Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Litbang Kompas: PSI dan Partai Elektabilitas di Bawah 1 Persen

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com / IRFAN KAMIL
Ketua Umum DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha saat ditemui di Gedung Perfilman Haji Usmar Ismail, Jakarta Selatan, Senin (6/6/2022).
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Dua tahun menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, partai-partai mulai mengatur strategi untuk meningkatkan elektabilitas.

Dengan elektabilitas yang tinggi, tingkat keterpilihan partai pun tentu akan semakin besar.

Untuk mengetahui elektabilitas terkini partai-partai di Indonesia, Litbang Kompas menggelar survei yang berlangsung pada 26 Mei-4 Juni 2022.

Survei ini melibatkan 1.200 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 24 provinsi.

Tingkat kepercayaan metodei ini mencapai 95 persen dengan margin of error penelitian sekitar 2,8 persen.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elektabilitas partai

Hasil survei Litbang Kompas menunjukkan, ada empat partai yang memiliki elektabilitas di bawah 1 persen.

Baca juga: Elektabilitas Demokrat Terus Melejit, Apa Rahasianya?

Keempat partai tersebut adalah:

Lantas, mengapa parta-partai tersebut sulit menarik hati pemilih?

Managing Director of Paramadina Public Policy Institute Ahmad Khoirul Umam mengatakan, partai-partai tersebut masih belum menemukan selling points yang bisa mereka tawarkan kepada pemilih.

"Tidak ada sisi pembeda, termasuk dalam aspek narasi, platform, visi-misi, hingga ketokohan kuat," kata Umam kepada Kompas.com, Selasa (21/6/2022).

Padahal menurut Umam, ketokohan mampu mendorong mereka mengembangkan kekuatan jaringan dan infrastruktur partai secara signifikan.

Baca juga: Survei Litbang Kompas: Partai Gelora, Pendatang Baru Paling Dikenal

 

Umam juga mengingatkan, bahwa kualitas dan kapasitas ketokohan sangat menentukan elektabilitas partai. 

"Mampukah tokoh itu menjawab ekspektasi publik dan mampu memposisikan diri dengan kalkulasi yang tepat dalam berbagai perdebatan publik," ujarnya.

Apabila tidak mampu menjawab ekspektasi publik, tokoh yang diharapkan tersebut justru bisa menggerus kepercayaan publik secara signifikan.

Akibat dari semua itu, partai-partai non-Senayan tersebut mengalami stagnasi elektabilitas dari Pemilu ke Pemilu selanjutnya.

Strategi menggaet pemilih

Ia pun menyarankan agar mereka memikirkan ulang strategi internal mereka.

"Termasuk membuka potensi merger dengan sesama partai kecil lainnya agar mampu mengonsolidasikan kekuatan politik untuk menembus Parliamentary Threshold 4 persen," jelas dia.

"Langkah itu relevan untuk dipertimbangkan supaya suara rakyat yang diperoleh tidak mubazir," tutupnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi