Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Cabai Semakin "Pedas", Apa yang Seharusnya Dilakukan Pemerintah?

Baca di App
Lihat Foto
DOK YOGI
Harga cabai merah di Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau (Kepri) terpantau kembali mengalami kenaikan. Terbaru, harga cabai merah di pasar-pasar yang ada di Karimun menembus Rp100 ribu per kilogramnya (Kg).
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Harga cabai semakin "menggila" di sejumlah daerah di Indonesia.

Di Jakarta, harga cabai pada Minggu (19/6/2022) berada pada kisaran Rp 78.000 sampai Rp 108.000 per kilogram.

Rata-rata harga cabai rawit merah dibanderol Rp 108.787 per kilogram, cabai rawit hijau Rp 78.636 per kilogram, cabai merah keriting Rp 86.875 per kilogram, dan harga cabai merah besar Rp 84.166 per kilogram.

Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesa (HKTI) Entang Sastraatmadja mengatakan, komoditas holtikultura seperti cabai dan bawang memang rentan mengalami kenaikan.

Keterbatasan penyimpanan

Sayangnya, para petani tidak memiliki kemampuan untuk mempertahankan kualitas komoditas, karena keterbatasan alat pendingin.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Jadi ketika harga cabai meroket, maka salah satu penyebabnya adalah karena memang pasokannya yang kurang," kata Entang kepada Kompas.com, Senin (20/6/2022).

Baca juga: Harga Cabai Semakin Pedas, Pedagang Warteg Kurangi Porsi Makanan

Kurangnya pasokan itu disebabkan oleh produksi yang tidak sesuai harapan.

Karena itu, dia berharap agar Pemerintah menyiapkan sarana dan prasarana di tingkat petani, khususnya pasca-panen agar kualitas cabai tetap baik.

"Kalau pemerintah gencar memberikan bantuan alat mesin pertanian, mungkin ke depannya harus terkait pasca panen," jelas dia.

"Contohnya cool storage, supaya cabai yang dipanen tidak rusak. Selama ini kan lebih banyak diberikan untuk meningkatkan produkisi," tambahnya.

Holtikultura

Di sisi lain Entang menyadari bahwa komoditas holtikultura memang bukan menjadi prioritas Pemerintah saat ini.

Menurutnya, pemerintah lebih cenderung memperhatikan padi, kedelai, dan jagung.

"Hortikultura ini masih dianggap sebagai komoditas kelas dua. Maka kemudian komoditas cabai itu lebih diserahkan kepada para petani," ujarnya.

Baca juga: Gelar Pasar Murah Cabai hingga Bawang Murah, Mentan: Mem-back up Sesama Menteri...

 

Upaya pengendalian

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira berharap agar pemerintah mengantisipasi kenaikan biaya input produksi, seperti harga pupuk.

Penambahan alokasi pupuk bersubsidi dan memastikannya lebih tepat sasaran juga diharapkan mampu mengatasi kenaikan harga cabai ini.

Menurutnya, pemerintah juga perlu memangkas rantai distribusi cabai yang terlalu panjang dari petani ke pasar tradisional.

Selain itu, ia menyebut perlunya pemetaan daerah yang masa tanamnya tidak sama.

"Sehingga bisa mendorong kelancaran dan pemenuhan kebutuhan antar-daerah," kata Bhima saat dihubungi secara terpisah, Senin.

Peningkatkan pengawasan pada spekulan yang mencoba mengambil untung dari kenaikan harga cabai juga harus bisa diatasi.

Ia menjelaskan, sebagian besar cabai di Indonesia hanya dikonsumsi dalam bentuk mentah, sehingga rentan membusuk di perjalanan.

"Perlu didorong industri pengolahan cabai didalam negeri sehingga konsumsi cabai dalam bentuk produk jadi bisa diperbesar," ungkapnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi