Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muncul Subvarian Baru Omicron yang Lebih Menular BA.2.75, Apa Itu?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Naeblys
Ilustrasi Deltacron. Varian baru Covid Deltacron telah terdeteksi di Eropa dan Amerika Serikat. Deltacron adalah varian virus corona kombinasi Delta dan Omicron yang pertama kali dideteksi di Perancis.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Ilmuwan Konsorsium Genomics SARS-CoV-2 India (INSACOG) menemukan tiga turunan baru subvarian Omicron BA.2 yang telah terdeteksi di India, Minggu (3/7/2022).

Dilansir dari Times of India, Senin (4/7/2022), tiga subvarian baru Omicron itu adalah BA.2.74, BA.2.75, dan BA.2.76.

Peneliti menyampaikan, ketiga subvarian baru ini disebut sangat menular ketimbang pendahulunya subvarian BA.2.

Ia menduga, tiga subvarian ini yang mungkin menjadi penyebab lonjakan kasus Covid-19 di India, bersamaan subvarian BA.2.38 yang diidentifikasi pertengahan Juni 2022 lalu.

Berdasarkan data dari Global Initiative on Sharing All Influenza Data, jumlah temuan kasus subvarian Omicron baru selama 10 hari terakhir adalah:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari ketiga subvarian tersebut, para ilmuwan menandai BA.2.75 agar mendapat perhatian khusus, karena mutasi tertentu memungkinkan subvarian ini menghindari antibodi dan menempel lebih baik pada sel manusia.

Selain India, subvarian BA.2.75 juga dilaporkan sudah menyebar di AS, Kanada, dan Jepang.

Secara khusus, subvarian ini diidentifikasi dan dinamai oleh komunitas internasional berdasarkan investigasi BA.2 oleh ilmuwan India dari tiga negara bagian, Maharashtra, Karnataka dan Jammu, serta Kashmir.

Baca juga: Pemerintah dan Masyarakat Diminta Waspadai Subvarian Baru Omicron BA.2.75

Bagaimana subvarian baru picu gelombang ketiga?

Ilmuwan mengatakan, pelacakan yang dilakukan oleh INSACOG ini menyebabkan terdeteksinya subvarian BA.2.75.

"Kami melihat bagaimana BA.2 yang terutama memicu gelombang ketiga pada bulan Januari, masih menyebabkan terobosan dan infeksi ulang pada Juni 2022," ujar ilmuwan INSACOG.

Ia menambahkan, hal tersebut menyebabkan ditemukannya BA.2.75 yang memiliki lebih dari 80 mutasi. Sedangkan BA.2 memiliki sekitar 80 mutasi.

"Saat ini, ketika kami menjalankan kembali sampel BA.2 lama untuk mutasi yang baru diidentifikasi ini, kami menemukan BA.2.74, BA.2.75 dan BA.2.76," lanjut dia.

Tiga subvarian baru itu menjadi temuan kunci tentang evolusi SARS-CoV-2.

Menurut ilmuwan INSACOG, keturunan baru BA.2 ini menggantikan antigen imunodominan BA.2 menjadi lebih bugar dan menular.

Ini yang kemudian menjadi alasan di balik kasus infeksi ulang BA.2 di India.

"Untungnya, mereka adalah keturunan BA.2, di mana kita memiliki semacam perlindungan silang dan kekebalan sel T, karena gelombang ketiga," ujar dia.

Di sisi lain, ilmuwan di India juga belum banyak menemukan kasus BA.4 atau BA.5. Sejauh ini, kasus BA.4 dan BA.5 tercatat kurang dari 100 di India.

"Jadi, para ilmuwan internasional skearang juga percaya bahwa BA 2.75, BA 2.74, dan BA.2.76 kemungkinan menyebabkan lonjakan Covid-19 yang sedang berlangsung di India," ujar peneliti dari Departemen Bioteknologi.

"Ketika kami menjalankan sampel BA.2 lama, kami menemukan BA 2.74 dan BA 2.75 dan keunikannya yang baru diidentifikasi," kata dia.

Baca juga: Vaksin Khusus Omicron untuk Booster Diklaim Meningkatkan Perlindungan, Ini Penjelasannya

Peringatan epidemiolog

Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman sudah memeringatkan pemerintah dan masyarakat akan potensi penyebaran subvarian baru Omicron BA.2.75.

"Sekarang bukan hanya BA.4 BA.5 ya, sudah ada BA.27.5 turunan dari Omicron BA.2, yang hampir bahkan bisa berpotensi sama dengan Delta," kata Dicky, dikutip dari Kompas.com, Minggu (3/7/2022).

Dia mengatakan, BA.2.75 yang pertama kali terdeteksi di India memiliki ciri, yakni jumlah mutasi di spike (protein peplomer) sangat tinggi dan terdapat kemungkinan menurunkan efikasi antibodi.

Selain itu, subvarian baru ini BA.2.75 diperkirakan menular secara efektif melalui udara dan ada kemungkinan sudah tersebar ke negara lain.

"Data awal di India menunjukkan BA.2.75 punya kecepatan sebaran yang luar biasa atau 9 kali lipat BA.5," ucap Dicky.

Oleh karena itu, langkah cepat dan tepat dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi penyebaran subvarian baru tersebut.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi