Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Sri Lanka, Ini Negara yang Pernah Nyatakan Bangkrut

Baca di App
Lihat Foto
AP PHOTO/ERANGA JAYAWARDENA
Dampak krisis Sri Lanka, antrean warga mengular untuk membeli minyak tanah di luar SPBU ibu kota Colombo, Minggu (5/6/2022).
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Sri Lanka dinyatakan bangkrut karena gagal membayar utang luar negeri (ULN) sebesar 51 miliar dolar AS atau sekitar Rp 755,33 triliun.

Diberitakan The Guardian (24/6/2022), Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengatakan bahwa ekonomi Sri Lanka telah runtuh usai berbulan-bulan kekurangan makanan, bahan bakar, dan listrik.

Wickremesinghe menambahkan, negaranya tengah menghadapi situasi yang lebih serius dari sekadar kekurangan bahan bakar, gas, listrik, dan makanan.

Menurutnya, kondisi yang menimpa negara di kawasan Asia Selatan ini kemungkinan bagaikan jatuh ke titik terendah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ekonomi kita benar-benar runtuh," tutur dia di depan anggota parlemen pada Rabu (21/6/2022).

Sebenarnya, masalah kebangkrutan bukan kali ini saja terjadi pada sebuah negara. Selain Sri Lanka, beberapa negara di dunia juga pernah gagal membayar ULN dan dinyatakan bangkrut.

Mana saja?

Baca juga: Bangkrut, Sri Lanka Lakukan Upaya-upaya Ini untuk Coba Bertahan

1. Yunani

Setelah bergabung dengan zona mata uang euro (Uni Eropa) pada 1 Januari 2001, Yunani yang memiliki banyak utang langsung menjadi korban pertama krisis finansial global 2007-2008.

Dilansir dari The Balance, pada 2010 Yunani mengatakan gagal membayar utang (default).

Hal ini berimbas pada negara Uni Eropa, lantaran mereka harus membantu membenahi perekonomian Yunani.

Untuk menghindari default Yunani, Uni Eropa memberikan pinjaman agar negara ini dapat terus melakukan pembayaran.

Terhitung sejak krisis utang 2010, berbagai otoritas Eropa dan investor swasta telah meminjamkan dana hampir 230 miliar euro kepada Yunani.

Langkah ini merupakan penyelamatan finansial terbesar dari negara bangkrut dalam sejarah. Adapun hingga Januari 2019, Yunani baru membayar 41,6 miliar euro.

Baca juga: Berkaca dari Sri Lanka, Mengapa Suatu Negara Bisa Gagal Bayar Utang dan Apa Dampaknya?

2. Argentina

Argentina pertama kali dinyatakan gagal bayar atau default karena tak dapat melunasi utangnya pada 2001.

Dilansir dari laman DW, tiga belas tahun setelahnya, pada 2014, negara ini kembali mengalami default saat dua dana lindung AS menggugat pembayaran sebagian utang lama Argentina.

Pemerintah Argentina pun mengajukan pinjaman sebesar 56,3 miliar dolar AS ke Dana Moneter Internasional (IMF) pada 2018.

Sayangnya, negara ini kembali mengungkapkan tak dapat membayar utang karena tak memiliki dana.

Adapun, ekonomi Argentina tahun lalu naik menjadi 10,3 persen setelah sempat anjlok 9,9 persen pada 2020 karena pandemi Covid-19.

Baca juga: Sri Lanka Bangkrut karena Gagal Bayar Utang, Bisakah Terjadi pada Indonesia?

3. Venezuela

Diberitakan Kompas.com, pada 2017, Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan bahwa negaranya tak akan mengalami kebangkrutan.

Saat itu, Venezuela tercatat memiliki utang sebesar 150 miliar dolar AS kepada beberapa negara seperti China dan Rusia.

Negara di kawasan Amerika Selatan ini pun meminta restrukturisasi terhadap pembayaran utang kepada China dan Rusia.

Adapun menurut laporan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada 2019, 94 persen rakyat Venezuela hidup dalam garis kemiskinan.

4. Ekuador

Dilansir dari laman CADTM, Ekuador menolak membayar utang pada 2008 silam kepada Amerika Serikat.

Kala itu, negara di Amerika Selatan ini sebenarnya mampu membayar utang senilai 10 miliar dolar AS.

Namun, pemerintah menganggap utang dari hedge fund atau dana lindung asal AS ini tak bermoral.

Pemerintah juga mengklaim, utang negara di masa lalu ini disebabkan oleh korupsi yang dilakukan pemerintahan sebelumnya.

Adapun catatan IMF, pada kuartal IV 2021, ekonomi Ekuador masih terus tumbuh mencapai 4,9 persen.

Baca juga: Sri Lanka Bangkrut, Presiden Tunjuk Raja Kasino jadi Menteri Investasi

5. Zimbabwe

Dilansir dari CADTM, pada 2008, Zimbabwe mengalami krisis ekonomi dan terlilit utang luar negeri hingga 5,255 miliar dolar AS.

Negara ini juga mengalami hiperinflasi dan menciptakan rekor inflasi tertinggi di dunia.

Per Mei 2009, Zimbabwe berutang kepada IMF sebesar 138 juta dolar AS dan Bank Dunia sebesar 678 juta dolar AS.

Masih tahun yang sama, negara di kawasan Afrika ini bahkan berhenti mencetak mata uangnya dan memutuskan menggunakan dolar AS pada akhir 2015.

Pada Mei 2022, negara ini kembali mengalami hiperinflasi mencapai 131,7 persen atau naik 96,4 persen dari April lalu.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi