Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UPDATE Corona 15 Juli 2022: Omicron BA.2.75 Terdeteksi di 10 Negara | Puncak Covid-19 RI Diprediksi 2 Minggu Lagi

Baca di App
Lihat Foto
AP PHOTO/MICHEL EULER
Sejumlah warga Perancis megenakan masker untuk melindungi diri dari Covid-19, Kamis (30/06/2022).
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Covid-19 masih merebak di berbagai penjuru dunia. Lonjakan kasus dilaporkan terjadi di sejumlah negara.

Dilansir dari Worldometer, Jumat (15/7/2022) pagi, total kasus konfirmasi Covid-19 di dunia mencapai 564.826.977. Sebanyak 6.380.485 di antaranya meninggal dunia.

Dari total kasus tersebut, Amerika Serikat menjadi negara nomor satu total kasus Covid-19 terbanyak, lalu disusul India dan Brazil di posisi kedua dan ketiga.

Berikut 5 negara di dunia dengan kasus Covid-19 paling tinggi:

  1. Amerika Serikat: 90.983.885 kasus, 1.047.997 pasien meninggal, dan 86.304.004 dinyatakan sembuh
  2. India: 43.704.925 kasus, 525.557 dinyatakan meninggal dunia, dan 43.028.356 sembuh.
  3. Brazil: 33.076.779 kasus, 674.554 meninggal dunia, dan 31.414.937 dinyatakan sembuh
  4. Perancis: 32.795.874 kasus, 150.468 meninggal dunia, dan 30.363.299 sembuh
  5. Jerman: 29.460.249 kasus, 142.284 di antaranya meninggal dunia, dan 27.548.900 sembuh.

Baca juga: UPDATE Corona 14 Juli 2022: Melonjak, Kasus Harian di Indonesia Nyaris 4.000

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 di Indonesia

Penambahan kasus Covid-19 di Indonesia masih terus terjadi. Jumlah per harian bisa mencapai ribuan kasus.

Dikutip dari laman Satgas Covid-19, Jumat (15/7/2022) pagi, kasus harian Covid-19 di Indonesia bertambah sebanyak 3.584 kasus dengan positivity rate di kisaran 5 persen.

Dengan adanya penambahan tersebut, kasus konfirmasi Covid-19 di Indonesia saat ini adalah 6.123.753.

Berikut rincian kasus Covid-19 di indonesia per Minggu (27/6/2022):

Adapun penambahan pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh per 15 Juli 2022 pagi yakni 2.872.

Baca juga: Studi: Covid-19 Sebabkan Kerusakan pada Tubuh Setiap Terinfeksi

Puncak kasus Covid-19 Indonesia diprediksi 2 minggu lagi

Kendati penambahan kasus Covid-19 mencapai 3.000 kasus per harinya, Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Alexander K Ginting mengungkapkan bahwa hingga saat ini Indonesia belum mencapai puncak kasus Covid-19 subvarian baru.

Puncak kasus Covid-19 itu diprediksi akan terjadi dua pekan kedepan setelah siswa kembali ke sekolah dan jemaah haji pulang dari Mekkah, Arab Saudi.

"Apakah ini sudah puncak? Kita harus tunggu setelah dua minggu anak sekolah dan kepulangan jemaah haji," kata Alexander, dikutip dari Kompas.com, (14/7/2022).

Menurut Alexander, puncak Covid-19 bisa saja terjadi setelah lonjakan kasus harian tembus lebih dari 3.000 kasus setelah sebelumnya berada di 2.000 kasus.

Selain itu, saat ini subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 telah mendominasi kasus Covid-19 di Indonesia dengan persentase lebih dari 80 persen.

Sementara tingkat vaksinasi booster secara nasional masih berada di kisaran 25 persen.

Baca juga: Muncul Subvarian Baru Omicron yang Lebih Menular BA.2.75, Apa Itu?

Omicron BA.2.75 terdeteksi di 10 negara

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) telah menetapkan Omicron BA.2.75 sebagai subvarian dalam pantauan pada Kamis (7/7/2022).

Penetapan ini mengindikasikan bahwa subvarian baru tersebut bisa lebih menular.

Dilansir dari The Guardian (15/7/2022), ahli virologi mengungkapkan bahwa Omicron BA.2.75 telah menyebar dengan cepat hingga ke Inggris. Bahkan varian baru ini juga telah terdeteksi di 10 negara lainnya, termasuk Inggris, Amerika Serikat, Australia, Jerman, dan Kanada.

Sebelumnya, Omicron BA.2.75 atau yang disebut dengan "Centaurus" ini pertama kali terdeteksi di India pada awal Mei 2022.

Ahli virologi University of Leeds Dr Stephen Griffin mengungkapkan bahwa Omicron BA.2.75 memiliki kandungan mutasi ekstra yang kemungkinan besar telah berevolusi.

"Ini bisa berarti bahwa ia memiliki kesempatan untuk mengembangkan keunggulan dibandingkan garis keturunan virus yang sudah sukses," ungkapnya.

Baca juga: Ini Kelompok Rawan Berisiko Bergejala Terinfeksi Omicron BA.4 dan BA.5

Sulit dilacak

Dilansir dari Livemint, Jumat (15/7/2022), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa Omicron BA.2.75 merupakan subvarian yang sulit dilacak.

Pejabat WHO Maria Van Kerkhove menjelaskan, pihaknya mengalami kesulitan untuk melacak subvarian baru itu lantaran berkurangnya pengawasan Covid-19 di dunia.

"Kemampuan kami untuk melacak varian bergantung pada pengawasan virus, pengujian yang sedang berlangsung, dan urutan yang dilakukan dan dibagikan sehingga para ilmuwan di seluruh dunia dunia dapat mengaksesnya," jelasnya.

"Dan kemampuan kami untuk melacak virus COVID berkurang dan itu karena pengawasan telah berkurang secara signifikan secara global," imbuh Maria.

Hal serupa juga disampaikan oleh Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus yang mnegatakan bahwa pengawasan kasus Covid-19 di dunia mengalami penurunan yang signifikan.

"Hal ini membuat semakin sulit untuk menilai dampak varian pada penularan, karakteristik penyakit, dan efektivitas tindakan pencegahan," tuturnya.

Dalam dua minggu terakhir, jumlah kasus Covid-19 yang dilaporkan ke WHO meningkat 30 persen. Penambahan kasus ini didorong oleh sub-varian Omicron dan pencabutan tindakan pengendalian di sejumlah negara.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: Livemint
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi