Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Ekalaya, Tokoh Personifikasi Semangat Belajar Tak Kenal Putus Asa

Baca di App
Lihat Foto
Ilustrasi perang Kurukshetra dalam epos Mahabharata
Editor: Egidius Patnistik

GANESHA telah diangkat menjadi logo Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai sosok kearifan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun sejauh pengetahuan saya yang tentu saja rawan keliru, belum ada yang mengangkat Ekalaya sebagai logo lembaga pendidikan. Apabila saya keliru maka saya menyampaikan penghormatan dan penghargaan bagi yang telah mengangkat Ekalaya sebagai logo lembaga pendidikan. Bagi saya, Ekalaya merupakan tokoh personifikasi semangat belajar tanpa kenal putus asa seperti terkisah di dalam Mahabharata.

Alkisah, Ekalaya adalah seorang pemuda yang berbakat memanah maka ingin berguru kepada mahaguru memanah terbaik di dunia pada masa itu yaitu Dorna, yang mengajar di sekolah tinggi memanah Hastinapura.

Dorna menolak hasrat Ekalaya sebab hanya menerima para bangsawan keluarga Bharata sebagai murid. Meski kecewa Ekalaya tidak putus asa. Langsung Ekalaya mengasingkan diri ke dalam hutan belantara untuk secara otodidak mengembangkan bakat memanahnya di hadapan sebuah patung bersosok Dorna yang sengaja khusus dipahat oleh Ekalaya sebagai subyek inspirasi dan motivasi dirinya sendiri belajar memanah.

Baca juga: Kitab Mahabharata: Penulis, Isi, dan Kisahnya

Setelah beberapa tahun berlalu pada suatu hari Arjuna berburu di hutan belantara dan memanah seekor babi hutan di bagian punggung.  Namun, babi hutan tetap tangkas melarikan diri sampai mendadak ada sebuah anak panah lain melesat lalu menusuk jantung babi hutan sehingga langsung terkapar mati.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Arjuna mengklaim babi hutan tersebut sebagai hak buruannya, muncul Ekalaya yang mengklaim babi hutan tersebut sebagai hak miliknya sebab yang titis memanah jantung sang babi hutan memang bukan Arjuna tetapi Ekalaya.

Maka terjadi pertengkaran mulut yang memuncak menjadi adu laga keahlian memanah.  Ternyata, Ekalaya lebih unggul ketimbang Arjuna. Dengan kesal Arjuna bertanya siapa gerangan guru memanah Ekalaya yang tegas dijawab Ekalaya bahwa gurunya adalah Dorna. Arjuna makin kesal sebab Dorna telah bersumpah hanya mengajar keluarga Bharata yaitu Kurawa dan Pandawa.

Maka, Arjuna mendatangi Dorna demi menuduh Dorna ingkar sumpah karena ternyata diam-diam Dorna punya murid bukan Kurawa dan Pandawa bahkan lebih unggul ketimbang Arjuna yang dianggap sebagai murid terbaik Dorna.

Tentu saja Dorna terkejut karena merasa tidak punya murid bernama Ekalaya. Maka, demi nama baiknya, dia  segera mendatangi Ekalaya di padepokan pemanahan di tengah hutan belantara kemudian memerintahkan Ekalaya memotong kedua ibu jari tangannya agar tidak bisa memanah. Sebagai murid yang patuh kepada guru, Ekalaya melaksanakan perintah Dorna untuk memotong kedua ibu jari tangannya.

Namun setelah Dorna pergi, Ekalaya tetap lanjut belajar secara otodidak di hadapan patung Dorna untuk bisa memanah tanpa dua ibu jari tangan. (Tidak diketahui apakah Ekalaya piawai memanah dengan dua ibu jari kaki).

Beberapa tahun kemudian Arjuna kembali menantang Ekalaya bertanding memanah di mana Ekalaya tanpa dua ibu jari tangan ternyata kembali berjaya mengalahkan Arjuna sehingga terpaksa secara curang Dorna membunuh Ekalaya agar Arjuna tetap menjadi juara nomor wahid dalam kesaktian memanah demi mempertahankan jabatan Dorna mahaguru memanah di Hastinapura.

Arwah Ekalaya menitis ke jiwaraga Drestayumena yang akhirnya berhasil menewaskan Dorna di padang Kurusetra dalam kisah Bharatayudha.

Di dalam Wayang Purwa, Ekalaya disebut sebagai Palgunadi dengan versi kisah agak beda dari Mahabharata tetapi tetap sama dalam hal sebagai tokoh suri teladan semangat belajar tak kenal putus asa.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi