serang, Banten (135)
- Bandar Lampung, Lampung (128)
- Surabaya, Jawa Timur (128)
- Denpasar, Bali (124)
- Batam, Kepulauan Riau (102).
Meski demikian, masih ada banyak daerah di Indonesia yang memiliki kualitas udara baik.
Tercatat 9 dari 10 daerah dengan kualitas udara baik berada di luar Jawa, sementara satu di antaranya dari Jawa Barat.
Baca juga: 4 Faktor Penyebab Buruknya Kualitas Udara Jakarta Menurut BMKG
- Kayu Agung, Sumatera Selatan (10)
- Pangkalpinang, Bangka Belitung (12)
- Kupang, NTT (13)
- Manokwari, Papua Barat (13)
- Tanjung Pinang, Kepulauan Riau (13)
- Kota Balikpapan, Kalimantan Timur (15)
- Indrapuri (Aceh) (15)
- Mamuju, Sulawesi Barat (15)
- Samrinda, Kalimantan Timur (16)
- Cirebon, Jawa Barat (17)
Plt Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Urip Haryoko sebelumnya menjelaskan, kosentrasi PM2.5 di Jakarta dipengaruhi oleh berbagai sumber emisi.
"Sumber emisi tersebut bisa berasal dari sumber lokal, seperti transportasi dan residensial, serta sumber regional dari kawasan industri dekat dengan Jakarta," kata Urip.
Selain itu, kelembapan udara yang relatif tinggi juga menyebabkan munculnya lapisan inversi yang dekat dengan permukaan, dikutip dari pemberitaan Kompas.com.
Lapisan inversi merupakan lapisan di udara yang ditandai dengan peningkatan suhu udara yang seiring dengan peningkatan ketinggian lapisan.
Dampak dari keberadaan lapisan inversi menyebabkan PM2.5 yang ada di permukaan menjadi tertahan dan tidak dapat bergerak ke lapisan udara lain.
Hal ini berakibat pada akumulasi konsentraso yang terukur di alat monitoring.
Urip menjelaskan, proses pergerakan polutan udara juga menyumbang buruknya kualitas udara di Jakarta.
Pola angin lapisan permukaan memperlihatkan pergerakan massa udara dari arah timur dan timur laut yang menuju Jakarta, dan memberikan dampak terhadap akumulasi konsentrasi PM2.5
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+