KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan ke Ukraina dan Rusia usai menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Jerman, Minggu (26/6/2022).
Jokowi bertemu Putin di Istana Kremlin, Moskwa, pada Kamis (30/6/2022) setelah sebelumnya mengunjungi Ukraina dan berjumpa dengan Presiden Volodymyr Zelensky.
Sebelumnya, Jokowi mengungkapkan bahwa ia akan mengangkat isu perdamaian di Ukraina serta upaya untuk mengatasi krisis pangan dan energi global.
"Misinya adalah mengajak Presiden Ukraina, Presiden Zelenskyy untuk membuka ruang dialog dalam rangka perdamaian, untuk membangun perdamaian, karena perang memang harus dihentikan, dan juga yang berkaitan dengan rantai pasok pangan harus diaktifkan kembali," ujarnya, dilansir dari Setkab.
Baca juga: Jokowi, Lika-liku Konflik Rusia-Ukraina, dan Harapan Perdamaian dari Indonesia
Lantas bagaimana tanggapan pengamat hubungan internasional terkait kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia tersebut?
Analisis soal kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (HI) Hikmahanto Juwana mengungkapkan, kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia sangat positif sehingga diharapkan dapat menghasilkan genjatan senjata, terutama serangan Rusia.
"Tentu gencatan senjata tidak akan dirasakan langsung tetapi perlahan-lahan akan berkurang," terangnya kepada Kompas.com, Jumat (1/7/2022).
"Dan nanti kita akan lihat Ukraina bisa lakukan ekspor gandum dan Rusia juga bisa ekspor pupuk ke negara-negara berkembang," imbuhnya.
Baca juga: Perang Rusia Ukraina Bisa Pengaruhi APBN dan Picu Inflasi, Benarkah?
Hikmahanto juga menilai bahwa agenda kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia sangat cerdas, khususnya dengan membawa gambaran krisis pangan di negara-negara berkembang akibat perang yang tidak berkesudahan.
"Presiden esensinya ingin menyampaikan terlepas dari alasan dari pihak-pihak yang terlibat dalam perang, termasuk AS dan sekutunya, bahwa perang akan membawa penderitaan pada rakyat banyak di negara berkembang," jelas Hikmahanto.
"(Oleh karena itu) perang harus dihentikan," lanjutnya.
Baca juga: 5 Dampak Perang Rusia-Ukraina bagi Indonesia, Apa Saja?
Menurut Hikmahanto kunjungan Presiden Jokowi itu mendapat antusias yang baik oleh Presiden Zelensky dan Presiden Putin. Antusiasme kedua pemimpin negara itu lantaran kejenuhan mereka dalam perang yang masih terjadi.
"(Antusiasme) ini karena dua negara tersebut sudah lelah dalam perang. Dan bagi Rusia, mereka butuh Presiden Jokowi agar mereka memiliki alasan untuk menghentikan serangan," kata Hikmahanto
"Rusia tidak ingin mengulangi kebodohan AS yang keluar secara tiba-tiba dari Afghanistan," tambahnya.
Baca juga: Sederet Dampak Perang Rusia Ukraina bagi Ekonomi Indonesia
Membuka komunikasi Ukarina-Rusia
Selaras dengan Hikmahanto, Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Indonesia (UI) Suzie Sudarman juga menyambut postif kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia.
Menurutnya, kunjungan Jokowi itu bisa membuka jalur komunikasi antara Indonesia dengan Ukraina dan Rusia.
"Jalur komunikasi ini bisa berlanjut sebagai upaya mendamaikan kedua belah pihak yang punya batas-batas soal apa yang bisa dikompromikan atau tidak," tuturnya kepada Kompas.com, Jumat (1/6/2022).
"Dengan demikian, dua hal super serius yakni harga pangan dan G20 terbantu oleh langkah-langkah yang diambil Presiden RI," ungkap Suzie.
Suzie juga berharap agar Presiden Jokowi berhasil melepaskan ekonomi Rusia terhadap pangan dan minyak dunia.
"Dan momennya agak tepat ketika NATO sudah sampai pada konsensus untuk mengatasi akibat peperangan dengan memberi bantuan pada Ukraina," imbuhnya.
Baca juga: Mengapa Rusia Menyerang Ukraina dan Apa yang Diincar Putin?