Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Viral Diduga Ikan Duyung di Pantai Ambon, Benarkah Ada?

Baca di App
Lihat Foto
Tutus Wjanarko
Duyung yang memiliki nama ilmiah Dugong dugon.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Video memperlihatkan diduga ikan duyung muncul di sekitar pantai Ambon, Maluku, viral di media sosial.

Melalui video TikTok yang diunggah oleh akun ini pada Senin (27/6/2022), terlihat penampakan hewan mirip duyung di sekitar Pantai Latuhalat, Ambon.

"Terlihat Sosok Menyerupai Putri Duyung, dipantai Latuhalat Kota Ambon," narasi pengunggah, dikutip Kompas.com pada Selasa (28/6/2022).

Pengunggah juga menjelaskan, ikan duyung serupa pernah terlihat di kawasan Pantai Seilale, Ambon.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, apa itu ikan duyung? apakah ikan duyung benar-benar ada?

Baca juga: Viral Video Ikan Duyung di Pantai Ambon, Hewan Apa Itu? 

Mengenal duyung atau dugong

Ikan duyung membang benar adanya. Ikan duyung sendiri merupakan sebutan populer bagi hewan asli bernama dugong.

Hewan ini, memiliki nama ilmiah Dugong dugon, serta masuk dalam ordo Sirenia dan famili Dugongidae.

Dilansir dari Kompas.com, dugong sebenarnya bukanlah ikan. Melainkan, mamalia besar yang memiliki habitat di perairan hangat.

Mamalia air ini dapat ditemukan sepanjang Afrika Timur hingga Australia, termasuk Laut Merah, Samudra Hindia, dan Samudra Pasifik.

Dugong masih kerabat dekat manatee atau lembu laut. Keduanya juga memiliki kemiripan dari sisi penampilan dan perilaku.

Meski demikian, ekor dugong lebih mirip dengan paus, yakni terbelah di tengah layaknya kumis. Sementara ekor manatee, berbentuk setengah lingkaran seperti kipas tangan.

Baik dugong maupun manatee, juga berkerabat dengan gajah, meskipun hewan darat raksasa itu sama sekali tidak mirip dalam perilaku atau penampilan.

Baca juga: Dugong Bisa Berusia 70 Tahun, Siswa Harus Tahu 6 Fakta Ini

Morfologi dugong

Dilansir dari laman Kementerian Kelautan dan Perikanan, dugong memiliki panjang sekitar 2,4 meter sampai 3 meter dengan berat 230-930 kg.

Mamalia laut ini terlahir dengan warna krem pucat. Namun, seiring bertambahnya usia, warna dugong akan menjadi lebih gelap hingga abu-abu gelap di bagian punggung.

Ikan duyung atau dugong berkulit tebal dengan rambut-rambut pendek di sekujur permukaannya.

Pada bagian dada, dugong memiliki sirip yang panjangnya mencapai 35-45 cm. Sirip pada dugong muda berfungsi sebagai pendorong, sedangkan saat dewasa siripnya berperan sebagai kemudi.

Ekor dugong yang berbentuk homocercal juga memiliki fungsi sebagai pendorong saat berenang.

Adapun, seekor dugong dapat hidup selama 40-70 tahun.

Baca juga: Dugong, Morfologi, Pola Makan, dan Cara Berkembang Biak

Perilaku dugong

Dugong menghabiskan waktunya, siang dan malam dengan berenang di kawasan rumput laut. 

Hewan ini dapat bertahan di bawah air selama enam menit, sebelum akhirnya muncul ke permukaan untuk bernapas.

Terkadang, dugong bernapas dengan cara "berdiri" dengan ekor dan kepala menyembul ke permukaan laut.

Adapun reproduksi, ikan duyung atau dugong betina biasanya memiliki satu anak setelah kehamilan selama setahun.

Induknya akan membantu anak mencapai permukaan air dan membantunya untuk mengambil napas pertama.

Anak dugong ini, masih akan tetap berada dekat dengan induknya selama sekitar 18 bulan. Bahkan, terkadang anak dugong akan menunggangi punggung induknya yang lebar.

Mitos Putri Duyung

Berbeda dengan ikan duyung, keberadaan putri duyung hingga kini masih belum terbukti.

Dilansir dari laman NOAA National Ocean Service, putri duyung adalah sebutan untuk makhluk setengah manusia dan setengah ikan.

Putri duyung merupakan makhluk laut legendaris yang sudah tercatat sebagai budaya maritim sejak dahulu kala.

Penyair Yunani Kuno, Homer, pernah menulis tentang putri duyung dalam puisinya yang bertajuk "Odyssey".

Homer menggambarkan putri duyung sebagai istri naga laut yang kuat dan bertugas sebagai utusan terpercaya antara sang pasangan dan kaisar di darat.

Jauh ke belakang, sosok putri duyung pernah muncul dalam lukisan gua di masa sekitar 30.000 tahun lalu, tepatnya pada Zaman Batu.

Kemunculan lukisan sosok putri duyung ini bersamaan dengan manusia modern yang mulai mengarungi lautan kala itu.

Sayangnya hingga kini, belum ada bukti bahwa humanoid akuatik atau manusia laut ini pernah ditemukan.

(Sumber: Kompas.com/Ellyvon Pranita | Editor: Bestari Kumala Dewi)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi