Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Udara di Jawa Semakin Dingin, BMKG: Menuju Puncak Musim Kemarau

Baca di App
Lihat Foto
Yanikap/ Shutterstock
Ilustrasi langit bersih tanpa awan
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Beberapa hari terakhir, suhu udara di sebagian wilayah Pulau Jawa terasa lebih dingin.

Tak hanya dingin, di kawasan Dieng, Jawa Tengah, udara bahkan mencapai suhu beku dan menyebabkan terbentuknya lapisan es tipis yang menyelimuti permukaan tanah, atau yang disebut sebagai embun upas.

Soal udara dingin ini banyak disampaikan oleh masyarakat melalui unggahan berbagai media sosialnya.

"Akhir-akhir ini dingin banget ga sih," tulis sebuah akun Twitter.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Perasaan beberapa hari ini udara dingin banget meskipun siang2 cerah.." tulis yang lain.

Terkait hal itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasannya.

Baca juga: Daerah yang Berpotensi Terjadi Fenomena Embun Es seperti Dieng

Koordinator Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Miming Saepudin menyebut Jawa dan Nusa Tenggara Timur tengah menuju puncak musim kemarau.

"Saat ini wilayah Pulau Jawa hingga NTT menuju periode puncak musim kemarau," kata Miming, Kamis (30/6/2022).

Ia menyebut, hal ini lumrah terjadi dan biasanya berlangsung di bulan-bulan puncak kemarau, yakni Juli-September.

Adapun periode puncak musim kemarau ini ditandai dengan adanya pergerakan angin dari arah timur, yang berasal dari Benua Australia.

"Pada bulan Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin. Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin," jelas Miming.

"Sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin," lanjutnya.

Baca juga: Suhu Dieng Minus Sebabkan Munculnya Embun Upas, Apa Itu?

Hal lain, berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara juga mempengaruhi suhu yang terbentuk, khususnya suhu dingin yang menjadi ketika malam hari.

"Tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh Bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer. Tak hanya itu, langit yang cenderung bersih awannya (clear sky) akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar sehingga kemudian membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari," ujar dia.

Faktor-faktor itulah yang menyebabkan udara akhir-akhir ini terasa lebih dingin.

Jika di kebanyakan daerah puncak musim kemarau hanya menyebabkan udara terasa lebih dingin, namun di dataran tinggi seperti Dieng, dampak yang ditimbulkan bisa berbeda.

Yakni berpotensi menimbulkan embun es atau embun upas yang sebagian orang mengira sebagai salju.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi