Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangkrut, Sri Lanka Lakukan Upaya-upaya Ini untuk Coba Bertahan

Baca di App
Lihat Foto
AP PHOTO/ERANGA JAYAWARDENA
Dampak krisis Sri Lanka, antrean warga mengular untuk membeli minyak tanah di luar SPBU ibu kota Colombo, Minggu (5/6/2022).
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Saat ini Sri Lanka tengah mengalami krisis ekonomi, bahkan bisa dikatakan, Sri Lanka telah bangkrut.

Diberitakan ABC, Rabu (22/6/2022), Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe menyatakan bahwa perekonomian negaranya telah kolaps.

Ekonomi Sri Lanka yang sarat akan utang akhirnya runtuh setelah berbulan-bulan negara itu kekurangan makanan, bahan bakar, dan listrik.

"Ekonomi kita telah benar-benar runtuh," kata dia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya yang dilakukan

Untuk mengatasi masalah keuangannya, negara ini melakukan sejumlah upaya. Salah satunya adalah menurunkan batas usia minimal tenaga kerja perempuan yang diizinkan bekerja di luar negeri.

Sebelumnya, perempuan yang akan bekerja di luar negeri dibatasi dengan usia minimal 23 tahun, sedangkan khusus untuk negara tujuan Arab Saudi, batasannya lebih tinggi, yakni 25 tahun.

Namun, per Selasa (21/6/2022), batas usia ini diturunkan menjadi 21 tahun untuk semua negara tujuan.

Hal itu dilatarbelakangi oleh kondisi krisis terparah yang tengah melanda Sri Lanka sejak negara di Asia Selatan ini merdeka pada tahun 1948.

"Kabinet menteri menyetujui keputusan untuk menurunkan usia minimum menjadi 21 tahun untuk semua negara mengingat kebutuhan meningkatkan kesempatan kerja asing," kata juru bicara pemerintah, Bandula Gunawardana, dilansir dari NDTV , Selasa (21/6/2022).

Baca juga: Sri Lanka Bangkrut, Cadangan BBM Hampir Habis, Apa Sebabnya?

Semakin banyak pekerja asing yang diberangkatkan, maka akan semakin banyak dolar yang masuk ke negara beribu kota Kolombo ini.

Pendapatan devisa negara yang berasal dari para tenaga imigran, sudah lama menjadi salah satu sumber pendapatan terbesar Sri Lanka. Kurang lebih, pendapatan dari sektor ini mencapai sekitar 7 miliar dolar AS per tahun.

Jumlah ini dilaporkan sempat mengalami penurunan selama pandemi Covid-19, karena terjadi krisis ekonomi global yang menghantam cukup keras.

Dilaporkan pendapatan devisa Sri Lanka dari para tenaga imigran ini turun menjadi 5,4 miliar dolar AS pada 2021 dan 3,5 miliar dolar AS di tahun ini.

Saat ini, diketahui ada lebih dari 1,6 juta orang dari negara berpenduduk 22 juta jiwa itu yang bekerja di luar negeri, khususnya di negara-negara Timur Tengah.

Tak hanya menurunkan batas usia tenaga kerja perempuan, pemerintah Sri Lanka juga mengupayakan hal-hal lain demi dapat tercukupinya kebutuhan masyarakat di tengah kondisi sulit ini 

Misalnya, pejabat pemerintah telah diliburkan setiap hari Jumat selama 3 bulan terakhir untuk menghemat bahan bakar.

Masyarakat pun diminta untuk menanam buah dan sayuran sendiri, karena negara tak mampu lagi memenuhinya dengan mendatangkan sayur dan buah dari luar negeri.

Baca juga: Berkaca dari Sri Lanka, Mengapa Suatu Negara Bisa Gagal Bayar Utang dan Apa Dampaknya?

Penyebab Sri Lanka bangkrut

Selama ini, cadangan mata uang asing di Sri Lanka disebut sangat rendah sehingga pemerintah membatasi kegiatan impor, bahkan untuk kebutuhan pokok termasuk makanan, bahan bakar, dan obat-obatan.

Dijelaskan, ekonomi Sri Lanka kandas akibat beban utang yang begitu besar, hilangnya pendapatan negara dari sektor pariwisata akibat Covid-19, dan melonjaknya biaya komoditas pasca terjadinya pengolakan antara Rusia dan Ukraina.

Semua itu membuat Sri Lanka nyaris kehabisan dolar sehingga membuatnya tak bisa leluasa mengimpor berbagai komoditas dasar seperti bensin, susu, gas memasak, dan bahkan kertas toilet.

Wickremesinghe sendiri baru menjabat sebagai Perdana Menteri Sri Lanka sejak satu atau dua bulan yang lalu, menggantikan perdana menteri sebelumnya yang mundur akibat menerima banyak protes keras karena tidak mampu menangani permasalahan ekonomi yang terjadi.

Baca juga: Perdana Menteri Sri Lanka: Ekonomi Kita Benar-benar Runtuh

Saat itu, Wickremesinghe berjanji akan memperbaiki kondisi yang ada, namun faktanya ekonomi Sri Lanka saat ini semakin tak bisa diselamatkan.

Atas kejadian ini, anggota parlemen dari dua partai oposisi utama memboikot parlemen pada minggu ini untuk memprotes Wickremesinghe dan menteri keuangan, karena dianggap gagal memenuhi janji untuk mengubah perekonomian negara.

Menyikapi kegagalan yang terjadi, Wickremesinghe menyalahkan pemerintah sebelumnya yang dinilai telah gagal bertindak tepat waktu ketika cadangan devisa Sri Lanka mulai menyusut.

“Seandainya di awal langkah-langkah telah diambil untuk memperlambat keruntuhan ekonomi, kita tidak akan menghadapi situasi sulit hari ini. Tapi kami kehilangan kesempatan ini. Kami sekarang melihat tanda-tanda kemungkinan jatuh ke titik terendah, ”katanya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi