Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Memetik Hikmah Pidato Kebudayaan Mochtar Lubis

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/Wicak Hidayat
Ilustrasi
Editor: Egidius Patnistik

MANUSIA Indonesia” adalah pidato kebudayaan yang disampaikan Mochtar Lubis pada tahun 1977 di Taman Ismail Marzuki. Orasi legendaris tersebut menjelaskan enam sifat manusia Indonesia menurut pandangan Mochtar Lubis.

Keenam sifat tersebut adalah:

  1. Munafik.
  2. Enggan dan segan bertanggung jawab atas perbuatannya.
  3. Bersifat dan berperilaku feodal.
  4. Percaya takhayul.
  5. Artistik atau berbakat seni.
  6. Lemah watak atau karakternya.

Meski enam sifat manusia Indonesia versi Mochtar Lubis terkesan cenderung negatif ketimbang positif tetapi sebagai penulis serta pemikir terkemuka Indonesia, Mochtar Lubis sepenuhnya berhak asasi untuk memberikan pandangan pribadinya terhadap sifat manusia Indonesia.

Baca juga: Menjadi Manusia Indonesia yang Merdeka

Bisa saja pandangan Mochtar Lubis dinilai terlalu menggeneralisasi sebab jelas ada manusia Indonesia seperti Bung Hatta yang sama sekali tidak layak dinilai sebagai munafik, enggan dan segan bertanggung jawab atas perbuatannya, bersifat dan berperilaku feodal, percaya takhayul, apalagi lemah watak atau karakternya. Beberapa sahabat saya seperti Gus Dur, Megawati, SBY, Jokowi, Prof Emil, Cak Nur, Prof Mahfud, Prof Azyuwardi Azra, Prof Siti Musdah Mulia, Prof Meutia Hatta, DR Sri Mulyani, DR Rizal Ramli, Sandyawan Sumardi, Farid Gaban, DR Idwan Suhadi, Kwik Kian Gie dan masih sangat banyak lain-lainnya lagi juga tidak bersifat seburuk yang diungkap oleh Mochtar Lubis.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khusus mengenai pendapat Mochtar Lubis bahwa manusia Indonesia munafik, terus terang saya terjebak dalam perangkap paradoks logika, mirip paradoks Zeno tentang orang Kreta yang bilang bahwa orang Kreta adalah pendusta. Andaikata Mochtar Lubis sendiri bukan manusia Indonesia maka sepenuhnya saya setuju beliau menganggap manusia Indonesia memang munafik.

Namun kenyataan tak terbantahkan bahwa Mochtar Lubis sendiri adalah manusia Indonesia maka masalah menjadi problematis akibat daya logika dangkal di dalam otak dangkal saya langsung bertabrakan frontal melawan daya logika dangkal di dalam otak dangkal saya sendiri.

Logika dangkal saya langsung berperangai seperti perilaku seekor anjing yang sibuk mengejar ekornya sendiri. Atau lebih parah lagi malah serupa tapi sama dengan kartun seekor ular menelan ekornya sendiri di mana akhirnya baik sang ular mau pun sang ekor menguap lenyap ke dimensi entah ke berapa pada multiverse.

Jika saya percaya pada pernyataan Mochtar Lubis bahwa manusia Indonesia munafik berarti saya juga harus percaya bahwa pernyataan Mochtar Lubis yang de facto manusia Indonesia adalah munafik. Jika Mochtar Lubis munafik berarti pernyataan dirinya bahwa manusia Indonesia munafik tidak layak dipercaya, padahal Mochtar Lubis adalah seorang tokoh manusia Indonesia yang sangat layak dipercaya. Namun bagaimana saya bisa percaya kepada pernyataan seseorang yang tergolong manusia Indonesia yang menurut pendapat dirinya sendiri adalah munafik.

Baca juga: Menuju kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia yang Unggul

Ketimbang otak saya yang cuma secuil ini akhirnya malah habis akibat lenyap digrogoti logika diri saya sendiri maka saya memilih untuk mengambil hikmah dari pidato kebudayaan legendaris Mochtar Lubis tentang manusia Indonesia. Hikmah itu berupa ikhtiar kesadaran memanfaatkan pidato kebudayaan Mochtar Lubis sebagai pedoman agar saya harus melakukan Jihad Al Nafs alias berjuang menaklukkan hawa nafsu diri sendiri agar jangan menjadi manusia munafik, tidak enggan dan segan bertanggung jawab atas perbuatan sendiri, tidak bersifat dan berperilaku feodal, apalagi lemah watak atau karakternya.

Merdeka!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi