Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Napak Tilas Sejarah Kuantum

Baca di App
Lihat Foto
pixabay.com
Ilustrasi orbital atom dalam model atom mekanika kuantum
Editor: Sandro Gatra

ILMU pengetahuan berkembang secara luar biasa cepat sehingga apa yang diajarkan di bangku sekolah senantiasa tertinggal oleh kenyataan.

Bahkan apa yang saya tulis di naskah yang sedang Anda baca ini juga sudah tertinggal oleh kenyataan.

Ketika saya masih di bangku SMA di Indonesia, guru fisika yang pada masa itu masih disebut sebagai ilmu alam belum mengajarkan apa yang disebut sebagai kuantum.

Mungkin berdasar keyakinan bahwa saya terlalu bodoh untuk mengerti apa itu kuantum.

Karena di Jerman saya studi musik, seni rupa dan manajemen, maka saya juga tidak memperoleh pelajaran tentang kuantum.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertama kali saya mengenal istilah kuantum justru bukan dari bangku sekolah, tetapi melalui serial acara televisi yang ditayangkan oleh NBC dengan judul Quantum Leap.

Kemudian agar mampu memahami makna kuantum, saya berusaha secara otodidak mempelajari sejarah pemikiran para tokoh tentang kuantum.

Konon berdasar apa kata para sejarawan matematika pada tahun 1900 Max Planck menyebut radiasi yang dikeluarkan oleh sebuah “blackbody” sebagai quanta.

Lima tahun kemudian, Albert Einstein menjelaskan dampak fotoelektrik oleh sinar tertentu berinteraksi dengan electron sebagai gumpalan yang kini dikenal sebagai proton.

Tahun 1913 Niels Bohr pertama kali mengembangkan sebuah model kuantum dari atom.

Tahun 1922 Otto Stern dan Walter Gerlach menemukan apa yang disebut sebagai quantum spin sebagai kuantisasi terhadap momentum angular.

Setahun kemudian menyusul Arthur Compton menemukan semesta kuantum dari X-ray mengkomfirmasi eksistensi photon.

Tahun 1923 Louis de Broglie menegaskan bahwa segenap matter memiliki properti seperti gelombang yang dapat disimpulkan bahwa partikel electron menampilkan wave-particle duality.

Setahun kemudian Wolfgang Pauli menemukan prinsip eksklusion. Menyusul Max Born pada tahun 1926 menyarankan interpretasi kemungkinan terhadap kuantum mekanik.

Tahun 1927 Werner Heisenberg mendeklarasikan prinsip ketidak-pastian setelah mengembangkan interpretasi mekanik matriks terhadap teori kuantum.

Tahun 1927 Niels Bohr memaklumatkan Tafsir Kopenhagen terhadap kondisi kuantum sebuah partikel.

Delapan tahun kemudian Erwin Schroedinger menawarkan eksprerimen pemikiran tersohor sebagai kucing Schroedinger di Austria yang tak kalah beken ketimbang anjing Pavlov di Rusia.

Setelah diselingi jeda nyaris dua puluh tahun akibat Perang Dunia II baru pada tahun 1964 John Bell menampilkan teorem kuantitatif probe mekanisme di balik quantum entanglement.

Tahun 1981 peraih anugerah Nobel, Richard Feynmann resusitasi perhatian terhadap kuantum dengan menawarkan gagasan quantum computing yang empat tahun kemudian didukung oleh David Deutsch melalui publikasi makalah tentang universal quantum computer yang akhirnya
baru pada tahun 2019 diwujudkan oleh IBM menjadi kenyataan sebagai Q System One Quantum Computer.

Setelah babak-belur akibat jatuh-bangun berupaya menyimak sejarah kuantum alih-alih makin mengerti, saya malah makin tidak mengerti tentang apa sebenarnya makna istilah kuantum yang bahkan kini bebas merdeka merajalela secara berkuantum-kuantum dalam aneka ragam bentuk, misalnya teori kuantum, mekanik kuantum, fisika kuantum, kimia kuantum, jam kuantum, kalkulator kuantum, komputer kuantum, musik kuantum, puisi kuantum, statistik kuantum, lompatan kuantum, meditasi kuantum, dharma kuantum, karma kuantum, dawet kuantum, rendang kuantum, parpol kuantum, wayang kuantum, kuantum kuantum serta entah apa lagi kuantum.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi