Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Perang Rusia-Ukraina Bisa Memicu Kenaikan Harga Mi Instan?

Baca di App
Lihat Foto
pixabay.com
Tepung gandum adalah contoh bahan pangan setengah jadi yang berasal dari gandum
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Harga mi instan di Indonesia diprediksi akan mengalami kenaikan sebagai dampak terjadinya perang Rusia-Ukraina.

Hal ini telah disebutkan oleh Presiden Joko Widodo di awal bulan Juli 2022.

"Ini hati-hati, yang suka makan roti, yang suka makan mi (instan), bisa harganya naik. Karena apa? Ada perang di Ukraina," kata Jokowi dikutip dari Antara, Jumat (8/7/2022).

Lantas mengapa kenaikan harga ini bisa terjadi? Apa hubungannya perang di Ukraina dengan harga mi di Indonesia?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenai hal itu, dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Catur Sugiyanto menjelaskan semua ini bisa terjadi karena semuanya memang saling berhubungan.

Baca juga: Ditolak Masuk Taiwan, Wings Food Bantah Mie Sedaap Mengandung Residu Pestisida

Indonesia impor gandum dari Ukraina

Pertama, bahan dasar pembuatan mi adalah gandum, dan Indonesia tidak memiliki lahan gandum. Sehingga Indonesia memenuhi kebutuhan dalam negerinya melalui kebijakan impor.

Awalnya, Indonesia mengimpor biji gandum dari Amerika Serikat, sebagai bagian dari program bantuan pangan AS.

"Karena gandum diimpor masih berupa biji, maka dibangunlah PT Bogasari untuk menggiling (biji gandum) menjadi tepung gandum. Mungkin masyarakat mengira bahwa gandum masih berasal dari USA saja atau tepung gandum disamakan dengan tepung beras, yang praktis ditanam di Indonesia," jelas Catur saat dihubungi Kompas.com, Kamis (21/7/2022).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021 menunjukkan impor gandum Indonesia sebagian besarnya datang dari Australia.

Namun, sekitar 25 persen di antara total impor tersebut berasal dari Ukraina.

Baca juga: Terimbas Perang Rusia-Ukraina, Harga Mi Instan Bakal Naik?

 

Meski hanya 25 persen, tapi kondisi ini bisa menimbulkan kenaikan harga gandum di Tanah Air secara signifikan.

"Mudahnya saja kalau harga gandum Ukraina naik 20 persen dan kita masih menggunakan 25 persen untuk produk mi, maka berarti biaya produksi naik 5 persen," jelas dia.

Sayangnya, kenaikan harga di Ukraina tidak mungkin tidak diikuti dengan kenaikan harga di negara lainnya.

"Nah, apakah harga gandum Ukraiana saja yang naik, biasanya tidak, yang lain ikut naik, karena kalau hanya gandum Ukraina saja yang naik harganya, trader akan mencari gandum yang lebih murah," ungkap Catur.

"Semua trader seperti itu, sehingga permintaan terhadap gandum yang lain juga naik. Bagi penjual, pastinya akan menaikkan harga," lanjutnya.

Belum lagi berkurangnya kapasitas pelabuhan juga kapasitas pengiriman dengan kapal laut (shipping) di Ukraina akibat perang yang belum usai.

Di pihak lain, Rusia juga belum tentu mau melepaskan stok gandum yang dimilikinya.

"Jadi bisa agak panjang dampaknya, meskipun ramalannya sudah akan mulai menurun, dibandingkan 3 bulan terakhir," sebut Catur.

Baca juga: Makanan Sejuta Umat, Ini Sejarah Mi Instan

Sebenarnya, ada bahan lain yang tersedia di Indonesia yang bisa digunakan sebagai subtitusi dari gandum, yakni tepung berbahan dasar singkong yang disebut tepung mocaf, tepung sorgum, dan sebagainya.

"Sekarang harga tepung mocaf jauh di atas harga gandum, maka tidak aneh kalau konsumen belum banyak menggunakan," kata Catur.

Padahal, ketergantungan bahan pangan dari luar negeri, secara terprogram harus dikurangi.

Tepung-tepung yang bisa diproduksi di dalam negeri perlu didukung, baik oleh konsumen maupun oleh pemerintah, agar petani bersedia menanam dan memprosesnya.

Jika sudah demikian, maka harga tepung lokal bisa bersaing dengan tepung gandum.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi