Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bergabung sejak: 30 Mei 2021

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Praktik "Brave Leadership" ala Presiden Jokowi

Baca di App
Lihat Foto
AFP via VOA INDONESIA
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kiri) dan Presiden Joko Widodo berjabat tangan dalam pertemuan di Kyiv, Ukraina Rabu 29 Juni 2022.
Editor: Egidius Patnistik

PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) menjadi perhatian dunia tatkala mengunjungi Ukraina dan Rusia. Dua negara ini masih terus bertikai dan belum terlihat tanda akan berakhir. Masing-masing pihak menganggap semuanya punya alasan yang kuat. Terlepas dari itu, perang ini membawa dampak yang besar, khususnya pada perekonomian global. Perang ini juga memilki dampak besar terhadap perdamaian dan kemanusiaan.

Ini yang menjadi alasan Presiden Jokowi mengunjungi kedua negara. Pertemuannya memang singkat, akan tetapi, kunjungan Presiden Jokowi berdampak signifikan pada mengurangi tensi politik global, selain meningkatkan image dan posisi politik Indonesia di kancah global. Kedua pemimpin negara yang bertikai pun menerima dengan terbuka kunjungan Presiden Jokowi.

Baca juga: Sudahkah Anda Jadi Pemimpin dengan Leadership dan Kompetensi yang Baik?

Dalam lawatannya ke Ukraina, hal yang menarik dari kunjungan tersebut adalah Presiden Jokowi datang ketika Ukraina masih diserang Rusia. Ini perlu keberanian karena risikonya sangat tinggi. Akan tetapi, ini tidak menyurutkan semangat Presiden Jokowi untuk tetap berkunjung ke Ukraina. Selain itu, Indonesia merupakan satu-satunya negara Asia, negara berkembang pula, yang berani mengambil langkah tersebut. Presiden Jokowi mendemonstrasikan apa yang disebut brave leadership.

Kepemimpinan yang berani

Profesor James R Detert dalam tulisannya di Harvard Business Review menbeberkan hal yang menjadi ciri khas brave leadership. Dia mengatakan,  kepemimpinan yang sejati tujuannya tidak untuk memenangkan kontes kepopuleran, melainkan untuk kepentingan orang banyak. Karena akan selalu ada orang yang berbeda pendapat, seorang pemimpin tidak akan memiliki banyak kemajuan jika tidak tahan memikirkan pendapat orang lain.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendiri Human Leadership Institute, Jen Croneberger, memiliki konsep tersendiri yang bernama BRAVE, yang dituliskannya di Forbes. BRAVE adalah akronim belonging, resilience, authenticity, vulnerability, dan empathy. Dia mengatakan, setiap pemimpin mengetahui siapa diri mereka. Karena itu, mereka mampu memahami kekuatan belas kasih, empati, dan menumbuhkan sense of belonging di manapun berada.

Ada tujuh karakteristik seorang brave leaders menurut Margie Warrel dalam tulisannya di forbes.com. Namun, saya akan menyebutkan empat saja berdasarkan tingkat relevansi dan konteksnya. Pertama, mereka memiliki visi yang berani. Brave leaders mempunyai keberanian untuk mengeksekusi visinya meskipun dibayangi berbagai kegagalan. Kedua, brave leaders mencari orang yang tidak sekadar “Yes man,” akan tetapi seorang yang berpikir out of the box. Mereka menumbuhkan budaya inklusif dan mendengarkan pendapat para anggotanya.

Ketiga, pemimpin yang berani memiliki keberanian untuk mengambil keputusan di tengah ambiguitas atau ketidakpastiaan. Mereka melakukan analisa dari data-data yang telah terkumpul untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Keempat, pemimpin yang berani mendorong para anggotanya untuk bersandar pada risiko. Maksudnya adalah risiko pasti ada, sekecil apapun itu. Pemimpin yang berani mengajarkan pada anggotanya untuk berani bermain di luar zona nyaman dan siap menerima konsekuensinya.

Dalam konteks fenomena Presiden Jokowi pergi mengunjungi Ukraina dan Rusia, beliau adalah sosok brave leaders. Beliau tidak diam-diam pergi ke kedua negara tersebut, akan tetapi mengumumkannya kepada publik tentang keputusannya. Menurut Lee (2020), kepemimpinan autentik bergantung pada transparansi relasional, komunikasi, serta hubungan yang terbuka dan jujur.

Baca juga: Terungkap, Putin dan Macron Berdebat Sengit Sebelum Rusia Menginvasi Ukraina

Presiden Jokowi menunjukkan transparansinya ketika mengemukakan kepada publik niatnya ingin berkunjung. Presiden Jokowi juga mengajak Ibu Iriana Jokowi. Banyak yang mengapresiasi tindakan beliau sebagai peace broker. Dari tindakan Presiden Jokowi, ada dua hal penting yang bisa kita pelajari dari beliau.

Lihat Foto
SPUTNIK/MIKHAIL KLIMENTYEV via AFP
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Indonesia Joko Widodo (kiri). Putin bertemu Jokowi di Kremlin, Moskwa, Rusia, Kamis (30/6/2022).
Memegang teguh value

Dalam Pembukaan UUD 1945, tertulis secara jelas bahwa terbentuknya negara Indonesia adalah berkontribusi dalam menciptakan perdamaian dunia. Artinya, seluruh rakyat Indonesia memiliki tanggung jawab moral untuk bisa berkontribusi agar dunia menjadi tempat yang lebih damai, tentunya sesuai kapasitas dan kapabilitas masing-masing. Itu berlaku untuk semua profesi yang kita jalani.

Kaitannya dengan kunjungan ke Ukraina dan Rusia, Presiden Jokowi sangat memahami tanggung jawab konstitusi dari UUD 1945. Meskipun memang harus diakui, Indonesia tidak memiliki kekuatan geopolitik dan ekonomi yang siginfikan yang bisa memengaruhi jalannya perang. Namun, Presiden Jokowi tetap bergerak karena memiliki satu misi mulia, yaitu memulihkan perdamaian global. Perang ini memang berdampak cukup signifikan bagi dunia.

Menurut laporan Bank Dunia terkait dampak perang Ukraina dan Rusia terhadap perdagangan dan investasi, perang tersebut akan berdampak pada penurunan perdagangan dunia sebesar satu persen. Jika melihat dari track record kedua negara, Rusia dan Ukraina memiliki posisi yang cukup penting. Rusia merupakan negara eksportir minyak mentah terbesar kedua di dunia dan eksportir gandum terbesar di dunia. Sementara Ukraina merupakan eksportir minyak biji terbesar di dunia dan eksportir jagung terbesar keempat di dunia. Hal ini tentu akan membuat ekonomi dunia melambat dan negara-negara yang berdampak perlu memutar otak agar dampaknya tidak begitu dirasakan.

Dampak lainnya adalah korban jiwa. Perang Ukraina menimbulkan cukup banyak korban jiwa. Menurut laporan ACLED, organisasi non pemerintah yang bergerak dalam pemetaan dan analisis data, lebih dari 10.000 orang terenggut nyawanya. Akan tetapi, angkanya bervariasi karena metodologi dan indikatornya berbeda. Namun, poin pentingnya adalah perang menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit, yang tentu membuat masyarakat menjadi tidak damai.

Atas dasar hal itulah, Presiden Jokowi berkunjung ke kedua negara. Sebelum mengunjungi Ukraina dan Rusia, ada pernyataan Jokowi yang membuat kita memahami bahwa Indonesia bergerak karena dasar kemanusiaan dan perdamaian, “My mission is to call on Ukrainian President Zelenskyy to open space for dialogue in the context of peace, to build peace, because the war must stop and the food supply chain must be reactivated.” Dari sini, kita bisa memetakan dua misi perdamaian Indonesia: membuka dialog dan menyuarakan perdamaian.

Hal ini menunjukkan bahwa niat Indonesia genuine dan autentik. Presiden Jokowi memberikan contoh bagaimana pemimpin membuktikan niatnya. Pemimpin yang walk the talk berdampak pada cara anggota melihat pemimpinnya. Coba kita lihat dampaknya dari sudut pandang lain. Menurut PwC Global Culture Survey 2021 terkait pandangan pemimpin di level senior tentang penerapan budaya inklusif di perusahaan, 73 persen mengatakan bahwa mereka telah menerapkan budaya tersebut. Akan tetapi, hanya 46 persen dari para pekerja yang setuju tentang itu.

Jika dihubungkan pada konteks kunjungan Presiden Jokowi, seorang pemimpin yang walk the talk akan sangat dihargai oleh siapapun. ini dibuktikan dengan niat yang genuine, yang membuat beliau diterima dengan baik oleh kedua negara. Hanya Presiden Jokowi yang kunjungannya disambut dengan tangan terbuka oleh Ukraina dan Rusia, terlebih waktunya sangat berdekatan. Ini menunjukkan bahwa kedua negara melihat Indonesia sebagai negara yang bersahabat dengan niat yang tulus.

Bertindak berdasarkan perhitungan matang

Salah satu hal penting lainnya yang bisa kita ambil adalah betapa Presiden Jokowi berani mengambil risiko. Berbicara pemimpin yang berani, Margie Warrell berpendapat, ada empat karakteristik dari pemimpin yang berani. Pertama, jenis keberanian yang mampu membedakan mana ketakutan yang imajiner, mana yang nyata. Kedua, jenis keberanian yang mendorong orang-orang untuk bersatu meraih tujuan yang baik serta mengakui ada hal-hal yang tidak bisa dikendalikan. Ketiga, jenis yang tidak mengandalkan rasa takut untuk menggerakkan orang dan memenangkan suara. Terakhir, jenis yang memanfaatkan segala potensi untuk menghasilkan inovasi.

Mengunjungi negara konflik bukanlah tanpa risiko. Ada risiko tertembak peluru, sehingga bisa menjadikan Presiden sebagai salah satu korban. Namun tentunya, risiko tersebut telah diukur secara mendetail. Selain itu, ada kepentingan banyak orang yang dibawa Presiden Jokowi, sehingga membuat beliau harus berani mengambil langkah. Phillips & Phillips (2020) mengatakan bahwa di situasi yang tidak pasti, para pemimpin yang berani harus berada di tempatnya dan mengambil tindakan guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Selain itu, menurut pakar hukum internasional, Hikmahanto Juwana, Presiden Jokowi sebelum berkunjung telah mengumumkan kedatangannya.

Pengumuman ini tentunya diketahui oleh kedua negara, sehingga menurunkan risiko. Kemungkinan besarnya, jika Presiden Jokowi terluka, itu akan menjadi preseden buruk bagi Ukraina dan Rusia. Meskipun begitu, risiko tertembak pun masih menghantui, yang membuat situasi menjadi tidak pasti. Namun, kembali lagi, ketidakpastian itu bisa dikurangi dengan mengukur risiko dan keberhasilannya. Artinya, Presiden Jokowi juga berhadapan dengan ketidakpastiaan dan membutuhkan keberanian untuk menyambut situasi yang tidak pasti.

Baca juga: Ukraina Terkini: Putin Berucap Rusia Siap Terlibat dalam Negosiasi Damai

Meskipun kemungkinannya kecil untuk membuat kedua negara tersebut berdamai dalam waktu singkat, akan tetapi tetap harus diusahakan. Terlebih hubungannya dengan misi kemanusiaan. Presiden Jokowi mengatakan dengan jelas bahwa isu perdamaian dan kemanusiaan selalu menjadi prioritas politik luar negeri Indonesia. Karena alasan inilah, beliau bertolak ke Kyiv dan Moskwa dengan persiapan yang sangat matang. Karena itu, pihak-pihak terkait telah mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk kelancaran lawatan Presiden Jokowi.

Hasil kunjungan tersebut pun mulai terlihat. Saat Presiden Jokowi berkunjung ke Rusia, Vladimir Putin, Presiden Rusia berjanji akan memenuhi permintaan produk pertanian untuk Indonesia dan negara-negara sahabat lainnya dalam hal pupuk, nitrogen, fosfat, dan lain-lain. Pernyataan tersebut tentunya perlu diapresiasi karena memberikan sedikit kepastian terhadap kelancaran pasokan.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky juga menghargai sikap Indonesia. Zelensky mengungkapkan apresiasi dan penghargaannya dan memuji Indonesia sebagai negara Asia pertama yang berkunjung dalam keadaan perang. Zelensky juga menghargai undangan yang disampaikan Indonesia untuk datang ke pertemuan G20, meskipun dia melihat situasinya terlebih dahulu sebelum memutuskan datang.

Harus mendemonstrasikan keberanian

Dua hal yang bisa kita pelajari dari kunjungan Presiden Jokowi adalah tentang pentingnya bergerak dengan value dan berani mengambil risiko. Dua sikap ini sangat penting dimiliki seorang pemimpin, terlebih di era saat ini saat mana ketidakpastiaan merupakan makanan sehari-hari membuat para pemimpin harus berani mengambil risiko. Akan tetapi, risiko yang diambil telah melalui berbagai analisa data. Meskipun telah melalui berbagai analisa, para pemimpin juga harus berani mengakui bahwa mereka tidak bisa mengendalikan hal-hal yang akan terjadi.

Karena itu, penting sekarang untuk mengembangkan para pemimpin generasi masa depan yang berani, baik itu di perusahaan, organisasi, maupun di pemerintah. Riset Sounding Board, Inc, platform pengembangan kapasitas kepemimpinan yang berjudul Leadership Coaching Report 2021, menyebutkan investasi global terkait pengembangan kepemimpinan mencapai lebih dari 3,5 miliar dollar. Riset ini juga menggambarkan bahwa 72 persen perusahaan menawarkan beberapa pelatihan kepemimpinan.

Leadership Coaching Report 2021 juga mengungkapkan alasan-alasan mengapa perusahaan mengadakan pelatihan kepemimpinan. Hampir 80 persen responden mengatakan kebutuhan utamanya adalah untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan individu. Sebanyak 69 persen ingin meningkatkan orang-orang yang memiliki kapabilitas sebagai pemimpin. Sebesar 51 persen responden ingin meningkatkan engagement anggotanya, dan 49 persen ingin mempertankan talenta-talenta utama mereka. Ini suatu hal yang baik karena perusahaan telah memiliki concern untuk mencetak pemimpin-pemimpin baru.

Presiden Jokowi mempraktekan implementasi dari tiga konsep kepemimpinan yaitu ‘Indonesian Leadership’, ‘Kepemimpinan Pancasila’ dan ‘Kepemimpinan Kesatria’. Ia telah memberikan contoh yang baik untuk semua pemimpin bahwa menjadi pemimpin harus memiliki keberanian, autentisitas, dan empati yang tinggi. Beliau memegang teguh value untuk menjaga perdamaian dan mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan. Itu suatu hal yang harus dilakukan pemimpin masa depan jika mereka ingin organisasinya bergerak jauh dan menghasilkan inovasi yang sesuai dengan konteks tantangan dan dinamikanya.

Karena itu, mari kita perkuat kemampuan kepemimpinan kita dan lebih berani untuk mengambil keputusan. Selain itu, bersikap autentik di manapun, kapanpun, dan dengan siapapun, karena kepemimpinan yang autentik akan membuat anggota lebih nyaman dalam berekspresi dan berkontribusi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi