Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Teka Teki Balap Kuda Adu Lambat

Baca di App
Lihat Foto
DOK. PRIBADI
Jaya Supradi
Editor: Sandro Gatra

SEBAGAI seorang kartunis yang pernah mencari nafkah di Jerman kemudian mendirikan Perhimpunan Pencinta Humor di Indonesia wajar apabila saya berupaya mempelajari apa yang disebut sebagai humor.

Meski tidak pernah berhasil secara paripurna apalagi sempurna mengetahui apa sebenarnya makna yang disebut humor, namun saya berhasil sedikit menyadari bahwa satu di antara sekian banyak sifat humor adalah bermain dengan logika.

Sebagai suatu bentuk pemikiran otak manusia, konon logika bisa diasah antara lain dengan latihan kebugaran otak dengan mencoba memecahkan teka-teki yang senantiasa meski tidak niscaya sedikit-banyak bermain dengan logika.

Satu di antara sekian banyak teka-teki bermain dengan logika adalah kisah seorang raja memiliki dua putera yang keduanya berambisi menjadi putera mahkota mewarisi tahta singgasana kerajaan apabila sang raja wafat.

Sang Raja sulit memilih siapa di antara kedua puteranya yang lebih cerdas sehingga lebih layak diangkat menjadi putera mahkota.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maka sang raja menyelenggarakan sayembara balap kuda. Raja menyediakan dua ekor kuda yang satu berbulu hitam dan yang satu berbulu putih.

Kuda berbulu hitam harus ditunggangi sang putera sulung, sementara kuda berbulu putih harus ditunggangi sang putera bungsu dengan peraturan terbalik dari pacuan kuda pada lazimnya: siapa berhasil menunggangi kuda lebih lambat ketimbang kuda lawan melewati garis finish adalah sang pemenang lomba balap kuda.

Akibat tidak ada di antara kedua putera raja bersedia mengalah untuk lebih awal melewati garis finish, maka sayembara balapan kuda lambat-lambatan itu tidak pernah berakhir.

Akhirnya kedua putera raja menghadap sang raja untuk mohon petunjuk sang raja tentang bagaimana cara memecahkan teka-teki demi memenangkan sayembara balap kuda bersaing untuk bukan lebih cepat, namun malah lebih lambat melewati garis finish.

Sang raja langsung memerintahkan agar kedua putera raja saling tukar kuda yang ditunggangi lalu segera memacu kuda yang ditunggangi masing-masing untuk lebih cepat melewati garis finish.

Secepat mungkin sang putera sulung menunggangi kuda hitam milik putera bungsu, sementara putera bungsu menunggangi kuda putih milik putera sulung untuk kemudian masing-masing memacu kuda yang ditunggangi agar lebih dahulu melewati gratis finish.

Mengenai siapa yang akhirnya memenangkan sayembara pacuan kuda adu lambat, apakah sang putera sulung atau sang putera bungsu menjadi tidak penting diketahui, sebab sama sekali bukan the point alias titik inti makna teka-teki bermain dengan logika lomba balap kuda adu lambat.

Mohon dimaafkan jika saya keliru dalam menulis kisah sayembara balap kuda adu lambat ini sebab dengan daya logika yang apa boleh buat memang terbatas adalah wajar apabila otak saya dibingungkan oleh konstelasi logika simpang-siur di dalam kisah teka-teki nekad bermain dengan logika ini.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi