KOMPAS.com - Sebuah unggahan berisi informasi mengenai kemampuan sel tubuh manusia menghilangkan sel yang sakit hingga kanker saat kondisi lapar, beredar di media sosial pada Kamis (30/6/2022).
Disebutkan bahwa untuk mencapai hal itu, maka diperlukan puasa selama 16 jam.
"Puasa 16 Jam. Ketika tubuh manusia lapar, ia memakan dirinya sendiri, ia membuat proses pembersihan, menghilangkan semua sel sakit, kanker, sel penuaan dan Alzheimer. Tetap awet muda dan melawan diabetes," tulis pengunggah dalam twitnya.
Baca juga: Puasa Bisa Aktifkan Autofagi agar Tubuh Bisa Bertahan Melawan Infeksi
Hingga Minggu (3/7/2022), twit itu sudah diretwit sebanyak 28.200 kali dan disukai sebanyak lebih dari 91.400 kali oleh pengguna Twitter lainnya.
Lalu, benarkah informasi tersebut dan apa saja manfaat dari berpuasa selama 16 jam?
Penjelasan dokter
Menanggapi hal itu, Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) sekaligus dokter penyakit dalam, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP mengatakan bahwa fenomena sel manusia memakan sel sakit memang bisa terjadi.
Dalam dunia medis, hal itu dikenal sebagai autofagi.
"Itu namanya autophagy, karena itu intermittent fasting sekarang populer," ujar Aru saat dihubungi Kompas.com, Minggu (3/7/2022).
Ia menambahkan, berkat penerapan autofagi, angka kanker di timur tengah berada paling rendah sedunia.
Sekilas soal temuan mekanisme autofagi
Dikutip dari Kompas.com, mekanisme autofagi ditemukan oleh pakar biologi sel dari Jepang Yoshinori Ohsumi dan membawanya mendapatkan Nobel Kedokteran 2016.
Autofagi artinya "memakan diri sendiri". Ini adalah mekanisme sel sebagai upaya untuk menjaga kesehatannya melalui program daur ulang internal, di mana mereka menghancurkan komponen dirinya, yang bertujuan untuk membuat sel baru dan juga melawan serangan bakteri serta virus.
Autofagi sebenarnya adalah mekanisme alami tubuh untuk bertahan hidup. Dengan mempelajari ini para ilmuwan berusaha memahami bagaimana manusia menghadapi situasi ekstrem.
"Penemuan Ohsumi membuka jalan untuk memahami pentingnya authophagy dalam berbagai proses fisiologis, misalnya adaptasi pada kelaparan atau respon infeksi," kata komite juri Nobel dalam siaran persnya.
Selama hampir 30 tahun Ohsumi tekum melakukan penelitian tentang autofagi.
Hasilnya, ia dapat menjelaskan dan membantu mencegah terjadinya penyakit-penyakit seperti kanker dan penyakit saraf.
Sebab, dua penyakit itu terjadi diakibatkan karena mutasi gen autofagi.
Baca juga: Peneliti Ungkap Manfaat Puasa Ramadhan bagi Kesehatan Tubuh, Apa Saja?
Manfaat mekanisme autofagi
Dikutip dari Healthline, (23/8/2018), ahli diet Scott Keatley mengatakan, ada banyak manfaat mekanisme autofagi.
1.Menghilangkan protein beracun dari sel-sel yang dikaitkan dengan penyakit meurodegeneratif, seperti penyakit parkinsosn dan alzheimer.
2. Mendaur ulang sisa protein.
3. Menyediakan energi dan blok bangunan untuk sel yang masih dapat mengambil manfaat dari perbaikan sel.
4. Mendorong regenerasi dan sel-sel yang sehat.
5. Mampu berperan dalam mencegah atau mengobati kanker.
Lamanya puasa mekanisme autofagi
Lantaran memiliki segudang manfaat, Aru mengatakan, ada waktu-waktu tersendiri untuk mempraktikan mekanisme autofagi.
"Intermittent fasting itu 16/8. Artinya, 16 jam hanya air putih atau kopi/teh dari makan malam, lalu waktu makan siang sampai makan malam (dijadwalkan) berlangsung ada 8 jam," ujar Aru.
Dikutip dari MayoClinic, (5/5/2022), intermittent fasting atau puasa intermiten ini berarti seseorang tidak makan untuk jangka waktu tertentu setiap hari selama seminggu.
Baca juga: Sejarah Ayam Geprek, Dipopulerkan Bu Rum di Yogyakarta sejak 2003
Beberapa pendekatan populer untuk menjalani puasa intermiten meliputi:
1. Puasa bergantianTindakan ini dilakukan dengan makan makanan normal satu hari dan puasa penuh atau makan satu porsi kecil (kurang dari 500 kalori) pada hari berikutnya.
2. Kode 5:2 puasaAngka 5:2 ini berarti Anda bisa makan makanan normal apa saja selama 5 hari dalam seminggu dan melakukan puasa selama 2 hari dalam seminggu.
3. Puasa yang dibatasi waktu setiap hariArtinya, Anda bisa makan secara normal tetapi hanya dalam jangka waktu delapan jam setiap hari.
Misalnya, Anda bisa melewatkan sarapan, tapi Anda dibolehkan untuk makan siang sekitar tengah hari dan makan makam sebelum jam 8 malam.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa puasa alternatif sama efektifnya dengan diet rendah kalori untuk menurunkan berat badan.
(Sumber: Kompas.com/Lusia Kus Anna)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.